Sukses

IPI Pertanyakan Insentif Buat Pemulung Terdampak Corona

Dalam kondisi pandemik Covid-19, Pris poly mengaku banyak menerima keluhan dari pemulung yang tidak bisa jual plastiknya karena banyak pelapak tutup.

Liputan6.com, Jakarta - Ketua Umum Ikatan Pemulung Indonesia (IPI) Pris Polly Lengkong mengaku kaget relaksasi insentif tidak diberikan kepada industri daur ulang saat corona Covid-19 merajalela saat ini. Padahal industri ini berperan penting dalam menjaga lingkungan.

Dalam kondisi pandemik Covid-19, Pris poly mengaku banyak menerima keluhan dari pemulung yang tidak bisa jual plastiknya karena banyak pelapak tutup. Pelapak terpaksa tutup karena UKM dan industri juga untuk sementara tak melakukan pembelian plastik.

"Pemulung sebagai garda terdepan pengumpul plastik jelas terkena dampaknya. Mohon kiranya pemerintah dapat mengoreksi kebijakan tersebut, agar industri dan ekosistem daur ulang bisa tumbuh," kata dia," Senin (20/4/2020).

Ketua Asosiasi Untuk Kemasan & Daur Ulang Bagi Indonesia yang Berkelanjutan (Packaging and Recycling Association for Indonesia Sustainable Environment /PRAISE) Karyanto Wibowo mengatakan, ekonomi sirkular sangat erat kaitannya dengan industri daur ulang dan merupakan sistem yang perlu dijaga keberlangsungannya di tengah pandemic Covid 19 ini.

Selama masa Covid-19, konsumsi kemasan plastik tetap berjalan dan kecenderungan semakin meningkat karena kemampuan kemasan plastik untuk menjaga kualitas, higienisnya dan fleksibilitas dalam berbagai jenis aplikasi.

"Seharusnya, ini menjadi momen bagi industri daur ulang untuk tetap tumbuh mengingat ketersediaan bahan baku di lapangan," katanya.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

2 dari 2 halaman

Terdampak PSBB

Sayangnya, pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) sebagai strategi untuk memutus penyebaran Covid 19 mempengaruhi rantai ekonomi sirkular sehingga ikut terputus. Para pelapak yang biasanya membeli kemasan plastik dari pemulung tutup. Akibatnya, para pemulung tidak dapat menjual kemasan-kemasan plastik yang menjadi sumber ekonomi bagi keluarga mereka.

Sementara, dari sisi industri daur ulang, pasokan bahan baku menjadi terhenti. Kondisi ini sekaligus menjadi tambahan beban bagi para pelaku usaha daur ulang, mengingat sebelumnya pun sudah harus bersaing dengan jatuhnya harga virgin plastik.

Communications Director Danone Indonesia Arif Mujahidin, pihaknya berkomitmen mendukung penggunaan kemasan daur ulang dengan terus memproduksi produk Aqua life menggunakan 100 persen bahan daur ulang.

"Selain seluruh botol kemasan Aqua sudah mengandung sampai dengan 25% bahan daur ulang. Ini merupakan komitmen dari Danone Aqua untuk mendukung pengurangan sampah plastik melalui dukungan kepada ekosistim ekonomi sirkular,” jelas Arif Mujahidin.