Sukses

Mahfudz: Harga Hibah Pesawat Hercules Tergantung Kontrak

Komisi Pertahanan DPR menanyakan soal hibah pesawat Hercules. Ketua Komisi Pertahanan Mahfudz Siddiq mengatakan, masalah harga hibah pesawat tersebut tergantung di dalam perjanjian kontrak.

Liputan6.com, Jakarta: Komisi Pertahanan DPR menanyakan perihal hibah pesawat Hercules saat bertemu dengan Menteri Luar Negeri Australia, Bob Carr di DPR. Pasalnya harga hibah Hercules dari Australia ke Indonesia, dianggap terlalu mahal.

Ketua Komisi Pertahanan Mahfudz Siddiq mengatakan, Menlu Australia bilang, kalau masalah harga tergantung dalam perjanjian kontrak. Sementara Kementerian Pertahanan sendiri belum pernah menyampaikan informasi yang jelas terkait itu.

"Hercules yang kita terima itu membutuhkan biaya sekitar US$60 juta. Nah, informasi yang kita dapatkan itu terlalu tinggi. Sampai sekarang Komisi I dapat kejelasan dari Kemenhan," katanya, Jakarta, Senin (16/7).

Menurut Mahfudz, anggaran sebesar itu sebetulnya bisa membeli pesawat Hercules yang baru. Apalagi, Komisi Pertahanan sudah pernah membahas soal Hercules itu bersama dengan Kemenhan pada 2011 silam.

Namun, pada waktu itu, Kemenhan tidak menggunakan anggaran tersebut. Dan Kemenhan juga sepakat ditunda soal hibah Hercules tersebut. Lalu, anggaran hibah ini direalokasi untuk biaya perbaikan pesawat Hercules yang ada.

"Jadi anggaran yang ada di 2011 dan 2012 itu anggaran yang sudah direalokasi. Sehingga dana hibah untuk enam Hercules dari Australia ini belum ada. Jadi Komisi I masih menunggu usul baru mengenai anggaran," katanya.

Itu sebabnya, Komisi I, kata Mahfudz, meminta kepada Kemenhan segera memberitahukan inisiatif anggaran untuk hibah enam pesawat Hercules itu. Bila anggarannya diambil dari anggaran 2012, maka bisa terjadi penyalahgunaan anggaran. "Karena ada realokasi tanpa pembahasan dengan DPR," ujarnya. (FRD)


    Video Terkini