Liputan6.com, Madura: Batu dan botol menghujani sejumlah personel Polres Sumenep yang berupaya meredam kemarahan ribuan santri dan alumni Pesantren An-Nuqayah, Guluk-guluk, Sumenep, Jawa Timur, di depan Gedung DPRD setempat, Selasa (17/7). Pendemo kesal karena rekan mereka ditolak saat daftar menjadi anggota Bintara.
Massa yang melihat polisi mundur mengalihkan sasaran ke pos penjagaan gedung DPRD. Lantaran terdesak, polisi melepaskan tembakan gas air mata. Massa tercerai namun kemarahan mereka belum reda.
Sejumlah pot-pot penghias median jalan dirusak. Kerusuhan mereda setelah Kapolres Sumenep Ajun Komisaris Besar Polisi Dirin menemui massa dan meminta maaf terkait proses rekrutmen Bintara Polri.
Perwira Polda Jatim Komisaris Besar Abdul Gafur berpendapat proses seleksi anggota polisi sudah ada ketentuan yang baku. Kendati demikian, ia mengingatkan, kesempatan tersebut dibuka bagi semua warga negara.
Sebelumnya, massa sempat mendatangi Mapolres Sumenep. Mereka menuding Kapolres Sumenep tidak memahami ketentuan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan terkait pendaftaran calon polisi dari pondok pesantren. Menurut pendemo meski An Nuqayah tidak termasuk lima pesantren di Jawa Timur yang boleh mendaftar, namun rekan mereka mendaftar dengan menggunakan ijazah Madrasah Aliyah, bukan ijazah pesantren.(ADI/ULF)
Massa yang melihat polisi mundur mengalihkan sasaran ke pos penjagaan gedung DPRD. Lantaran terdesak, polisi melepaskan tembakan gas air mata. Massa tercerai namun kemarahan mereka belum reda.
Sejumlah pot-pot penghias median jalan dirusak. Kerusuhan mereda setelah Kapolres Sumenep Ajun Komisaris Besar Polisi Dirin menemui massa dan meminta maaf terkait proses rekrutmen Bintara Polri.
Perwira Polda Jatim Komisaris Besar Abdul Gafur berpendapat proses seleksi anggota polisi sudah ada ketentuan yang baku. Kendati demikian, ia mengingatkan, kesempatan tersebut dibuka bagi semua warga negara.
Sebelumnya, massa sempat mendatangi Mapolres Sumenep. Mereka menuding Kapolres Sumenep tidak memahami ketentuan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan terkait pendaftaran calon polisi dari pondok pesantren. Menurut pendemo meski An Nuqayah tidak termasuk lima pesantren di Jawa Timur yang boleh mendaftar, namun rekan mereka mendaftar dengan menggunakan ijazah Madrasah Aliyah, bukan ijazah pesantren.(ADI/ULF)