Liputan6.com, Jakarta - Di tengah pandemi Corona Covid-19, para pembantu Presiden Joko Widodo atau Jokowi justru mengeluarkan pernyataan kontroversial.
Padahal sejatinya, pemerintah sebagai pelayan rakyat bertanggungjawab penuh terhadap pandemi Corona Covid-19.
Baca Juga
Aksi dan langkah-langkah yang disuguhkan pemerintah seharusnya membuat publik tenang. Sebab, di tengah wabah Corona Covid-19, rakyat khawatir terpapar.
Advertisement
Belum lagi banyak warga Indonesia yang kesulitan ekonomi akibat pandemi Corona Covid-19, misalnya saja ada terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) atau pedagang kaki lima yang tak bisa lagi menjajakkan barang dagangannya.
Salah satu pernyataan kontroversial yang dikeluarkan jajaran Kabinet Indonesia Maju adalah disampaikan oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan.
"Kenapa jumlah kita yang meninggal, maaf sekali lagi, itu angkanya tidak sampai 500. Padahal jumlah penduduk 270 juta," kata Luhut, Selasa, 14 April 2020.
Berikut aksi pembantu Jokowi yang justru menuai kontroversi di tengah pandemi Corona Covid-19:
**Ayo berdonasi untuk perlengkapan medis tenaga kesehatan melawan Virus Corona COVID-19 dengan klik tautan ini.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Ngabalin Sebarkan Kabar Bohong
Tenaga Ahli KSP, Ali Mochtar Ngabalin sempat membuat publik heboh. Ia mengabarkan salah satu pegawai di lingkaran Istana Kepresidenan Jakarta positif Covid-19.
"Satu orang positif Covid-19. Dari Kedeputian IV. Yang bersangkutan sudah diisolasi," kata Ngabalin saat dihubungi, Selasa, 3 April 2020.
Ngabalin menjelaskan, pihaknya kini sudah menjalankan protokol kesehatan dengan tracing atau melacak orang-orang yang pernah berkomunikasi dengan pegawai tersebut.
"Dia kontak terakhir dengan siapa, siapa teman di situ yang berdekatan, bekerja dan seterusnya. Karena informasi ini menjadi penting untuk mengetahui publik," ungkap Ngabalin.
Tidak hanya itu, Ngabalin juga memastikan nantinya kantor Staf Presiden akan dikosongkan. Pengosongan akan dilakukan selama 14 hari dan seluruh staf akan dilakukan rapid test.
"Mesti dicek ulang, 14 hari diisolasi. Kantor kita baru hari ini," jelas Ngabalin.
Namun, pernyataan Ngabalin langsung dibantah Plt Deputi IV Kantor Staf Presiden (KSP) Bidang Komunikasi Politik dan Informasi Juri Ardiantoro. Dia memastikan seluruh staf KSP dalam kondisi sehat.
"Iya, Jadi hingga Jumat sore ini tidak ada staf KSP yang positif Covid-19. Alhamdulillah semuanya sehat walafiat," kata Juri.
Juli menjelaskan, seluruh staf sudah melakukan rapid test virus Corona. Tes tersebut bertujuan untuk mencegah penyebaran virus Corona karena pegawai KSP bertemu banyak orang dalam bekerja.
Hasil rapid test, kata Juli, menunjukkan beberapa staf memang positif. Namun, setelah dicek kedua kali dengan tes Polymerase Chain Reaction (PCR), semuanya dinyatakan negatif.
Advertisement
Menko Luhut
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan memantik kontroversi.
Melalui video konferensi di Channel YouTube Kemenko Bidang Kemaritiman dan Investasi RI, Jakarta, Selasa, 14 April 2020.
Dalam video tersebut, Luhut menyebut data jumlah korban meninggal akibat Covid-19 di Indonesia tidak sebanyak negara lain.
"Kenapa jumlah kita yang meninggal, maaf sekali lagi, itu angkanya tidak sampai 500. Padahal jumlah penduduk 270 juta," ujar Luhut.
Berdasarkan data yang disampaikan Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Achmad Yurianto di hari yang sama, sudah ada 4.000 orang terjangkit. Namun, angka kematian masih di bawah 500 orang.
Dia menyebut, kondisi ini berbeda dengan kasus Covid-19 di Amerika Serikat yang sudah memakan 22 ribu korban jiwa.
Padahal, kata Luhut, jumlah penduduk di Amerika Serikat tidak jauh berbeda dengan Indonesia yang menyentuh angka 328 juta orang.
"Jadi untuk menyikapi ini, yang ingin saya jelaskan, itu juga harus hati-hati cermat, tidak grusa-grusu juga harus pas," ucap Luhut.
Ulah Stafsus Jokowi
Di hari yang sama, muncul kegaduhan akibat ulah Staf Khusus (Stafsus) Presiden Joko Widodo (Jokowi), Andi Taufan Garuda Putra.
Lulusan Harvard Kennedy School jurusan Master of Public Administration 2016 ini mengirim surat berkop sekretariat kabinet kepada seluruh camat di Indonesia.
Melalui surat tersebut, ia meminta dukungan kepada seluruh camat untuk Relawan Desa Lawan Covid-19.
Program tersebut diinisiasi Kementerian Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi yang bekerja sama dengan PT Amartha Mikro Fintek (Amartha). Andi Taufan merupakan pendiri Amartha.
Andi Taufan menjelaskan, surat tersebut bersifat pemberitahuan dan dukungan kepada program desa untuk melawan Covid-18 yang diinisiasi Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi. Andi Taufan juga menjelaskan tidak ada maksud buruk dalam surat tersebut.
"Melalui dukungan secara langsung oleh tim lapangan Amartha yang berada di bawah kepemimpinan saya," terangnya.
Dia mengatakan dukungan tersebut murni dari dasar kemanusiaan dan dengan biaya Amartha serta donasi masyarakat, yang akan dipertanggungjawabkan secara transparan dan akuntabel. Dukungan dan biaya tersebut Taufan mengklaim tidak ada campur tangan dari negara.
"Dukungan yang diberikan dilakukan tanpa menggunakan anggaran negara, baik APBN maupun APBD," ujar Andi Taufan.
Setelah surat yang dikirimkannya viral di media sosial dan menimbulkan polemik, Andi pun akhirnya meminta maaf. Ia juga menarik kembali surat tersebut.
"Saya mohon maaf atas hal ini dan menarik kembali surat tersebut," kata Andi Taufan dalam surat terbuka yang didapat merdeka.com, Selasa, 14 April 2020.
Advertisement
Menkes Terawan
Sebelum virus Corona Covid-19 terdeteksi di Indonesia, Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto yakin RI bersih dari virus mematikan itu.
Ia juga menyebut warga Indonesia bebas dari virus yang menyerang bagian pernapasan itu karena faktor imunitas dan doa.
"Secara medis, doa. Semua karena doa saya yakin," kata Terawan, Sabtu, 15 Februari 2020.
Empat hari sebelumnya, Terawan mempertanyakan penelitian ahli Harvard yang memprediksi virus corona sudah masuk Indonesia tanpa terdeteksi.
Mantan Kepala RSPAD Gatot Subroto ini menilai prediksi ahli Harvard terlalu mengada-ada.
Bahkan, Terawan menantang para ahli Harvard datang ke Indonesia untuk melihat dan meninjau langsung alat serta laboratorium pendeteksi virus corona.
"Ya Harvard suruh ke sini-lah saya buka pintunya untuk melihat. Jadi kita tidak ada yang ditutup. Amerika saya bilang lihat sendiri, dan itu alat yang dipakai alat dari Anda sendiri," kata Terawan.
Reporter : Supriatin
Sumber : Merdeka