Liputan6.com, Jakarta - Menjadi tenaga medis yang bertugas menangani suspect dan pasien Covid-19 tidak selalu berujung dramatis.
Seperti dialami Galuh Ajeng Ari Pratiwi, perawat di Puskesmas Kecamatan Koja, Jakarta Utara, yang bertugas sebagai anggota tim Penyelidikan Epidemiologi (PE) sejak merebaknya Covid-19.
Baca Juga
Perempuan berusia 25 tahun ini mengalami berbagai pengalaman sebagai petugas medis, mulai dari ditolak warga berstatus orang dalam pengawasan (ODP), pasien dalam pengawasan (PDP) hingga digoda pasien.
Advertisement
"Kadang ada ODP yang tidak terima saat kita surveilans. Ya kita tanggapi dengan positif saja," ujarnya, Sabtu (18/4/2020).
Terhadap ODP dan PDP itu, Galuh mengaku tidak memiliki trik khusus. Selama ini, ia dan rekan-rekannya hanya bermodal sabar serta terus melakukan pendekatan secara persuasif.
Hasilnya, tidak sedikit ODP dan PDP yang malah akhirnya menghubungi mereka saat merasakan gejala medis.
"Bila sudah demikian, selanjutnya akan terbangun rasa percaya dari pasien yang kemudian lebih kooperatif melaporkan atau merespons pemantauan yang dilakukan petugas," jelas Galuh seperti dikutip dari BeritaJakarta.
Dilanjutkan Galuh, setiap harinya ia bersama 13 tenaga medis lain di Tim PE Puskesmas Kecamatan Koja mendapat jatah melakukan surveilans satu hingga lima orang pasien. Tugas surveilans terhadap pasien rutin dilakukan setiap hari hingga 14 hari ke depan status pasien terkonfirmasi negatif.
Akibat interaksi rutin itu, ada beberapa pasien pria yang malah menggodanya. Bukan hanya itu, berbagai kisah seru juga pernah dilakoni Galuh, saat melakukan surveilans ke kediaman suspect.
Dia mengaku, semangatnya tetap terjaga dalam menjalankan tugas karena mendapat dukungan dari keluarga dan orang-orang terdekat di lingkungannya, di wilayah Cilincing.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Sudah Risiko Profesi
Walau tidak mendapat perlakuan intimidatif, ia mengaku selalu berhati-hati setiap bertugas dengan selalu menjalankan protokol kesehatan secara ketat agar tidak terpapar ataupun menjadi pembawa virus yang membahayakan keluarga maupun lingkungan tempat tinggalnya.
"Selagi mengikuti protokol secara ketat kita yakin terhindar, tapi kalau sudah melaksanakan SOP terpapar juga ya pasrah. Sudah risiko profesi," tandas Galuh.
Â
Advertisement