Sukses

Prediksi Kasus Corona di Indonesia Jika Pemerintah Tak Buat Larangan Mudik

Bahayanya yang terjadi apabila mereka yang mudik kembali ke desa atau kabupaten dengan tingkat pelayanan kesehatan tidak sebaik di kota.

Liputan6.com, Jakarta - Ahli Epidemiologi dan Biostatistik Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) Pandu Riono mengungkap bahayanya mudik di tengah pandemi Corona jika tidak juga dilarang oleh pemerintah.

Pandu membuat prediksi jumlah pasien yang akan dirawat jika mudik tetap dilakukan hingga nanti saat arus balik Lebaran 2020.

Pandu hanya menggunakan asumsi mudik di Pulau Jawa. Dia memprediksi akan ada 200 ribu orang dirawat di rumah sakit. Penambahan tersebut menurut Pandu terjadi di luar Jabodetabek.

"Akan ada penambahan kasus di Jawa, di luar Jabodetabek. Sekitar 200 ribu kasus yang butuh perawatan rumah sakit," ujar Pandu dalam web diskusi, Minggu (19/4/2020).

Dia mengingatkan bahayanya yang terjadi apabila pemudik kembali ke desa atau kabupaten yang tingkat pelayanan kesehatan tidak sebaik di kota.

Pandu mengkhawatirkan pelayanan kesehatan di daerah tidak dapat memenuhi kebutuhan hingga akhirnya bisa menyebabkan angka kematian meningkat.

"Dapat dibayangkan 200 ribu ini jika tidak bisa ditampung, maka angka kematian akan tinggi," kata Pandu.

Namun, menurut Pandu, jika mudik dilarang, maka akan dapat menekan angka tersebut.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Buat Larangan Mudik

Pandu mendesak perlu ada upaya pencegahan yang serius. Menurutnya, saat ini masih ada waktu menyadarkan masyarakat untuk menahan keinginan mudik mereka.

Sementara itu, kata Pandu, arus balik juga akan membawa masalah baru. Dengan asumsi kurva di Jakarta sudah menurun, dengan adanya arus balik dapat berpotensi kasus meningkat kembali.

"Kurva Jakarta sudah turun, sudah mulai turun tapi gara-gara arus balik itu akan naik," jelas Pandu.

 

Reporter: Ahda Bayhaqi

Sumber : Merdeka