Sukses

Deretan Kisah Pilu Dampak Wabah Corona yang Berujung Maut

Tak hanya menelan korban jiwa akibat terpapar virus corona ini, namun juga banyak masyarakat yang ikut merasakan dampak dari wabah tersebut.

Liputan6.com, Jakarta - Pandemi corona covid-19 telah memporakporandakan kehidupan masyarakat Indonesia. Tak hanya menelan korban jiwa akibat terpapar virus dari Wuhan ini, namun juga banyak masyarakat yang ikut merasakan dampak dari wabah ini.

Roda ekonomi pun tak lagi berputar dengan normal akibat wabah corona ini. Banyak perusahaan yang gulung tikar hingga berakhir pada keputusan yang menyedihkan hati. Para pekerja terpaksa di-PHK atau pun dirumahkan sementara hingga situasi normal kembali.

Di balik dampak ini, sejumlah orang menjadi kolaps hingga nekat mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri.

Ada juga yang mencoba bertahan di tengah badai kesulitan ekonomi dengan hanya meminum air galon untuk mengusir rasa lapar di perutnya. Bahkan lapar itu ditahannya hingga dua hari lantaran tidak adanya uang untuk membeli kebutuhan logistik.

Berikut ini deretan kisah pilu dampak pandemi corona yang berujung maut:

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

2 dari 4 halaman

1. Tak Sanggup Bayar Cicilan

Pengemudi taksi online ditemukan tewas di sebuah kebun kosong, Cikarang Timur, Kabupaten Bekasi, pada Senin 6 April 2020 malam di tengah wabah Corona.

JL (33) diduga nekat mengakhiri hidup karena tak sanggup membayar cicilan kendaraan. Hal itu berdasarkan keterangan dari istri korban.

"Sebelumnya ada seorang laki-laki yang datang ke rumah menanggih cicilan kredit mobil, setelah itu korban sering melamun," kata Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Yusri Yunus dalam keterangannya, Selasa (7/4/2020).

Yusri mengatakan, driver taksi online itu diduga depresi. Menurut pengakuan istrinya, korban menganggur sejak wabah virus Corona menghantui Indonesia.

"Korban sudah hampir dua bulan tidak narik penumpang," ujar Yusri.

 

3 dari 4 halaman

2. PHK yang Berakhir Tragis

Seorang pria ditemukan tewas di kamar kos di kawasan Jakarta Barat pada Selasa (21/4/2020) pagi.

Diduga karena frustasi setelah menjadi korban pemutusan hubungan kerja (PHK), JT (27) nekat mengakhiri hidupnya secara tragis.

Kanit Reskrim Polsek Kembangan Ajun Komisaris Polisi, Niko Purba menjelaskan, jenazah korban pertama kali ditemukan oleh adik dan ibunya pada pukul 09.50 WIB. Keduanya curiga karena tak melihat batang hidung JT sepulang dari ziarah.

"Korban dipanggil tidak ada jawaban dan pintu kosan korban dalam keadaan terkunci," kata Niko dalam keterangan tertulis, Selasa (21/4/2020).

Niko menuturkan, keduanya menemukan korban dalam keadaan tidak bernyawa. Saat itu kondisi korban, dengan bertelanjang dada dan mengenakan celana panjang hitam.

"Kami tidak temukan tanda-tanda kekerasan. Kuat dugaan meninggal akibat bunuh diri," ujar dia.

Menurut keterangan, korban baru sebulan yang lalu dirumahkan oleh atasannya. Saat ini, jasad korban telah dievakuasi ke RSCM.

"Kata kakaknya baru di PHK, mungkin karena itu terus suntuk," ucap Niko.

 

4 dari 4 halaman

3. Tahan Lapar Berujung Maut

Warga Kelurahan Lontar Baru, Kecamatan Serang, Banten, bernama Yulie Nuramelia (43) dilaporkan meninggal dunia setelah dua hari kelaparan. Yuli dan keluarganya bertahan hidup hanya dengan meminum air galon isi ulang semenjak merebaknya virus Corona Covid-19 di Indonesia.

Kisah keluarga ini sempat viral di media sosial. Yulie meninggal dunia pada Senin, 20 April 2020 sekitar pukul 15.00 WIB.

Yulie meninggalkan empat orang anak dan seorang suami, bahkan ada satu anaknya yang masih bayi. Empat orang anak-anaknya juga dikabarkan harus menahan lapar selama dua hari dengan meminum air galon isi ulang, lantaran suaminya Mohamad Holik (49) yang sehari-harinya menjadi pemungut barang rongsok tak bisa mendapatkan penghasilan. Lapak pembeli barang bekasnya tutup di tengah wabah.

Begitupun anak sulungnya yang biasa bekerja sebagai buruh tak bisa menambah penghasilan bagi kedua orangtuanya, karena tempatnya dia bekerja tutup semenjak merebaknya Corona Covid-19.

Yulie, sebenarnya sempat menerima bantuan dari para relawan dan donatur saat kondisinya masih sehat.

"Pagi segar, sehat. Tidak ada keluhan. Karena ada pikiran kalau kata dokter. Mungkin banyak orang yang ngomongin," kata sang suami, Mohamad Holik, ditemui dirumah duka, Senin (20/4/2020).

Penghasilan suaminya sebagai pemulung barang bekas hanya sebesar Rp 25 ribu sampai Rp 30 ribu per harinya. Itupun harus dibagi untuk masak dan kebutuhan hidup lainnya.

Namun semenjak Corona dan bantuan sosial belum juga di dapatkan dari Pemprov Banten maupun Pemkot Serang. Keluarga yang rumahnya masih menumpang itu harus menahan lapar dengan mengkonsumi air galon selama dua hari, termasuk sang anak yang masih bayi, hanya diberikan air mineral isi ulang. Hingga akhirnya berbagai relawan memberikan bantuan bagi keluarga almarhum Ibu Yuli.

Rochman Setiawan, salah satu relawan yang sempat memberikan bantuan dan bertemu langsung dengan almarhum mengaku kaget mendengar Ibu Yuli meninggal. Lantaran dia baru memberikan bantuan pada Senin, 20 April 2020 sekitar pukul 10.00 WIB.

"Kalau ada yang bilang keluarga Ibu Yuli enggak kelaparan, itu bohong. Waktu saya kasih bantuan, itu roti, langsung dimakan sama anaknya. Saya kaget pas dapat kabar ibu (Yuli) meninggal dunia," kata pria yang akab disapa Omen itu, sembari terdengar suara menangis saat dikonfirmasi melalui sambungan selulernya, Senin (21/4/2020).

Sedangkan pihak Kelurahan Lontar Baru, Kecamatan Serang, Kota Serang, Banten, mengaku tak yakin keluarga tersebut menahan lapar selama dua hari dengan meminum air galon isi ulang. Karena pihak kelurahan tak mendapatkan laporan adanya warga yang kelaparan selama Corona.

"Dua hari enggak makan saya sendiri enggak percaya juga yah. Karena saya dapat informasi beliau masih makan," kata Lurah Lontar Baru, Dedi Sudradjat, ditemui dirumah duka, Senin (21/04/2020).

Pihaknya juga tidak bisa memastikan penyebab Ibu Yulie meninggal dunia. Karena berdasarkan laporan yang dia terima dari tim medis, almarhum tidak terpapar Corona Covid-19. Dedi juga mengatakan kelaparan tidak membuat Ibu Yuli meninggal dunia.

"Kalau penyebabnya saya belum tahu pasti, tapi dokter bilang bukan Covid-19. (Menahan lapar) saya kira bukan itu. Pihak puskesmas bilang meninggal di jalan. Bukan juga (meninggal) karena kelaparan," jelasnya.