Sukses

Cerita Warga yang Batal Mudik Karena Pandemi Corona

Pemerintah melarang masyarakat untuk mudik Lebaran 2020. Pelarangan mudik diberlakukan mulai Jumat 24 April 2020.

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah melarang masyarakat untuk mudik Lebaran 2020. Pelarangan mudik yang diberlakukan mulai Jumat 24 April 2020 itu untuk mencegah sekaligus memutus rantai penyebaran virus Corona atau Covid-19.

Adanya pelarangan mudik tersebut, membuat sejumlah masyarakat membatalkan tiket kepulangannya ke kampung halaman. Seperti Mariyam, yang terpaksa membatalkan tiket pesawat tujuan Pontianak, Kalimantan Barat.

"Enggak boleh sama pemerintah gara-gara Corona. Sudah beli tiket, sudah dibatalin, karena enggak bolehkan. Akhirnya dibatalin tiketnya, sudah bayar enam bulan sebelum Lebaran sudah beli," kata Mariyam kepada merdeka.com, Rabu (22/4/2020).

Uang tiket yang dikembalikan kepadanya tidak ada potongan. Namun, uang tiket bakal dikembalikan 40 hari setelah lapor.

"Tergantung maskapainya (balikin full), kalau saya kan pakai Citilink, 100 persen dibalikin. Tapi 40 hari kerja baru dibalikin uangnya, baru bisa kembali uangnya. Saya kembaliin tiketnya awal bulan April saya ngajuin, dibalikinnya nanti akhir April atau enggak awal bulan Mei, 40 hari pokoknya pas kita pengajuan itu," sebutnya.

Meski begitu, ia tetap merasa kecewa tidak bisa mudik karena tak dapat bertemu orangtua dan berkumpul dengan keluarga yang berada di kampung halaman.

"Saya rugi, karena sudah lama enggak pulang kampung. Kangen banget ingin ketemu keluarga," kata dia.

Untuk melepas rasa rindu, ia pun melakukan video call dengan keluarga di kampung. 

Hal tersebut juga dirasakan oleh ibu dengan dua orang anak laki-laki yakni Nurzahara Amalia. Dia menunda pergi rumah orang tuanya di Menes, Pandeglang, Banten lantaran kondisi Indonesia yang sedang dilanda virus Corona.

"Kalau Lebaran kan pasti mudik, pasti pulang. Saya kalau pulang ke kampung itu sebulan sekali juga, cuman kalau lebaran pasti mudik. Tapi ini enggak (mudik), karena lagi pandemi Corona, terus pemerintah juga ngelarang untuk mudik. Jadi, orang tua di sana juga sudah sepuh, sakit juga. Jadi lebih baik kita yang berkorban, daripada ada risiko apa-apa sama orang tua. Apalagi sini tinggal di zona merah juga kan," ujar Ara.

Untuk melepas rasa rindu dan mengetahui kondisi orang tua di kampung halaman, ia meminta tolong kepada saudara yang berada di kampung untuk mengirim foto orang tuanya  atau melakukan video call. Hal itu juga untuk menghilangkan rasa sedih.

Dia pun ingin masyarakat lainnya mengikuti aturan pelarangan mudik untuk memutus rantai penyebaran Corona. Dia tak ingin ada masyarakat lagi yang terinfeksi virus mematikan itu.

"Karena kasihan juga kan kalau di daerah semakin banyak yang terkontaminasi di daerah kan lebih minim tenaga medisnya, lebih minim rumah sakit, layanan gitu-gitu. Kasihan nanti orang-orang di kampung," ucap dia.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

2 dari 2 halaman

Minta Masyarakat Lain Tunda Mudik

Selain itu, Fuji yang memiliki orang tua di Tuban, Jawa Timur juga terpaksa mengurungkan rencana kepergiannya itu. Karena, ia sangat mendukung dengan anjuran pemerintah tentang larangan mudik dan diberlakukannya PSBB.

"Alasan pertama enggak mudik, kita mendukung peraturan baru pemerintah ya social distancing, kemudian dukung PSBB. Karena kita enggak, apa jangan-jangan kita yang menularkan atau nanti kita yang tertular ketika kita proses perjalanan ke kampungnya atau ketika sampai di kampung, bahkan ketika kita balik lagi ke sini," kata Fuji.

Ia ingin agar masyarakat lain juga untuk menunda niatannya untuk pulang kampung. Menurutnya, mudik lebaran itu bukan sebuah aturan yang jika kita tidak laksanakan bakal terkena hukum.

"Jadi dengan kondisi sekarang ini, turunkan ego. Karena sebenarnya ketika nanti mudik, jangan-jangan kita yang tertular, kemudian ketika kita terinfeksi menularkan orang-orang yang ada d isekitar kita. Kan bisa dengan video call whatsapp, telepon, itu sudah cukuplah mewakili rasa rindu, kemudian tetep berkumpul, memastikan keluarga di sana baik-baik saja," jelasnya.

Achmad Ferdiansyah atau akrab disapa Achmet ini merasa sedih karena tak dapat berjumpa dengan keluarganya. Namun dia tetap menyetujui kebijakan pemerintah.

"Gua sih ikut saja, daripada kenapa-kenapa kan, gua bawa bocah kecil-kecil. (Perasaan) Sedih pastinya, enggak bisa ziarah ke makam, enggak bisa kumpul dan bertemu keluarga yang setahun sekali kan, yang ketemunya dari mana-mana. Ini terpaksa diam di rumah," ujar Achmet.

Ia berharap agar masyarakat tetap bersabar dengan kondisi sekarang ini. Karena, apa yang dilakukan pemerintah merupakan yang terbaik untuk masyarakatnya.

"Harapan biar pandemi ini segera selesai, terus ada perubahan dari pemerintah karena selesai, cabutlah larangan mudik. Gua harap sih masyarakat bersabar saja dulu. Kita kan enggak tahu, orang-orang yang rentan kena itu, santai saja dulu," kata Achmad.

 

 

Reporter: Nur Habibie

Sumber: Merdeka