Sukses

Pabrik Tempe di Semper Tutup

Mengingat harga kacang kedelai yang melonjak hingga Rp 8 ribu per kilogram, Abdul Rohim, perajin tempe di Semper, Jakarta Utara, berhenti memproduksi tempe.

Liputan6.com, Jakarta: Abdul Rohim, perajin tempe di kawasan Semper, Jakarta Utara, tampak lesu. Karena tak lain ia telah berhenti memproduksi tempe di pabrik miliknya selama dua hari. Puluhan perajin tempe yang kerap membantunya juga diliburkan.

Keputusan diambil mengingat harga kacang kedelai yang melonjak hingga Rp 8 ribu per kilogram. Kondisi ini membuat Abdul Rohim putus asa. Dijumpai SCTV, Selasa (24/7), ia menyampaikan harapan agar pemerintah mampu menstabilkan harga kedelai agar tak bangkrut.

Sikap ini bentuk protes selama tiga hari menyusul lonjakan harga kedelai impor. Tak cuma Abdul Rohim, puluhan perajin tempe dan tahu lainnya pun gulung tikar [baca: Perajin Tahu Tempe Mulai Berhenti Produksi]. Hal sama pernah terjadi pada 2008 silam.

Setali tiga uang dengan Tukino. Pabrik tahu rumahan miliknya di Mampang, Jakarta Selatan, juga menghentikan produksi. Tinggal sisa bahan baku yang teronggok. Padahal biasanya dia bisa menghasilkan 200 kilogram tahu per hari.

Sementara di Jakarta Pusat, distributor kedelai memaklumi langkah mogok operasi yang dilakukan perajin tahu dan tempe. Dengan kondisi harga kedelai yang naik tiap hari, hampir mustahil bagi perajin tempe skala kecil bisa bertahan.

Terkait kondisi ini pengurus Gabungan Perajin Tahu Tempe Sutaryo meminta pemerintah mengambil langkah cepat. Misalnya dengan membebaskan bea masuk kedelai lima persen untuk sementara. Namun ia menyesalkan pemerintah yang tak bisa mewujudkan swasembada kedelai.

Ketergantungan Indonesia terhadap kedelai impor memang besar. Menurut data Badan Pusat Statistik 2011, Indonesia mengimpor kedelai 2,08 juta ton dari kebutuhan kedelai 2,4 juta ton atau hampir 87 persen. Sebagian besar impor berasal dari Amerika Serikat, Malaysia, Argentina, Uruguay, dan Brasil.(AIS)
    Video Terkini