Sukses

Penuhi Kebutuhan Warga, PKK Banyuwangi Libatkan Kader Produksi Ribuan Masker

Tim PKK Banyuwangi tak hanya membantu warga untuk pemberian masker, tapi para ibu rumah tangga yang berprofesi sebagai penjahit karena membantu perekonomian.

Liputan6.com, Jakarta Salah satu upaya untuk mencegah penyebaran virus corona dengan menggunakan masker. Terkait pencegahan tersebut, Pemkab Banyuwangi pun ambil bagian memenuhi kebutuhan warganya dengan memproduksi massal masker kain. 

Produksi massal itu dilakukan oleh kader dari Tim Penggerak PKK Banyuwangi. Mereka yang dilibatkan rata-rata adalah ibu-ibu penjahit rumah tangga. 

Ketua TP PKK Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani Azwar Anas mengatakan pihaknya telah memesan 2.000 masker kepada kader PKK. Selain untuk preventif penyebaran Covid-19, pemesanan masker ini juga untuk memberdayakan para kader agar bisa survive di tengah masa darurat. 

"Biasanya menjelang lebaran, para kader kami yang berprofesi sebagai penjahit ini kebanjiran order menjahit baju. Namun sejak adanya Covid-19, mereka mengeluhkan orderan yang menurun drastis. Ini tentu saja membuat kami prihatin. Akhirnya kami putuskan, order masker inilah yang tepat, mengingat mereka juga ahli menjahit, dan saat ini sedang dibutuhkan banyak masker," ujar Dani, panggilan akrab Ipuk Fiestiandani, Sabtu (2/5).

Dani menyebut, ada 2000 masker yang dipesan PKK dari para kader yang ada di Kecamatan Kabat, Rogojampi,  Glagah dan Kalipuro. Tiap masker dihargai Rp5.500. 

"Masing-masing  penjahit kami beri jatah membuat 100 masker. Masker yang sudah jadi, akan dikumpulkan secara kolektif pada hari Senin akan kami bagi ke seluruh kader PKK," jelasnya.

Salah satu kader PKK yang mendapat pesanan ini adalah Ani Nupita, yang tinggal di Desa Karang Bendo, Kecamatan Rogojampi. Pipit, panggilan akrabnya mengaku bersyukur mendapat pesanan tersebut. Di tengah sepinya orderan pembuatan baju, pembuatan masker ini sangat menolong keluarganya.  

“Saya senang mendapat kepercayaan untuk mengerjakan pesanan masker ini. Tentunya ini juga sangat bermanfaat untuk membantu perekonomian keluarga kami,” ujar Pipit.

Di tahun-tahun sebelumnya, Pipit mengaku tak pernah sepi orderan jahitan baju. Ada saja orang yang ingin menjahit baju. Terutama saat tahun ajaran baru dan bulan Ramadan. Biasanya untuk satu stel baju dibandrolnya seharga Rp100-150 ribu, tergantung jenis kain dan kerumitan model baju yang diminta. 

“Tapi tahun ini berbeda, mungkin karena orang nggak mikirin bikin baju, jadi pesanan merosot tajam. Pesanan masker ini bergunan untuk menambal kebutuhan,” jelasnya.

Dalam sehari, Pipit mampu mengerjakan hingga 50 masker. Masker yang dibuatnya adalah jenis dua lapis, dengan material kain katun dan oxford. 

“Saya bikinnya dari dua jenis kain, yaitu katun dan oxford. Katun enak dipakai karena terasa dingin dan nyaman, sedangkan oxford lebih tebal, namun tetap nyaman. Nah di dalamnya juga bisa kita tambahkan tisu agar lebih efektif mencegah masuknya virus,” jelasnya.

 

(*)