Sukses

Jalani Rapid Test, 99,5 Persen Petugas di Kargo Bandara Soetta Negatif Corona

Tugas para pekerja di wilayah kargo adalah gerbang utama dari masuknya barang dari negara-negara lain. Karenanya penting terbebas dari Corona.

Liputan6.com, Jakarta - Rapid test untuk mendeteksi virus Corona atau Covid-19 dilakukan terhadap 300 orang, terdiri dari Bea cukai, Imigrasi, Angkasa Pura 2 Cargo, BNPB, Perusahaan Pengurusan Jasa Kepabeanan (PPJK), AVSEC, petugas gudang, dan petugas-petugas lainnya di lingkup terminal kargo Soekarno-Hatta. Hasilnya 99,5 persen dinyatakan terindikasi negatif Covid-19.

"Kami mengapresiasi upaya rapid test dilakukan kepada petugas di lingkup kargo. Inisiatif ini merupakan yang pertama, dan sudah dilakukan selama dua kali secara reguler menjadi langkah krusial," kata General Manager Logistik dan Distribusi Angkasa Pura Kargo Ade Yolando Sudirman lewat siaran pers diterima, Rabu (6/5/2020).

Ade mengatakan, tugas para pekerja di wilayah kargo adalah gerbang utama dari masuknya barang dari negara-negara lain, termasuk APD, obat-obatan, perangkat uji, dan lain sebagainya. Karenanya, kondisi kesehatan mereka sangat penting untuk dipastikan terbebas dari indikasi virus Corona atau Covid-19.

Upaya tes cepat ini mendapat dukungan dari PT Fokus Keluarga Sehat (FKS Sehat). Kepastian hasil rapid test mereka peroleh setelah dua kali melaksanakan tes massal menggunakan perangkat bermerek Vazyme dalam rentang jarak waktu dua minggu.

"Vazyme telah teruji klinis dengan tingkat akurasi sebesar 95,09 persen dan tingkat sensitivitas terhadap virus SARS COVID 2 mencapai 91,54 persen serta specificity (kekhususan) terhadap virus sebesar 97,02 persen," jelas Yanuar Samron, Direktur PT FKS.

Rapid test akurat menjadi indikasi awal yang efektif dan efisien secara biaya, sebelum memutuskan apakah seseorang memerlukan swab test jika hasil tes dinyatakan reaktif terhadap SARS-Covid 2. Rapid test dilakukan untuk mencari contact tracing guna pelandaian kurva penyebaran Corona Covid-19.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

2 dari 2 halaman

Ada 3 Metode Deteksi Virus Corona

Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito menyampaikan, saat ini ada tiga jenis tes untuk mendeteksi virus Corona atau Covid-19 di Indonesia.

Pertama adalah tes menggunakan Real Time - Polymerase Cgain Reaction (RT-PCR). Tes ini memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang cukup tinggi bahkan hampir 95 persen.

"RT PCR inilah yang dipakai di seluruh dunia untuk memastikan apabila sampel berupa swabnya diambil dari hidung atau tenggorokan, itu bisa dites dan menunjukkan positif atau negatif terhadap virus SarsCov 2 ini," kata Wiku di Gedung BNPB, Jakarta Timur, Selasa (5/5/2020).

Tes kedua yakni Tes Cepat Molekuler (TCM). Tes ini menggunakan sebuah relatif yang begitu cepat yang dilakukan secara molekuler dan memunyai sensitifitas sekitar 95 persen.

"TCM, tes cepat molekuler, menggunakan sebuah yang relatif cepat, dilakukan secara molekuler, dan ini memiliki sensitivitas dan spesifisitas cukup tinggi sekitar 95 persen," kata Wiku.

Kendati hampir sama dengan RT-PCR untuk mendeteksi Corona, TCM dinilai lebih cepat. Pasalnya, tes RT-PCR harus memerlukan reagen dan sampel.

"Kalau yang RT PCR tadi sering disebut sebagai open system jadi sistemnya terbuka, memerlukan reagen dan sampel, dan bisa di lakukan tes dengan relatif cepat beberapa jam sudah bisa ketemu hasilnya," kata Wiku.

Wiku memaparkan, alat tes TCM sebelumnya hanya dipakai untuk menguji sejumlah penyakit. Misalnya, TBC, HIV, dan lainnya. Bahkan, alat ini diklaim sudah dimiliki oleh pemerintah Indonesia dan tersebar di banyak tempat.

"Kalau ini dipakai, maka hasilnya lebih cepat keluarnya dan sangat spesifik dan sensitif. Alat ini sebenarnya dimiliki oleh pemerintah Indonesia tersebar di banyak tempat, cuma masalahnya cartridge atau kasetnya itu kesulitan kita mendapatkannya karena persaingan di dunia semua perlu itu," kata Wiku.

Tes ketiga, lanjutnya, uji cepat atau biasa disebut Rapid Diagnostic Test (RDT). Tes ini berupa mengetes antibodi dalam tubuh seseorang.

"Jadi yang sering dipakai adalah RDT antibodi, di mana rapid test ini bisa mendeteksi adanya antibodi yang telah muncul di penderita, biasanya antibodi itu muncul setelah orang tersebut terpapar dan mulai tubuhnya melawan," kata Wiku.

Dia menyampaikan pentingnya suatu sistem dalam pengujian sampel jika seseorang dinyatakan positif. Artinya, harus ada tindakan cepat untuk memastikan hasilnya.

"Maka dari itulah pentingnya memiliki suatu sistem dalam pengujian, kalau sampai positif di itu harus di-follow up dengan tes menggunakan RTPCR untuk memastikan hasilnya," pungkas Wiku