Sukses

Pengrajin Tahu dan Tempe Gulung Tikar

Harga kedelai yang terus melangit, memaksa sebagian pengrajin tahu dan tempe menutup usahanya. Di Semarang, Jawa Tengah, misalnya, sebuah pabrik tahu dan tempe kini dialihkan menjadi rumah kos. Sementara pengrajin lain di Tasikmalaya, Jawa Barat, menyiasati tingginya harga kedelai dengan mengurangi produksi dan karyawan.

Liputan6.com, Tasikmalaya: Harga kedelai yang terus melangit, memaksa sebagian pengrajin tahu dan tempe menutup usahanya. Di Semarang, Jawa Tengah, misalnya, sebuah pabrik tahu dan tempe kini dialihkan menjadi rumah kos. Sementara pengrajin lain di Tasikmalaya, Jawa Barat, menyiasati tingginya harga kedelai dengan mengurangi produksi dan karyawan.

Alat-alat pembuat tempe dan tahu, seperti tong, wajan, dan cetakan kini hanya teronggok di rumah Parto di Saputan Barat, Tandang, Semarang. Dulu, rumah ini sekaligus pabrik tempe dan tahu yang cukup besar. Namun terus naiknya harga kedelai, memaksa Parto menyerah. Ia menutup pabrik itu, namun tak serta-merta menyingkirkan berbagai peralatan di dalamnya. Parto berharap bisa membuat tempe dan tahu lagi, saat harga kedelai kembali normal, entah kapan.

Sembari menunggu harga kedelai turun, Parto kini mengalihkan sebagian pabrik tahu dan tempenya menjadi kamar kos-kosan. Tapi tak semua pengrajin tahu tempe menyerah. Menghadapi kenaikan harga kedelai yang menggila, ada beberapa cara bisa dilakukan. Di Panglayungan, Tasikmalaya, Jawa Barat, sebagian pengrajin tahu dan tempe memilih mengurangi jumlah pekerja dari sembilan menjadi empat orang.
 Ini untuk menekan biaya produksi. Dan di saat yang sama, mereka menaikkan harga jual tahu tempe. Harga tahu dinaikkan dari Rp 200 menjadi Rp 250 per potong dan tempe dari Rp 2.000 menjadi Rp 2.500 per papan.

Ai Rohimah sebenarnya tahu ada ajakan mogok sebagai bentuk protes atas melonjaknya harga kedelai. Namun membuat tahu dan tempe adalah satu-satunya sumber nafkah, sehingga ia memilih tetap berproduksi.

Sementara itu di Pasar Cikurubuk, Tasikmalaya, tahu dan tempe tetap mudah didapat. Hanya saja harganya naik antara Rp 100 hingga Rp 500 per potong. (FRD)



* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.