Liputan6.com, Jakarta - The God Father of Broken Heart Didi Kempot meninggal dunia di Rumah Sakit Kasih Ibu, Solo, Jawa Tengah, Selasa, 5 Mei 2020, sekitar pukul 07.45 WIB.Â
Meski kini sang maestro campur sari telah pergi, lagu-lagunya hingga kini masih diputar para penggemarnya mulai dari kalangan muda hingga tua. Hal ini juga diakui oleh Pengamat Seni Budaya Wicaksono Adi.
Menurutnya, Didi Kempot dikenal sebagai penyambung akar kejawaan bagi masyarakat Jawa yang bekerja di luar Jawa atau Indonesia.
Advertisement
"Didi kempot pada tahun 1990-2005, waktu itu kita ingat rata-rata orang Jawa maupun orang Indonesia yang kenal Didi berasal dari pengamen dan menciptakan lagu. Didi Kempot sebagai penyambung akar kejawaan, menghubungkan dengan kampung. Mereka yang sedang bekerja di luar jawa," kata Wicaksono dalam diskusi 'Didi Kempot dan Kita' melalui siaran telekonference, Sabtu (9/5/2020).
Tidak hanya menjadi penyambung akar rumput, tema-tema lagu yang dibawakan Didi Kempot sederhana dan merakyat.Â
Siapapun, lanjut dia, bisa mendengarkan lagu yang dibawakan penyanyi asal Surakata tersebut. Mulai dari Stasiun Balapan hingga Pamer Bojo.
"Didi kempot lebih sederhana, tahun 90an awal 2000an hanya dikalangan jawa. Ada dua model Didi kempot, basisnya musik dangdut," ungkap Wicaksono.Â
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Sosok Idola di Kalangan Non Jawa
Wicaksono juga mengatakan Didi Kempot adalah sosok idola bukan hanya untuk kalangan yang mengerti bahasa Jawa. Tetapi kalangan yang tidak bisa berbahasa Jawa.
"Dia sudah cukup siap idola non Jawa. Non Jawa maksudnya tidak bisa berbahasa Jawa. Kesederhanaan itu sudah ada. Didi Kempot cara mengungkapkanya melankolis dengan ringan dan bisa ditertawakan dan tidak ektream," ungkap Wicaksono.
Â
Reporter:Â Intan Umbari Prihatin
Sumber: MerdekaÂ
Advertisement