Sukses

Kasmin, Tentara Tulen dari Pedalaman Kaltim

Selain harus menundukkan alam, tentara di daerah terpencil juga harus berkelit dengan gaji minim. Inilah yang dirasakan Kasmin, Babinsa Koramil Lumbis di pedalaman Kaltim.

Liputan6.com, Malinau: Kasmin adalah tentara dengan pangkat sersan kepala. Lelaki berusia 45 tahun ini sehari-hari adalah bintara pembina desa (babinsa) Komando Rayon Militer Lumbis, Malinau, sebuah daerah di pedalaman Kalimantan Timur. Untuk ke sana, butuh waktu tujuh hingga delapan jam perjalanan laut dan darat dari Tarakan.

Jabatan babinsa itu memaksa Kasmin setiap hari, selepas apel pagi, menyusuri lokasi penugasan dengan membuka catatan di tangan. Untuk menghemat biaya, prajurit kelahiran Sragen, Jawa Tengah ini, sengaja mencari tumpangan mobil atau perahu di sungai.

Buat Kasmin, menjadi babinsa memang bukan pilihan. Namun sebagai prajurit Kasmin harus selalu siap melaksanakan tugas. Sebagai manusia, bukan berarti Kasmin tak boleh mengeluh. Ia mengaku kesulitan menundukkan alam dan medan yang terpencar serta harus melewati sungai dan hutan. Kasmin juga mengaku sangat kesulitan memberikan penerangan kepada masyarakat lantaran masalah bahasa. "Sebagian besar warga kesulitan berbahasa Indonesia. Mereka lebih menggunakan bahasa ibu," tutur Kasmin kepada SCTV, baru-baru ini.

Beban lain yang menjadi masalah klasik adalah soal gaji. Jangankan untuk hidup sejahtera buat hidup pas-pasan saja terkadang sulit. Misalnya, jatah beras yang harus diambil di tarakan sudah pasti tak sampai ke rumah. Melainkan dijual di tengah jalan seharga Rp 2.000 per kilogram. Uang hasil penjualan kemudian dibelikan beras sesampai di Malinau yang harganya Rp 4.000 per kilogram. Jelas tekor dan beras yang didapat berkurang.

Tentu saja bapak dua anak ini bukan tipe tentara dan kepala rumah tangga yang letoy serta menyerah pada nasib. Untuk menghidupi keluarga dan menutupi kekurangan gaji, Kasmin memanfaatkan keahliannya yang ditimba di daerah asalnya, membuat tahu dan tempe. Lauk berbahan kacang kedelai produk Kasmin kini bahkan sudah menjadi bagian menu masyarakat setempat.(YYT/Abbas Yahya dan Agung Nugroho)