Liputan6.com, Jakarta Puluhan kios yang menjajakan jasa permak pakaian di lantai dasar Plaza Metro Atom, Pasar Baru, Jakarta Pusat, tampak sepi menjelang Lebaran. Apalagi di tengah pandemi virus Corona atau Covid-19.
"Di sini ada sekitar 60 tukang permak, tapi sekarang hanya ada sekitar 5-6 orang saja," kata Imung, seorang tukang permak pakaian saat ditemui di kiosnya di Plaza Metro Atom, Jakarta Pusat, Rabu 3 Mei 2020.
Dilansir Antara, mereka pulang kampung, penghasilan dari permak pakaian tak cukup untuk biaya hidup di kota yang sedang dilanda krisis.
Advertisement
Imung menceritakan, tahun lalu ketika belum ada pandemi Covid-19, dua pekan menjelang Lebaran, tempat ini ramai dikunjungi warga yang hendak merombak pakaian.
Suara mesin jahit menderu dari siang hingga subuh untuk memenuhi pesanan konsumen. Dalam sehari bisa ada 13 potong pakaian yang harus dirombak.
Kawasan Pasar Baru terkenal sebagai salah satu sentra perbelanjaan aneka produk fesyen di DKI Jakarta, sejak tahun 1820 sampai sekarang. Terdapat banyak toko-toko pakaian di kawasan ini, seperti Matahari, Ramayana dan mall.
Menjelang Lebaran, konsumen yang berbelanja ke toko-toko pakaian di Pasar Baru seringkali mampir ke tempat permak di Plaza Metro Atom untuk merombak pakaian yang baru saja mereka beli.
Penghasilan yang awalnya bisa diraup hingga Rp300 ribu per hari dari jasa permak pakaian, sekarang menukik turun sampai 90 persen.
Aturan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang diterapkan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk menekan angka penyebaran virus Corona, lantas membuat warga tak keluar rumah.
Hal itu berdampak terhadap jumlah pemesan pakaian permak. "Tahun lalu, saya kerja dari jam 10 siang sampai malam, kadang juga bisa sampai sahur karena banyak pesanan. Kalau sekarang buka jam 10 siang, tutup jam 4 sore," ujar Imung.
Â
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Deretan mesin jahin terbungkus kain
Deretan mesin jahit yang dibungkus kain mematung di depan kios-kios bersama manekin yang ditinggal para pemiliknya pulang kampung.
Beberapa tukang permak yang masih bekerja mengaku terpaksa, sebab mereka tak nyaman jika hanya berdiam di kosan menunggu bantuan sembako datang.
"Padahal tiket sudah saya beli untuk pulang kampung, tapi tiket itu hangus karena saya tak bisa pergi semenjak ada aturan pembatasan sosial berskala besar," kata Hadi, seorang tukang permak pakaian di Plaza Metro Atom.
Imung adalah warga Cilacap dan Hadi adalah warga Tegal yang terpaksa menunda agenda pulang kampung saat Lebaran, dan lebih memilih bertahan hidup di Jakarta demi menekan angka penyebaran virus Covid-19 ke daerah.
Mereka tetap menjalankan jasa permak pakaian di tengah pandemi virus corona jenis baru, meskipun jumlah penghasilan yang diperoleh hanya cukup untuk makan.
Advertisement