Liputan6.com, Jakarta Amir Hasan, guru SMKN 57 Jakarta, tak pernah menyangka dirinya bakal merasakan pengajaran secara online atau daring (dalam jaringan). Pandemi Covid-19 memang membuat banyak aspek sosial berubah, sehingga dia terpaksa menyesuaikan lagi dengan berbagai hal.
Imbauan pemerintah untuk bekerja, belajar, dan beribadah dari rumah pun diinsyafinya benar-benar. Bahkan sejak dua bulan lalu, wisma SMK 57 sempat akan menjadi tempat penginapan bagi para perawat pasien Covid-19, terutama yang bertugas di RSUD Pasar Minggu.
"Namun pada akhirnya tidak jadi dipakai karena saluran airnya ternyata tidak begitu bagus, ditambah ada kekhawatiran bila siswa mulai masuk sekolah lagi, maka akhirnya dipindahkan Gedung PKK Melati dan Grha Pemuda Ragunan," ujarnya, Selasa (26/5).
Advertisement
Mengajar secara online tentu menimbulkan persoalan-persoalan baru yang sebelumnya tidak pernah muncul. Misalnya saja, ia menghadapi berbagai keluhan siswa. Mulai dari tidak punya kuota, tidak bisa masuk ke Google Classroom, hingga siswa yang tidak mengumpulkan tugas.
"Dulu karena ada permasalahan itu, akhirnya disediakan kuota untuk belajarnya. Untuk kuota diambil dari dana BOS (Bantuan Operasinal Sekolah) dan diberikan kepada seluruh siswa," ujarnya.
Â
Â
Saksikan Video Menarik di Bawah Ini
Susah Payah Mencari Alamat Siswa
Namun, yang paling berkesan dan tidak pernah terbayangkan barangkali ketika dia harus menyambangi murid-muridnya yang tidak mengerjakan tugas. Ada dua orang murid yang tidak pernah mengumpulkan tugas dan susah dihubungi.
"Saya terpaksa cari-cari alamatnya di selatan Jakarta. Soalnya anak ini HP-nya susah dihubungi. Saat itu masih bulan puasa. Dan begitu saya masuk kampungnya di Pondok Labu, saya disemprot-semprot sama desinfektan. Sepeda motor saya juga disemprot dan saya harus permisi dengan Ketua RT setempat," ujarnya menjelaskan.
Untunglah dia bisa memasuki kampung tersebut dengan baik-baik. Bahkan, saat berjumpa dengan anak ini, ternyata sang anak sedang tidur siang. Adapun penyebab kenapa sang anak tidak bisa dihubungi, ternyata HP-nya rusak. Akhirnya dia pun meminta keseriusan siswa kelas X tersebut untuk mengumpulkan dan mengerjakan tugas-tugasnya.
"Memang kendalanya adalah situasi yang tidak formal, sehingga siswa merasa tidak terikat pada aturan. Sementara guru juga harus tetap melakukan pengajaran dan melakukan evaluasi untuk memberi nilai," ujarnya.
Apalagi SMK 57 sebagai sekolah kejuruan satu-satunya di Jakarta yang memiliki jurusan seni musik dan tari, tugas-tugas tak bisa didasarkan pada soal pilihan ganda saja. Amir juga memberikan soal esai untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa terhadap satu bidang topik.
"Inilah yang membuat proses pemeriksaan berjalan lama, karena tugas harus diperiksa satu persatu," ujar laki-laki berdarah Betawi ini.
Â
Advertisement
Strategi Masuk Sekolah Kembali
Pemerintah melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan mewacanakan masuk sekolah kembali pada 15 Juni 2020. Namun, belum jelas betul apakan proses belajar-mengajar akan dilakukan secara daring atau melalui tatap muka langsung.
Bila secara tatap muka langsung, maka sekolah diimbau menerapkan protokol kesehatan seperti yang ditetapkan oleh pemerintah. Di antaranya, mengenakan masker, melakukan pemeriksaan suhu, siswa dianjurkan sering cuci tangan, hingga sistem sekolah secara shift.
Meski demikian, pemerintah juga mengharapkan masyarakat tidak percaya dengan isu-isu dan hoax yang tengah beredar saat ini.
Wacana sekolah kembali aktif pada Juli 2020 digulirkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Rencana itu, kata Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah (PAUD Dikdasmen), Hamid Muhammad, sudah dibahas sejak awal Mei 2020.
"Sudah dibahas minggu lalu. Tinggal tunggu keputusan pemerintah kalau sudah final," kata Hamid saat dikonfirmasi Liputan6.com, Rabu 13 Mei 2020.
Menurut Hamid, saat ini pihaknya sedang mempersiapkan kegiatan belajar mengajar di sekolah. Kemendikbud juga masih terus mengkoordinasikannya dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Kementerian Kesehatan.
"Tunggu pengumuman resmi saja, masih dikoordinasikan ke BNPB dan Kemenkes," jelas Hamid.
Rencananya, pengumuman masuk sekolah kembali akan menunggu hasil dari rapat terbatas kabinet.