Sukses

Dualisme Kepemimpinan SPSI Berakhir

Dualisme kepemimpinan dalam tubuh Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI) berakhir menyusul rekonsiliasi yang dilakukan SPSI Pimpinan Yorrys Raweyay dan Sukur Sarto. Dualisme ini terjadi selama lima tahun terakhir.

Liputan6.com, Jakarta: Dualisme kepemimpinan dalam tubuh Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI) selama lima tahun terakhir, kini berakhir. SPSI Pimpinan Yorrys Raweyay dan Sukur Sarto melakukan rekonsiliasi atau bergabung kembali.

"Menanggapi reformasi dan demokrasi yang berkembang maka perlu ada rekonsiliasi. Hal ini bisa terjadi kesetaraan antara pekerja, pengusaha, dan pemerintah serta mempermudah membahas masalah pekerja ke depan," ungkap Yorrys Raweyai dalam acara deklarasi rekonsiliasi SPSI di Hotel Borobudur Jakarta, Rabu (1/8).

Di sisi lain, Sukur Sarto juga merasa bangga atas deklarasi rekonsiliasi ini. Menurutnya, kondisi dualisme kepemimpuan selama lima tahun belakangan ini memunculkan kebingungan antara anggota, pemerintah, dan pengusaha. Karena itu, pihaknya bersatu agar serikat pekerja di Indonesia dapat menjadi kuat dan dapat memperjuangkan aspirasinya.

"Rekonsiliasi ini tidak hanya bersifat politis tapi juga bersifat panjang yang dapat memperkuat kesatuan buruh. Batin, jiwa, dan otak kita juga harus rekonsiliasi, tanpa harus berfikir siapa yang menang dan kalah guna memperjuangkan kesejahteraan serikat pekerja," tutur Sukur.

Kepemimpinan pascadeklarasi rekonsiliasi ini kepemimpinan SPSI sementara dipegang Yorrys Raweyai selama minimal 2 tahun. Kepemimpinan ini betugas menyusun dan mengagendakan kongres Serikat Pekerja Anggota (SPA) di tingkat provinsi dan kabupaten/kota yang mengalami dualisme kepemimpinan. Setelah itu diadakan kongres tingkat nasional untuk memilih ketua KSPSI yang baru dari rekonsiliasi atau penggabungan serikat pekerja ini.

Dalam penandatanganan MOU rekonsialiasi tersebut, Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Menakertrans) Muhaimin Iskandar turut menjadi saksi. Termasuk, Ketua  Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sofyan Wanandi serta Ketua Internasional Labour Organisation (ILO) untuk Jakarta Peter Vanroy ikut menjadi saksi.(ADI)