Sukses

Alasan Anies Baswedan Pilih Kata Masa Transisi, Bukan New Normal

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menyatakan Ibu Kota memasuki masa transisi mulai Jumat 5 Juni 2020.

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menyatakan Ibu Kota memasuki masa transisi mulai Jumat 5 Juni 2020. Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menyampaikan alasan penggunaan kata "masa transisi" menuju masyarakat sehat, aman dan produktif dibanding istilah normal baru atau new normal.

Anies menyebut pemilihan kata harus yang familiar dan mudah dipahami masyarakat.

“Nama yang begitu dengar, tahu maknanya. Nama normal baru itu kan banyak yang belum tahu. Kalau aman, pasti tahu. Sehat, tahu. Produktif, jelas," jelas Anies dalam rapat yang diunggah akun YouTube Pemprov DKI Jakarta, dengan judul 2 Juni 2020 Gub Anies Baswedan Menghadiri Rapat terkait Update Testing & Tracing Covid-19.

Menurut dia, kata "transisi" mengandung makna untuk menegaskan, virus Corona masih ada dan penanganannya belum berakhir. Meski, lanjut dia, berbagai kegiatan telah dibuka.

"Transisi itu sebetulnya untuk mengirimkan pesan bahwa ini bukan fase akhir. Ini transit. Terminalnya mana? Terminalnya adalah aman, sehat, produktif. Itu terminal tuh. Terminal itu ya ujungnya itu. Kalau ini masa transit, karena itu kita menyebutnya transisi," tutur Anies.

Mantan Mendikbud itu menyadari penamaan PSBB masa transisi bisa saja disalahpahami. Namun, dengan penjelasan dengan hati-hati, dia yakin masyarakat akan paham.

"Memang penamaan itu bisa jadi sensitif pak nanti. Tapi asal kita jelaskan dengan baik. Jakarta sebetulnya lebih tepat mungkin begini, PSBB tetap dilaksanakan, ini adalah fase transisi. Gitu ya. Fase Transisi. Ini wording-nya harus pas nanti, supaya tidak meleset," ujar Anies Baswedan.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Bukan Sedekar Pembeda

Senada dengan Anies, Wagub DKI Jakarta Ahmad Riza Patria menyebut alasan tidak mengunakan kata new normal bukan sekadar untuk berbeda dengan negara lain atau pemerintah pusat.

“Ini juga nanti perdebatan di media ini di antaranya kok tidak mau menyebut new normal gitu loh. Sementara dunia nyebutin new normal, Pemerintah Pusat (menyebut)nya new normal. Kita (menyebutnya) masa transisi. Ini memang perlu dijelaskan. Bukan kita pengen beda sama pusat atau dunia,” kata dia.

“Kalau kita lihat di negara lain saja, bisa new normal bisa balik lagi (peningkatan kasus covid, seperti Korea Selatan yang disiplin, Finlandia yang masyarakatnya disiplin,” tambah Ariza.