Sukses

Cerita Pilu Nurjanah, Pedagang Kecil yang Menangis di Kantor Desa

Nurjanah rela menjadi buruh lepas untuk membersihkan rumah tetangganya. Namun, semenjak Covid-19 menjadi pandemi, pendapatannya turun drastis.

Liputan6.com, Banten - Tangis Nurjanah (45) pecah di kantor Desa Sidamukti, Kecamatan Baros, Kabupaten Serang, Banten. Sesekali dia menyeka air mata dan hidungnya menggunakan kerudung merah jambu yang dia kenakan.

Bersama puluhan emak-emak lainnya, Nurjanah mendatangi kantor desa, untuk menanyakan penyaluran bantuan yang dianggap tidak merata, mulai dari PKH, Jamsosratu hingga bantuan Covid-19 yang hanya diterima oleh segelintir orang dan tidak berubah.

"Ibu-ibu cemburu kita enggak dapat (bantuan), yang dapat itu-itu aja. Sama kita juga lagi gini semua juga ngerasain gimana susahnya nyari uang. Mau kerja susah, mau nyari makan ibu-ibu juga susah. Ini belum pernah dapat bantuan, di sekolah juga belum pernah, sampai anak lulus enggak pernah dapat bantuan," kata Nurjanah (45), ditemui di kantor Desa Sidamukti, Kecamatan Baros, Kabupaten Serang, Banten, Kamis (11/06/2020).

Suami Nurjanah sudah tidak lagi bekerja sejak tahun 2005 karena sakit. Dia pun harus kehilangan anaknya karena tidak memiliki biaya untuk biaya berobat dan BPJS.

Dia pun rela bekerja menjadi pedagang keliling keluar masuk kampung dengan menggendong dagangannya.

Usai berdagang, jika ada tetangga yang membutuhkan tenaganya, Nurjanah rela menjadi buruh lepas rumah tangga untuk membersihkan rumah. Namun, semenjak Covid-19 menjadi pandemi, pendapatannya turun drastis.

"Suami enggak kerja dari 2005, sakit-sakitan. Ibu jualan keliling, kalau enggak jualan keliling, ibu yang nyuci. Anak meninggal satu, sakit, enggak keburu kebawa ke rumah sakit. BPJS enggak dapat, apa-apa juga enggak pernah dapat," tuturnya. 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

2 dari 2 halaman

Belum Tersentuh Bantuan

Tak banyak yang dia harapkan dari pemerintah, hanya sekadar agar keluarganya bisa makan dan anak-anaknya bisa mengenyam bangku pendidikan.

"Ibu juga enggak pernah dapat apa-apa. Kalau ibu harapannya coba sih perhatiin ibu yang miskin kayak gini, biar bisa makan anak-anaknya, biar bisa hidup anak-anaknya, enggak lebih," jelasnya.

Kepala Desa (Kades) Sidamukti, Juhri (51), mengakui bahwa di desanya masih banyak yang belum mendapatkan bantuan, terutama saat pandemi Covid-19.

Dia menyebut, seharusnya ada 705 warga di desanya yang mendapatkan bantuan, namun baru 405 yang menerima.

"Kalau (bantuan) dari Pemkab (Serang) 405 orang, yang belum tercover 300-an. Yang kami ajukan 700-an orang. Yang dari provinsi belum turun, Insyaallah tetap kami kawal, biar sampai ke masyarakat," kata Juhri.