Sukses

Diperiksa Polisi, Pencuit Server Polri Dibobol Hacker Pertanyakan Informasinya Disebut Hoaks

Saat mendatangi penyidik, Teguh membawa sejumlah bukti kuat aksi peretasan yang terjadi terhadap data anggota Polri.

Liputan6.com, Jakarta Founder of Ethical Hacker Indonesia, Teguh Aprianto yang merupakan pemilik akun Twitter @secgron mengaku telah menemui penyidik Bareskrim Polri pada 17 Juni 2020 terkait cuitan informasi server data anggota Polri telah dibobol hacker. 

"Didampingi 3 orang pengacara dari Tordillas, baru saja selesai bertemu dgn perwakilan tim Cyber Crime Polri di lantai 15 Mabes. Saya memberikan beberapa informasi terkait kasus kebobolan ini, tak lupa juga memberikan beberapa masukan untuk menghindari kejadian ini terulang kembali," tulis Teguh seperti dikutip pada Jumat (26/6/2020).

Teguh pun mempertanyakan respons Polri yang menyebut informasinya pada 15 Juni 2020 adalah berita bohong alias hoaks.

Saat mendatangi penyidik, dia membawa sejumlah bukti kuat aksi peretasan yang terjadi terhadap data anggota Polri. 

"Juga baru membaca konfirmasi terbaru dari Polri bahwa mereka membantah dan menyebut kebobolan ini hoaks. Kemarin pelaku yang juga pembuat thread di forum tersebut menghubungi saya dan memberikan bukti tambahan dalam bentuk video. Saya memastikan kabar kebobolan ini adalah benar," tulisnya.

Selain kepada Polri, kritik Teguh turut menyasar ke Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kemenkominfo) yang sempat memberitakan bahwa informasinya adalah hoaks. Hal itu ditulisnya pada 20 Juni 2020.

"Per hari ini, @kemkominfo sudah menghapus pernyataan di web mereka yang menyebut informasi terkait bocornya data anggota Polri yang saya sampaikan sebagai hoax. Sebelumnya bisa diakses melalui link berikut : https://kominfo.go.id/content/detail/27179/hoaks-seseorang-mengklaim-sudah-berhasil-membobol-data-seluruh-anggota-polri/0/laporan_isu_hoaks… Well done @kemkominfo," cuit Teguh.

Sebelumnya, Polri membantah adanya informasi bahwa server website kepolisian Indonesia yang berisikan data seluruh anggota dibobol peretas atau hacker.

"Gak ada," tutur Kadiv Humas Polri Irjen Raden Prabowo Argo Yuwono saat dikonfirmasi, Senin 15 Juni 2020.

Argo menegaskan bahwa kabar tersebut tidak terbukti kebenarannya. Sejauh ini kondisi server masih dalam penguasaan Polri.

"Ya (tidak terbukti)," kata Argo.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

2 dari 2 halaman

Pengungkapan di Media Sosial

Kabar pembobolan server tersebut disampaikan oleh akun twittter @secgron. Dalam cuitannya, dilampirkan juga hasil peretasan yang dilakukan oleh orang tidak dikenal tersebut.

"Halo @DivHumas_Polri saatnya berbenah. Seseorang mengklaim sudah berhasil membobol data seluruh anggota Polri. Orang ini kemudian dengan mudahnya bisa mengakses, mencari dan mengganti data anggota Polri tersebut. Contohnya ini, baru mutasi ke Densus 88 eh datanya udah bocor," tulis akun Twitter tersebut.

Bahkan, diinformasikan bahwa akses ke aplikasi untuk mengakses dan mengganti data tersebut dijual seharga $1.200 USD atau setara dengan Rp 17 juta.

Sementara untuk informasi bug pada aplikasi tersebut dijual seharga $2.000 USD atau setara Rp 28,5 juta.