Liputan6.com, Jakarta Kepala Staf Kepresidenan, Moeldoko mengungkapkan, bahwa sekarang kinerja para menteri lebih meningkat.
Hal itu setelah Presiden Jokowi menunjukkan ekspresi marah dan meminta para menterinya berkerja luar biasa dalam sidang kabinet pada Kamis, 18 Juni 2020 lalu.Â
Baca Juga
"Dengan hal hal yang ditekankan oleh presiden, menteri menteri terkait itu selalu mencari kok cara-cara baru untuk mengelola (masalah dalam Covid-19) ini," kata Moeldoko saat live dalam Ruang Merdeka bersama merdeka.com, Kamis (2/7/2020).
Advertisement
"Dan Alhamdulillah, sudah ada perkembangan-perkembangan yang cukup signifikan, setelah dicambuk kemarin yang tadinya kecepatan 70, mungkin sekarang sudah 120," sambungnya.
Moeldoko mengatakan, para pembantu presiden mendapat setruman agar merasa bahwa sedang berada dalam suasana krisis. Sehingga, pekerjaan yang terhambat bisa selesai.
"Kalau udah disetrum oleh Pak Presiden, itu disetrum sebenarnya semuanya, semua menteri, dari semua pemerintah stakeholder semua harus merasakan," ucap dia.
Dia menuturkan, Jokowi punya penekanan tiga konsep dalam menangani pandemi covid-19 ini. Pertama dari sisi kesehatan. Masyarakat harus semaksimal mungkin terhindar dari virus corona. Maka negara akan melakukan segala cara agar tidak banyak korban masyarakat.
Kedua, masyarakat harus bisa banyak makan, untuk itu berbagai bantuan sosial dalam bentuk jaring pengaman sosial agar masyarakat bisa makan.
"Ketiga agar masyarakat bisa berusaha, khususnya UMKM ya dan korporasi agar tidak bnyak masyarakat yang tidakdi phk nganggur atau kehilangan pekerjaan nah itulah, maka stimulus diberikan," pungkasnya.Â
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Rekaman pidato Presiden Jokowi yang marah di depan para menteri mendadak viral karena menghembuskan isu reshuffle. Jokowi menyebut kinerja para menteri selama pandemi biasa-biasa saja.
Ancaman Reshuffle dari Jokowi
Sebelumnya, Jokowi mengancam akan membubarkan lembaga dan melalukan reshuffle atau perombakan kabinet. Hal ini lantaran Jokowi melihat para jajarannya masih bersikap biasa-biasa saja padahal negara tengah krisis.
Jokowi menyampaikan hal ini dalam sidang kabinet paripurna di Istana Kepresidenan Jakarta, Kamis 18 Juni 2020. Dia berbicara dengan nada tinggi.
"Langkah apapun yang extraordinary akan saya lakukan. Untuk 267 juta rakyat kita. Untuk negara. Bisa saja, membubarkan lembaga. Bisa saja reshuffle. Udah kepikiran ke mana-mana saya," ujar Jokowi dalam video dari Sekretariat Presiden, Minggu (28/6/2020).
Jokowi menegaskan bahwa saat ini perlu langkah-langkah extraordinary atau luar biasa dalam menghadapi pandemi virus corona (Covid-19) yang telah berjalan selama tiga bulan.
Terlebih, para menteri dan pimpinan lembaga bertanggung jawab terhadap kesejahteraan seluruh masyarakat Indonesia.
"Ini tolong digaris bawahi dan perasaan itu tolong kita sama. Ada sense of crisis yang sama," tegas dia.
Advertisement