Sukses

Menko PMK Ancam Sanksi Faskes yang Patok Tarif Rapid Test di Atas Rp 150 Ribu

Muhadjir mengatakan patokan biaya rapid test yang dikeluarkan Kemenkes tersebut merupakan standar harga tertinggi.

Liputan6.com, Jakarta Kementerian Koordinator (Kemenko) Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) menegaskan akan ada sanksi tegas bagi fasilitas kesehatan dan rumah sakit yang mematok tarif rapid testdi atas Rp150 ribu atau di luar ketentuan Kementerian Kesehatan.

"Sanksinya pasti ada, sebab sudah ditetapkan harga maksimum (rapid test), kalau melampaui itu berarti pelanggaran," kata Menteri Koordinator Bidang PMK Muhadjir Effendy di Kantor Kemenko PMK di Jakarta, Kamis.

Terkait aturan tertulis yang mengatur sanksi pelanggaran, mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) itu mengatakan hal itu merupakan ranah atau domain dari Kementerian Kesehatan.

Terutama pasal-pasal yang mengatur pelanggaran jika ada pihak yang menetapkan tarif di atas Rp150 ribu sesuai surat edaran Kemenkes nomor HK.02.02/I/2875/2020 tentang Batasan tarif tertinggi pemeriksaan rapid test Antibodi.

"Tapi yang jelas ada sanksi," kata dia yang dikutip daru Antara.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Rp 150 Ribu Harga Tertinggi

Muhadjir mengatakan patokan biaya yang dikeluarkan Kemenkes tersebut merupakan standar harga tertinggi, jadi bisa saja ada fasilitas kesehatan yang menetapkan tarif di bawah itu.

Bahkan, pemerintah berupaya menekan biaya maksimum Rp150 ribu tersebut lebih rendah lagi. Apalagi, Kemenko PMK bersama Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset Nasional dan Inovasi serta Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) baru saja meluncurkan tes cepat buatan dalam negeri.

"Untuk biaya tes cepat yang buatan dalam negeri ini Rp75 ribu," katanya.

Selain itu, apabila tes cepat buatan dalam negeri tersebut telah diproduksi massal, bisa menjadi patokan harga di lapangan, sehingga diharapkan tidak ada lagi biaya tes cepat yang dipatok dengan tarif di atas Rp75 ribu.

Kalaupun ada, Muhadjir memperkirakan akan tersingkirkan dengan sendirinya atau tidak laku.