Liputan6.com, Jakarta - Ancaman resesi tengah menghantui perekonomian global. Negara-negara maju sedang mangalami situasi yang sulit akibat pandemi virus corona Covid-19, tak terkecuali negara berkembang seperti Indonesia.
"Daya rusak pandemi terhadap ekonomi tidak hanya memukul sisi supply side tetapi demand side. Ekonomi macet di kedua sisi. Maka jalan keluar harus benar-benar luar biasa," ujar Anggota Komisi IV DPR, Charles Meikyansah dalam keterangan tertulis, Minggu (9/8/2020).
Baca Juga
Banyak ekonom sepakat bahwa mengatasi situasi yang sedemikian sulit ini harus menyelesaikan keduanya baik sisi permintaan dan penawaran. Hal itu hanya bisa dilakukan oleh negara yang mampu memperbesar belanja pemerintah.
Advertisement
"DPR mendukung penuh perluasan belanja negara dengan secara besar-besaran dan dengan cepat. Karena hanya dengan belanja negara, ekonomi setidaknya tetap bergerak," tutur Charles.
Namun politikus senior Partai Nasdem ini menyoroti semangat memperbesar belanja negara yang mentok pada implementasi. Padahal pesan yang tegas dan jelas bahwa belanja pemerintah adalah kunci sudah diwujudkan melalui kerja marathon refocusing anggaran dan keinginan besar Presiden Joko Widodo atau Jokowi.
"Sayangnya, di situasi yang serba sulit, beberapa kementerian bekerja seperti biasa, lama, berbelit, dan takut berbuat. Hasilnya, capaian belanja pemerintah tak banyak berubah, bahkan minus sangat dalam dengan beberapa sektor menyentuh pertumbuhan negatif dua digit," kata Charles.
Beruntung sektor pertanian menjadi penyelamat dengan mampu mencatatkan pertumbuhan positif sebesar 16,24 persen. Charles pun menyampaikan apresiasi kepada Kementerian Pertanian sebagai lokomotif daya dorong ekonomi di tengah pandemi.
"Apabila sektor lain bekerja layaknya sektor pertanian, maka resesi dapat terhindarkan di kuartal ke III. Dan perbaikan ini yang harus kita dorong agar Indonesia tidak masuk dalam resesi," ucapnya.
Â
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Kerja Keras Agar Selamat dari Resesi
Charles menyebut, 65 persen struktur produk domestik bruto (PDB) di Indonesia dipengaruhi oleh lima sektor besar, yaitu industri, pertanian, perdagangan, konstruksi dan pertambangan. Karena itu, kementerian terkait diminta menjadi lokomotif yang kencang untuk membelanjakan anggaran agar menjadi daya ungkit ekonomi.
"Jangan sampai seperti kuartal ke-II di mana dari lima sektor utama hanya pertanian yang mencatatkan pertumbuhan positif. Butuh kerja keras semua pihak menyelamatkan Indonesia agar keluar dari ancaman resesi di kuartal ke-III," tuturnya.
Dua capaian utama sektor pertanian dengan rendahnya inflasi dan meningkatnya ekspor pada April 2020 sebesar 12,66 persen atau USD 0,28 miliar dibandingkan periode yang sama di 2019 (YoY) harus lebih digenjot.
Menurutnya, dua capaian utama ini adalah pondasi penting sektor pertanian terutama Kementan untuk terus menggenjot capaian positif, setidaknya mampu menjadi rem bagi ekonomi Indonsia agar tidak terjerumus dalam resesi.
"Momentumnya ada di mana pandemi membuat krisis pangan mengancam seluruh negara dan Indonesia memiliki peluang untuk menyuplai pangan. Tinggal kitanya saja, mau apa tidak," kata Charles.
"Bagi saya, situasi yang sulit selalu memberikan hikmah dan momentum untuk berbenah. Capaian positif sektor pertanian memberikan momentum untuk terus memperkuat ekonomi pertanian agar kedaulatan pangan dapat tercapai" sambungnya.
Momentum lain adalah belanja sektor pertanian harus lebih berkualitas yang dapat memberikan efek ganda, seperti perbaikan infrastruktur pertanian yang tidak hanya memperbaiki fisik, tetapi juga penciptaan lapangan pekerjaan.
"Tidak ada waktu lagi untuk menunggu. Situasi serba sulit harus diselesaikan dengan cara-cara kreatif dan berani. Kalau tidak, resesi di depan mata," kata Charles menandaskan.
Advertisement