Sukses

Yang Fana Adalah Waktu, Penutup Jejak Karya Sapardi Djoko Damono

Sastrawan besar Indonesia, Sapardi Djoko Damono meninggal dunia hari ini, Minggu (19/7/2020) di Rumah Sakit Eka Hospital BSD, Tangerang Selatan.

Liputan6.com, Jakarta - Sastrawan besar Indonesia, Sapardi Djoko Damono meninggal dunia hari ini, Minggu (19/7/2020) di Rumah Sakit Eka Hospital BSD, Tangerang Selatan.

Jagat maya menyampaikan duka dengan secarik kalimat yang juga merupakan karya terbarunya, 'Yang Fana Adalah Waktu'.

Sapardi merupakan putra bangsa kelahiran Surakarta, 20 Maret 1940. Tutup usia di umur 80 tahun, dia meninggalkan sederet karya sastra yang telah banyak diterjemahkan ke berbagai bahasa.

Masa muda Sapardi dihabiskan di kampung kelahirannya dengan rutinitas menulis sejumlah karya. Tidak jarang di antaranya dikirimkan ke majalah.

Menempuh kuliah bidang Bahasa Inggris di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, membuat kecintaannya terhadap menulis semakin berkembang. Dia pun ke Jakarta pada 1973 dan menjadi direktur pelaksana Yayasan Indonesia yang menerbitkan majalah Horison.

Sapardi turut aktif menjadi dosen di Fakultas Sastra yang kini menjadi Fakultas Ilmu Budaya di Universitas Indonesia (UI) sejak 1974 hingga pensiun. Selain menjabat sebagai dekan FIB UI periode 1995-1999 dan menjadi guru besar, dia juga kini masih aktif mengajar di Sekolah Pascasarjana Institut Kesenian Jakarta, sebelum tutup usia.

Penghargaan selama hidup yang diterima pendiri Yayasan Lontar ini antara lain menerima anugerah SEA Write Award pada 1986 dan penghargaan Achmad Bakrie tahun 2003.

Karya sajak Sapardi banyak diterjemahkan dalam berbagai bahasa, bahkan ke bahasa daerah. Selain aktif menulis puisi, dia juga membuat cerita pendek.

Beberapa puisi yang sangat populer antara lain, "Aku Ingin", "Hujan Bulan Juni", "Pada Suatu Hari Nanti", "Akulah si Telaga", dan "Berjalan ke Barat di Waktu Pagi Hari".

2 dari 2 halaman

Rentetan Karya

Berikut rangkaian karya Sapardi baik puisi hingga esai yang dikutip dari laman Wikipedia.

1. Sastra Sunting

2. Duka-Mu Abadi (1969)

3. Lelaki Tua dan Laut (1973; terjemahan karya Ernest Hemingway)

4. Mata Pisau (1974)

5. Sepilihan Sajak George Seferis (1975; terjemahan karya George Seferis)

6. Puisi Klasik Cina (1976; terjemahan)

7. Lirik Klasik Parsi (1977; terjemahan)

8. Dongeng-dongeng Asia untuk Anak-anak (1982, Pustaka Jaya)

9. Perahu Kertas (1983)

10. Sihir Hujan (1984; mendapat penghargaan Puisi Putera II di Malaysia)

11. Water Color Poems (1986; translated by J.H. McGlynn)

12. Suddenly The Night: The Poetry of Sapardi Djoko Damono (1988; translated by J.H. McGlynn)

13. Afrika yang Resah (1988; terjemahan)

14. Mendorong Jack Kuntikunti: Sepilihan Sajak dari Australia (1991; antologi sajak Australia, dikerjakan bersama R:F: Brissenden dan David Broks)

15. Hujan Bulan Juni (1994)

16. Black Magic Rain (translated by Harry G Aveling)

17. Arloji (1998)

18. Ayat-ayat Api (2000)

19. Pengarang Telah Mati (2001; kumpulan cerpen)

20. Mata Jendela (2002)

21. Ada Berita Apa hari ini, Den Sastro? (2002)

22. Membunuh Orang Gila (2003; kumpulan cerpen)

23. Nona Koelit Koetjing: Antologi cerita pendek Indonesia Periode Awal (1870an - 1910an)" (2005; salah seorang penyusun)

24. Mantra Orang Jawa (2005; puitisasi mantra tradisional Jawa dalam bahasa Indonesia)

25. Before Dawn: The Poetry of Sapardi Djoko Damono (2005; translated by J.H. McGlynn)

26. Kolam (2009; kumpulan puisi)

27. Sutradara Itu Menghapus Dialog Kita (2012; kumpulan puisi)

28. Namaku Sita (2012; kumpulan puisi)

29. The Birth of I La Galigo (2013; puitisasi epos "I La Galigo" terjemahan Muhammad Salim, kumpulan puisi dwibahasa bersama John McGlynn)

30. Hujan Bulan Juni: Sepilihan Sajak (edisi 1994 yang diperkaya dengan sajak-sajak sejak 1959, 2013; kumpulan puisi)

31. Trilogi Soekram (2015; novel)

32. Hujan Bulan Juni (2015; novel)

33. Melipat Jarak (2015, kumpulan puisi 1998-2015)

34. Suti (2015, novel)

35. Pingkan Melipat Jarak (2017; novel)

36. Yang Fana Adalah Waktu (2018; novel)