Sukses

Riza Patria Sambangi TPST Bantargebang, Cek Pengelolaan Sampah Berjalan Lancar

TPST Bantargebang menerima 7.702,06 ton sampah dari Jakarta per harinya. Dengan rincian sumber terbesar dari permukiman dan fasos/fasum, sebanyak 6.571 ton/hari atau 85,3 persen

Liputan6.com, Jakarta - Wakil Gubernur Provinsi DKI Jakarta Ahmad Riza Patria menyambangi Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang, Bekasi, Jawa Barat. Kunjungan tersebut untuk memastikan pengelolaan sampah warga Jakarta berjalan sesuai prosedur.

"Siang ini saya melakukan kunjungan ke TPST Bantargebang di wilayah Bekasi untuk mengecek, memastikan, pengelolaan sampah berjalan dengan baik dan lancar sesuai dengan harapan kita," kata Riza dalam keterangan resminya yang diterima merdeka.com (26/7/2020).

Di tengah pandemi Covid-19 ini, Riza mengakui bahwa ada pengurangan anggaran dalam pengelolaan sampah DKI Jakarta. Namun, ia mengatakan bahwa Pemprov DKI Jakarta terus berupaya dalam mencari solusi agar program pekerjaan sampah berjalan dengan baik.

"Sekalipun adanya Covid-19 ini, adanya pengurangan anggaran, namun kita terus mencarikan solusi agar program pekerjaan sampah ini berjalan dengan baik," ujar dia.

TPST Bantargebang menerima 7.702,06 ton sampah dari Jakarta per harinya. Dengan rincian sumber terbesar dari permukiman dan fasos/fasum, sebanyak 6.571 ton/hari atau 85,3 persen.

Kemudian sampah terbanyak kedua berasal dari pasar, sebanyak 5.931 ton/hari atau 7,7 persen. Kemudian dari kawasan mandiri 260,48 ton/hari atau 3,4 persen dan dari sumber badan air serta Kepulauan Seribu sebanyak 279,15 ton/hari atau 3,6 persen.

Sementara itu, jumlah sampah yang berhasil diolah tak sebanding dengan sampah yang diterima per hari. Berdasarkan informasi dari Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta, TPST seluas 110,3 hektare ini diperkirakan tidak mampu menampung sampah lagi pada tahun 2021.

Hal ini bisa terjadi jika tidak dilakukan sejumlah upaya pengurangan sampah dari sumber. Upaya tersebut bisa dilakukan dengan pemanfaatan Intermediate Treatment Facility (ITF). ITF merupakan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa).

Saksikan video pilihan di bawah ini:

2 dari 2 halaman

Mencari terobosan

Oleh karena itu, Riza berharap agar segera ditemukan terobosan terbaru dalam mengelola sampah. sehingga mempercepat penyelesaian pembangunan ITF di beberapa titik di DKI Jakarta.

"Karena itu, kita ingin mencari terobosan-terobosan dalam pengelolaan sampah dan perlu segera mempercepat penyelesaian pembangunan ITF di beberapa titik wilayah DKI Jakarta, termasuk di Bantargebang ini," tutur dia.

Seperti diketahui, pada Maret 2018, Pemprov DKI Jakarta bekerja sama dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) meresmikan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) sebagai pilot project nasional pengolahan sampah yang mampu menghasilkan listrik hingga 700 kw/jam dengan kapasitas sampah 100 ton/hari. Saat ini, dengan dukungan dari Kementerian PUPR RI, sedang dilakukan pre-treatment untuk pengembangan PLTSa tersebut.

"Kita ingin memastikan bahwa kerja sama antara BPPT dengan Pemprov yang sudah berjalan beberapa tahun ini bisa terus ditingkatkan lagi, termasuk tadi ada Pekerjaan Rumah (PR) untuk pengalihan aset dari BPPT ke DKI Jakarta," kata dia.

Wakil Gubernur Anies Baswedan yang kerap disapa Ariza ini berharap, pengelolaan sampah bisa terus dilakukan dengan optimal. Hal ini sangat berguna untuk masa depan. Bukan hanya bagi DKI Jakarta, namun bagi Indonesia juga. Pengelolaan sampah akan berdampak besar terhadap kelestarian lingkungan.

Pemprov DKI Jakarta, kata Riza, sudah berhasil melakukan berbagai cara pengelolaan sampah yang berguna bagi kehidupan sehari-hari. Misalnya, teknologi Instalasi Pengolahan Air Sampah (IPAS) hingga 470 m3/hari, pengelolaan gas landfill untuk menghasilkan energi listrik sebesar 3 MW, pengomposan, hingga penghijauan di TPST Bantargebang.

"Terakhir, kita ingin memanfaatkan sampah ini untuk kepentingan yang lebih baik, humus conblock, campuran aspal, termasuk energi listrik. Jadi, yang hari ini akan ditingkatkan," kata Riza.

 

 

Reporter: Rifa Yusya Adilah

Sumber: Merdeka