Liputan6.com, Jakarta Ketua Tim Peneliti Uji Klinis Vaksin Covid-19 Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran (Unpad) Kusnandi Rusmil menegaskan, relawan uji klinis vaksin tidak mendapatkan uang atau imbalan.
"Enggak ada, cuma dikasih uang transport. Mereka sukarela, cuma dia bisa menghubungi dokter anytime," ujar Kusnandi saat dihubungi, Jakarta, Jumat (31/7/2020).
Oleh karena itu, dia meminta, setiap individu yang bersedia menjadi relawan uji klinis vaksin Covid-19, tidak berorientasi pada uang.
Advertisement
Menurut dia, jika ada imbalan uang, orientasi kemanusiaan mereka justru dipertanyakan.
"Jadi enggak ada yang dibayar untuk uji klinis. Nanti (kalau) dia gara-gara dibayar, tadinya enggak mau, jadi mau," kata Kusnandi.
Kusnadi mengatakan, saat pendaftaran, para relawan akan menjalani proses assesment untuk mengetahui tujuan berikut motivasi untuk menjalani uji klinis vaksin Covid-19 ini.
"Jadi betul-betul sukarela, artinya orang-orang itu benar-benar sadar bahwa dia memang mau untuk uji klinis. Jadi bukan karena bayaran," kata Kusnadi.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Butuh 1.620 Relawan
Sebelumnya, Tim Riset Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran (Unpad) Jawa Barat tengah menyiapkan uji klinis fase III vaksin Covid-19 kerja sama antara Bio Farma dan Sinovac Biotech, Tiongkok. Uji klinis terhadap 1.620 relawan tersebut sudah bisa dilakukan setelah Komite Etik Penelitian Unpad memberikan persetujuan.
Rencananya, vaksin tersebut disuntikkan dua kali kepada 1.620 relawan di Bandung.
"Benar, (Komite Etik) sudah (menyetujui)," ujar Ketua Tim Riset Uji Klinis Vaksin Covid-19 Unpad Kusnandi Rusmil dalam keterangan tertulisnya, Selasa (28/7/2020).
Sebanyak 1.620 relawan dibutuhkan dalam proses uji klinis vaksin ini. Namun, tidak semua peserta akan disuntikkan vaksin.
Sebanyak 540 orang akan disuntikkan vaksin, sedangkan sisanya akan mendapat cairan plasebo. Penentuan pemberian vaksin atau plasebo akan dilakukan secara acak.
"Bagi yang menerima plasebo akan mendapatkan vaksin Covid-19 setelah vaksin didaftarkan," jelas Kusnandi.
Kesehatan peserta dipastikan tetap dipantau oleh petugas penelitian secara teratur selama jalannya penelitian, atau sekitar enam bulan setelah pemberian vaksin terakhir.
Kusnandi memastikan, seluruh peserta dilindungi asuransi kesehatan. Upaya preventif ini sudah dimasukkan ke dalam rencana kerja yang saat ini tengah ditelaah oleh Komite Etik.
"Orangnya sudah diasuransikan," ujarnya.
Advertisement