Liputan6.com, Jakarta Sampah, hingga saat ini menjadi isu penting yang kerap dipersoalkan. Banyak Tempat Pembuangan Akhir (TPA) di berbagai daerah yang mengalami over kapasitas akibat membludaknya sampah, yang kebanyakan berasal dari rumah tangga (domestik).
Selain sarana dan fasilitas dinas terkait yang kurang memadai, budaya masyarakat yang masih suka membuang sampah sembarangan dinilai menjadi faktor yang menyebabkan masalah ini terus berulang.
Berbagai cara penanggulangan sampah pun telah diupayakan pemerintah untuk mengatasi problem ini. Salah satunya dengan sistem pemilahan sampah rumah tangga, yang sangat mudah diterapkan ibu-ibu rumah tangga.
Advertisement
Selain mengurangi kapasitas sampah, sistem pemilahan sampah sisa makanan (organik) dan sampah berbahan plastik atau kardus (anorganik), juga bisa bernilai ekonomis.
Seperti kegiatan Bazar Go Green yang digelar di Perumahan BCM, Cikarang Selatan, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat. Kegiatan ini memberdayakan dan mengedukasi masyarakat tentang pengelolaan sampah rumah tangga sehari-hari.
"Mindset yang harus dibangun dalam kegiatan ini adalah bagaimana memberdayakan masyarakat melalui segala hal, salah satunya sampah rumah tangga," kata Ketua LPM Kabur Bekasi, Herry kepada Liputan6.com, Sabtu (1/8/2020).
Menurutnya, permasalahan sampah rumah tangga terkadang menjadi hal yang disepelekan sebagian besar orang. Padahal jika tidak ditangani dengan baik, masalah ini dapat membawa dampak yang membahayakan lingkungan.
Oleh karena itu, untuk lebih memotivasi warga dalam mengelola sampah rumah tangga, pihak penyelenggara memberikan apresiasi dengan menukarkan tanaman hias atau tanaman gantung untuk setiap sampah yang sudah dipilah warga.
"Kami bekerjasama dengan pendiri Wisata Edukasi Rumah Sampah (WERS), Ibu Atun yang sukses mengelola tanaman gantung," ujar Herry.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Menukarkan Minyak Bekas Pakai
Selain sampah rumah tangga, warga juga diperbolehkan menukar minyak goreng bekas pakai (jelantah). Hal ini untuk menghilangkan kebiasaan warga yang keseringan membuang sisa jelanta ke selokan air sehingga menyebabkan mampet.
"Minyak jelantah lebih baik disimpan dalam kemasan, kami siap menerimanya. Bisa ditukar dengan tanaman atau dibeli dengan harga Rp 3 ribu per kilogram," kata Anggota DPRD Kabupaten Bekasi Nyumarno yang juga mendukung kegiatan tersebut.
Menurutnya, pihak LPM bersama Komunitas Pecinta Lingkungan (Kopel) juga sedang mengembangkan mesin pengacak sampah rumah tangga, yang bisa dijadikan sebagai pakan ternak.
"Sampah rumah tangga yang berupa daun-daunan, dicacah dan langsung menjadi makanan ternak ayam, berupa pelet pur. Saya yakin ini dapat menjadi salah satu solusi penanganan sampah rumah tangga, yang juga bernilai ekonomis," imbuh Nyumarno.
Advertisement