Liputan6.com, Jakarta - Uji kinis fase 3 kombinasi obat COVID-19 oleh Universitas Airlangga dan Badan Intelijen Negara (BIN) serta TNI AD mendapat dukungan Komisi I DPR.
Ketua Komisi I DPR, Meutya Viada Hafid mengapresiasi uji klinis fase 3 kombinasi obat COVID-19 di Mabes AD, Jakarta, Sabtu 15 Agustus 2018.
Baca Juga
"Kami tidak ada kata lain selain pertama mengapresiasi," kata Meutya.
Advertisement
Menurut Meutya, selain diberi apresiasi dan dukungan, kombinasi obat COVID-19 itu pun perlu diberi kesempatan. Ia berharap, setelah laporan uji klinis fase 3 masuk, maka Pemerintah, terutama BIN dan TNI AD dapat dengan cepat menindaklanjutinya.
"Dua hari lagi kita akan memperingati HUT ke-75 RI dan hari ini saya hadir bersama teman-teman Komisi I Pak Sukamta dan Pak Bobi. Pertama, kami terharu melihat hasil karya anak bangsa yang insyaAllah menjadi salah satu obat COVID-19 temuan pertama di dunia," ujarnya.
Meutya menambahkan, COVID-19 harus dilawan bersama-sama dengan protokol kesehatan, termasuk temuan kombinasi obat baru yang akan memberikan manfaat bagi bangsa dan negara.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Dampak Hebat Pandemi Covid-19
Sementara, Sestama BIN Komjen Bambang Sunarwibowo menambahkan, penemuan obat Covid-19 ini, sebenarnya dilatarbelakangi dampak hebat yang ditimbulkan oleh pandemi.
“Perkembangan Covid ini berdampak pada tidak hanya kondisi ekonomi bahkan masalah sosial yang berpengaruh sekali, tidak hanya dampaknya pada Indonesia, tapi juga di dunia,” ucapnya.
Sebelumnya, TNI AD dan BIN berperan penting dalam penemuan obat Covid19 ini. BIN menginisiasi upaya penemuan obat covid-19 dan berperan besar dalam memberikan dukungan penelitian.
Dukungan BIN untuk penelitian UNAIR ini merupakan arahan langsung dari Kepala BIN, Jenderal Purnawirawan Budi Gunawan. Selain UNAIR, BIN juga memberikan dukungan kerjasama ke peneliti lembaga lainnya termasuk Universitas Gajah Mada dan laboratorium biomolekuler.
BIN memiliki kepentingan besar terkait upaya penemuan obat dan penanganan Covid19 di Indonesia sebagai upaya penanganan pasien Covid-19 sebelum adanya vaksin.
Advertisement