Liputan6.com, Jakarta - PT Dirgantara Indonesia (DI) telah secara resmi menghibahkan pesawat N250 Prototype Aircraft 01 (PA01) Gatotkaca, karya sang maestro almarhum BJ Habibie, menjadi koleksi Museum Pusat Dirgantara Mandala (Muspusdirla) di Yogyakarta.
Proses penyerahan pesawat N-250 ini memang sudah disampaikan PT DI sejak tahun 2019 lalu.
Pesawat N-250 merupakan pesawat penumpang sipil regional komuter turboprop rancangan asli IPTN (Sekarang PT DI), Indonesia.
Advertisement
Menggunakan kode N yang berarti Nusantara menunjukkan bahwa desain, produksi dan perhitungannya dikerjakan di Indonesia atau bahkan Nurtanio, yang merupakan pendiri dan perintis industri penerbangan di Indonesia. Pesawat ini adalah ide dari Habibie.
Salah satu alasan BJ Habibie saat itu ingin menggarap N-250 lantaran, salah satu pesawat saingannya Fokker F-50 sudah tidak diproduksi lagi sejak keluaran perdananya 1985, karena perusahaan industrinya, Fokker Aviation di Belanda dinyatakan gulung tikar pada tahun 1996.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Canggih Di Eranya
Berkapasitas 50 penumpang ini, N250 yang dibangun tahun 1992 dan diterbangkan pertama kali pada Agustus 1995 ini, sudah terbang selama 900 jam dan akan masuk program sertifikasi FAA (Federal Aviation Administration).
Bahkan pesawat itu dibilang cukup canggih, lantaran salah satunya karena pesawat ini jadi satu-satunya pesawat turbopop di dunia yang menggunakan teknologi Fly by Wire.
N250 menjadi pesawat paling canggih di kelasnya ketika itu. N250 bahkan menjadi ancaman bagi industri pesawat terbang dunia lainnya.
Kehebatan BJ Habibie itu, membawa Indonesia Indonesia sejajar dengan negara-negara besar di Asia dalam hal industri kedirgantaraan. Karena hanya Jepang, China dan Korea Selatan yang bisa membuat pesawat sendiri.
Bahkan, pesawat ini menjadi pusat perhatian dunia saat tampil dalam ajang bergengsi Paris Air Show 1997.
Advertisement
Batal Diproduksi
Meski mendapat banyak pujian, pesawat N250 Gatotkaca batal untuk dibuat secara massal. Padahal, purwarupa kedua, N250-100 sudah melakukan uji terbang pada 1997.
Di tahun 1998, Indonesia yang saat itu membutuhkan bantuan pendanaan dari International Moenetery Fund (IMF) terpaksa mengubur mimpi memassalkan N250.
Disebutkan, salah satu perjanjian IMF, Indonesia diberi bantuan tapi tidak boleh mengembangkan pesawat sendiri.
“Akhirnya 1998 N250 disetop dalam sisi pendanaan dan pengembangannya tidak bisa dilanjutkan karena itu salah satu perjanjian IMF,” kata Pelaksana Tugas (Plt) Corporate Secretary PT DI, Irlan Budiman, di Bandung, Kamis (12/9/2019).
Memotivasi
Meski N-250 telah dimuseumkan, diharapkan ini bisa menjaga karya anak bangsa yang paling muktahir tersebut.
"Penyerahan N250 PA01 Gatotkaca ke Museum Pusat Dirgantara Mandala (Muspusdirla), Yogyakarta sebagai bentuk menjaga aset negara karena mempunyai nilai historis yang tinggi dan merupakan sejarah berdirinya industri dirgantara sehingga masyarakat dapat melihat langsung Pesawat N250 Gatotkaca di museum," kata Manager Komunikasi Perusahaan dan Promosi PT DI Adi Prastowo, dalam keterangan resminya, Kamis, 20 Agustus 2020.
Selain itu, ini bisa menjadi edukasi, bahkan memotivasi anak bangsa untuk bisa berkarya.
"Serta menjadi ajang edukasi dan motivasi bagi para penerus bangsa," ungkap Adi.
Advertisement