Liputan6.com, Jakarta - Jantung bayi kembar siam Ahmad Rahman Al Ayyubi dan Ahmad Rahim Al Ayyubi menyerah. Keduanya berpulang pada Rabu 9 Agustus 2020 lalu.
Kisah pilu keduanya masih menjadi pembicaraan hangat di media sosial.Â
Kabag Humas Pemkot Bekasi, Yekti Rubiah, membagikan kisah pilu keduanya kepada Liputan6.com.
Advertisement
Seharusnya, Rahman dan Rahim dijadwalkan menjalani operasi pada Juli 2020. Namun, karena pandemi Covid-19 merebak, jadwal operasi keduanya ditunda pada September nanti.
Tak disangka, takdir berkata lain.
Suatu sore, bayi kembar siam Rahman dan Rahim mengalami demam tinggi. Suhu tubuh keduanya mencapai 39,5 derajat Celcius. Pukul 17.00 WIB, sang ibu, Ika Mutia memberi keduanya obat penurun panas.
Namun, demam putranya dan Romi Darma itu tak kunjung turun.
Ika segera menghubungi puskesmas setempat pukul 22.50 WIB. 10 Menit kemudian, dokter puskesmas tiba di rumah bayi kembar siam yang lahir 24 September 2019 itu, di Bintara Jaya, Bekasi Barat, Kota Bekasi dan langsung memeriksanya.
"Suhu tubuh kedua pasien 39,5 derajat, nadi sangat lemah, kesadaran menurun, bibir membiru dan tungkai bawah kaki dingin," kata Kabag Humas Pemkot Bekasi, Yekti Rubiah kepada Liputan6.com, Senin (24/8/2020).
Pukul 23.05 WIB, kedua bayi dirujuk ke RSUD dr Chasbullah Abdul Madjid menggunakan ambulans puskesmas.
Setibanya di rumah sakit, dokter jaga di UGD langsung memeriksa denyut jantung bayi kembar siam itu. Namun, denyut jantung mereka tidak terdeteksi.
Rahman dan Rahim dinyatakan meninggal dunia pukul 23.45 WIB.
"Kedua jenazah dibawa pulang oleh pihak keluarga kembali ke rumah," ujar Yekti.
Â
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Dites Swab
Sebelum dimakamkan, jenazah bayi kembar tersebut diswab terlebih dulu oleh petugas medis puskesmas. Jenazah bayi kemudian dimakamkan pukul 08.30 WIB dengan menggunakan protokol kesehatan Covid-19.
Pemkot Bekasi mengaku telah melakukan berbagai upaya untuk penanganan bayi. Antara lain membentuk tim medis dan pendamping penanganan bayi, memantau kondisi kesehatan dan tumbuh kembang, pendampingan pelayanan kesehatan dan penjaminan pembiayaan.
"Karena dalam situasi pandemi Covid-19, maka Pemkot melakukan pemeriksaaan Covid-19 kepada kedua pasien serta orang yang kontak erat," pungkas Yekti.
Â
Â
Advertisement
Duka Mendalam
Kepergian bayi kembar siam Rahman dan Rahim masih menyisakan duka mendalam bagi keluarga.
Buah hati pasangan Romi Darma dan Ika Mutia itu mengidap kelainan jantung bawaan dan pneumonia sejak usia 12 bulan.
Meski mengaku ikhlas, namun kedua orangtuanya sangat kehilangan anak ketiga mereka yang sudah setahun menemani mereka.
Â