Sukses

Keluarga Akan Laporkan NL, Karyawan Otak Penembakan Bos Pelayaran

Meski sudah ditangkap polisi, keluarga dari bos pelayaran itu masih akan melaporkan NL. Soal apa?

Liputan6.com, Jakarta - Polisi telah menangkap 12 tersangka kasus penembakan bos pelayaran Sugianto. Pria 51 tahun itu ditembak di Royal Square, Kelapa Gading, Jakarta Utara, pada Kamis 13 Agustus 2020 lalu.

Penembakan ini diinisiasi oleh karyawannya sendiri yaitu NL.

Meski sudah ditangkap polisi, keluarga dari bos pelayaran itu masih akan melaporkan NL. Soal apa?

Rupanya, keluarga akan melaporkannya terkait kasus dugaan penggelapan uang perusahaan. Mereka akan melaporkan NL ke Polres Metro Jakarta Utara.

"Kasus penembakan pengusaha melaporkan pengelapan (uang perusahaan) tempat SPKT Polres Metro Jakut," kata Kasubag Humas Polres Metro Jakarta Utara Kompol HM Sungkono kepada Merdeka, Rabu (26/8/2020).

"Keluarga mungkin istri (yang lapor). (Tapi) belum (dateng)," lanjut Sungkono soal rencana laporan keluarga bos pelayaran.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Motif Pembunuhan

Sebelumnya, Wakil Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya AKBP Jean Calvijn Simanjuntak mengatakan, alasan Nur Luthfiah alias Luthfi (NL) nekat menghabisi nyawa bos pelayaran Sugianto (51). Karena takut dilaporkan ke polisi terkait penggelapan uang perusahaan.

"Tersangka NL ini adalah salah satu karyawan korban. Motif terkait dua hal, hal pertama adalah terkait amarah dan sakit hati NL pada korban dengan seringnya dimarahi dan seringnya pelecehan memaksa untuk melakukan hubungan intim walaupun tidak pernah terjadi," kata Calvijn, Selasa 25 Agustus 2020.

"Kedua adalah kekhawatiran tersangka NL karena dengan korban mengajak hubungan intim ditolak, dengan diancam akan melaporkan ke petugas terkait dua hal juga. Pertama penggelapan uang perusahaan dan kedua kekhawatiran terkait dengan pengurusan pajak perusahaan yang tidak tertib. Kekhawatiran tersebut mengakibatkan akhirnya menghire beberapa aktor, beberapa tersangka lainnya," sambung dia.

 

Reporter: Nur Habibie

Sumber: Merdeka