Liputan6.com, Jakarta - Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah Indonesia untuk menekan angka penularan virus Corona, seperti Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), mengkampanyekan adaptasi kebiasaan baru dengan 3M (Masker, Menjaga Jarak, Mencuci Tangan). Namun kenyataannya, persentase kasus positif atau positivity rate di Indonesia malah meningkat menjadi 14 persen. Hal ini disampaikan oleh Juru bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19, Wiku Adisasmito pada Selasa, 25 Agustus kemarin.
"Positivity ratenya secara nasional kurang lebih 14 persen," kata Wiku dalam keterangan persnya di Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (25/8/2020).
Ahli epidemiologi Universitas Indonesia, Pandu Riono, menilai bahwa pemerintah sudah menetapkan kebijakan yang benar. Sudah tidak ada yang salah dari kebijakan pemerintah saat ini. Menurutnya, penyebab kasus Covid-19 di Indonesia terus meningkat karena tidak adanya kontribusi dari masyarakat untuk ikut menekan penyebaran virus Corona di negara ini.
Advertisement
"Nggak ada yang salah. Sekarang bukan apa yang harus dilakukan negara lagi, tapi sekarang apa yang bisa masyarakat sumbangkan untuk menekan pandemi," ujar Pandu saat dihubungi Merdeka.com, Rabu (26/8/2020).
"Jangan minta negara melakukan sesuatu untuk kamu, tanyalah sama diri sendiri, apa yang bisa kamu sumbangkan untuk negara, ya kan?" kata Pandu menambahkan.
Untuk menciptakan masyarakat yang bisa berkontribusi membantu pemerintah dalam menekan pandemi, Pandu menilai perlu ada edukasi soal penanaman pola pikir tanggung jawab penanganan covid-19. Bahwa bukan hanya pemerintah saja yang berperan dalam menekan pandemi ini, namun masyarakat juga memiliki andil yang sangat besar.
"Bagaimana supaya termotivasi seperti itu? Ya harus ada edukasi. Siapa yang mengedukasi? Bukan hanya pemerintah tapi masyarakat, kita yang sudah mengerti, lalu pemuka masyarakat juga harus tergerak untuk mengedukasi yang lain," ujar Pandu.
Â
Â
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Pembagian Masker
Pandu melihat, pemerintah pusat maupun pemerintah provinsi seringkali membagikan masker ke rumah-rumah warga. Bahkan bukan hanya pemerintah saja, banyak sekali komunitas yang membagikan masker secara gratis ke masyarakat.
Sehingga menurutnya, jika ditemukan warga yang tidak memakai masker, itu bukan karena mereka tidak punya masker. Namun memang tidak mau memakai masker. Pandu mengatakan bahwa edukasi di tingkat masyarakat soal pentingnya memakai masker masih kurang.
"Masalahnya bukan lagi punya masker atau tidak. Soalnya sudah banyak yang bagikan, tapi masalahnya mereka mau pakai masker secara konsisten atau tidak? Sekarang tahapannya sudah beda. Mereka paham nggak kalau pakai masker tuh melindungi mereka dan keluarganya?" tuturnya.
Pandu merasa perlu adanya perubahan pola pikir di masyarakat soal penerapan protokol kesehatan. Masyarakat harus betul-betul mengerti, mengapa mereka harus memakai masker, menjaga jarak dan mencuci tangan. Bila tidak, maka pelanggaran protokol kesehatan akan terus ditemukan.
"Mindsetnya harus kita ubah. Bukan sekadar pakai masker saja tapi kita harus bangun kepedulian bersama karena memakai masker melindungi orang lain juga. Ini jauh lebih penting," kata Pandu.
Reporter: Rifa Yusya Adilah
Sumber: Merdeka.com
Advertisement