Sukses

HEADLINE: Rencana Subsidi Pulsa Pelajar, Bagaimana Skemanya?

Mendikbud menyiapkan anggaran Rp 7,2 triliun untuk subsidi kuota internet kepada siswa, guru, mahasiswa, dan dosen untuk 3 hingga 4 bulan mendatang.

Liputan6.com, Jakarta - Lima bulan pembelajaran jarak jauh (PJJ) akibat pandemi Covid-19, menyisakan sejumlah persoalan. Masalah pulsa untuk pembelian paket data internet sebagai sarana mengikuti pembelaran daring banyak dikeluhkan para pelajar dan orangtua. Mahalnya biaya pulsa yang harus dikeluarkan, membuat mereka menjerit. 

Pemerintah mengakui masalah pulsa dan paket data menjadi persoalan tersendiri dalam pelaksanaan belajar daring. Subdisi pulsa pun menjadi opsi yang akan dipilih untuk membantu para pelajar dalam mengikuti belajar daring. 

"Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menyiapkan bantuan pulsa untuk pelajar menggunakan skema dana BOS," kata Jubir Presiden Angkie Yudistia, Rabu (27/8/2020).

Dia menjelaskan bantuan pulsa tersebut diberikan untuk mendukung para pelajar melakukan pembelajaran jarak jauh. Namun, dia tidak bisa membeber berapa nominal pulsa bantuan yang akan diberikan nantinya.

"Kita pahami bahwa proses pembelajaran daring mengalami kendala ketersediaan kuota internet dan khususnya bagi keluarga ekonomi rendah," jelas dia.

Mendikbud Nadiem Makarim menyatakan, pihaknya menganggarkan Rp 9 triliun untuk membantu kegiatan pembelajaran jarak jauh untuk siswa, mahasiswa, guru dan dosen. Bantuan tersebut berupa tunjangan pulsa dan kuota internet selama 3 sampai 4 bulan ke depan. 

"Kami sudah mendapat persetujuan untuk anggaran sebesar Rp 9 triliun tahun ini yang akan kami kerahkan untuk pulsa atau kuota data bagi siswa, guru, mahasiswa, dan dosen selama 3 sampai 4 bulan ke depan," kata Nadiem dalam raker bersama Komisi X DPR RI, Jakarta, Kamis (27/8/2020).

Rinciannya, kata Nadiem, Rp 7,2 triliun untuk subsidi kuota internet kepada siswa, guru, mahasiswa, dan dosen. Tiap bulan siswa akan mendapat 35 GB dan guru akan mendapat kuota 42 GB. Sedangkan, dosen dan mahasiswa akan mendapat kuota 50 GB per bulan. Subsidi kuota akan diberikan selama September-Desember 2020.

Nadiem juga memberikan tambahan penerima tunjangan sebesar Rp 1,7 triliun. Dari tunjangan guru, dosen, hingga guru besar.

"Kami juga sudah mengamankan tambahan penerima tunjangan profesi guru dan tenaga pendidikan dan tunjangan profesi, dosen dan tunjangan guru besar sebesar Rp 1,7 triliun. Jadi total ini sekitar Rp 9 triliun," ucapnya.

Mantan Bos Gojek itu berupaya agar dana tersebut dapat segera disalurkan. Dia berharap para peserta didik dan tenaga pendidik dapat terbantu dengan adanya bantuan ini.

"Ini yang sedang kami akselerasi secepat mungkin untuk bisa segera cair dan harapan kami adalah ini akan bisa membantu banyak sekali siswa dan mahasiswa kita dan juga guru-guru kita," ujarnya.

Nadiem juga menegaskan, dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) bisa digunakan untuk membeli pulsa bagi peserta didik untuk menjalankan pendidikan daring.

"Saya ulang lagi, dana BOS bisa digunakan untuk membeli pulsa untuk peserta didik. Bisa digunakan untuk membeli perangkat TIK, baik laptop maupun tablet yang bisa dipinjamkan ke peserta didik," katanya.

 

Infografis Subsidi Pulsa untuk Pelajar. (Liputan6.com/Triyasni)

Bagi orangtua siswa yang hingga kini tak mendengar kebijakan tersebut, kata Nadiem bisa menanyakannya pada pihak sekolah melalui komite sekolah.

"Dan bagi orangtua yang belum mengetahui ini, mohon ditanya kepada kepala sekolah masing-masing melalui komite sekolah. Kalau ada kesempatan untuk menggunakan dana BOS untuk pulsa, laptop, dana BOS untuk gawai," ucapnya.

Tak hanya untuk keperluan pembelajaran jarak jauh, Nadiem pun mengizinkan dana BOS digunakan untuk menggaji guru honorer.

"Yang tadinya dibatasi hanya sampai X persen, sekarang tidak dibatasi. Karena kami sadar ini bukan hanya karena ada krisis kesehatan, tapi ada krisis ekonomi juga yang kita hadapi," beber Nadiem.

Menkominfo Johnny G Plate menyambut baik adanya subsidi pulsa untuk pelajar dan mahasiswa tersebut.

"Bagus bahwa Kemendikbud akhirnya dapat meluncurkan program subsidi pulsa bagi siswa, mahasiswa, dan para pendidik," kata Johnny kepada Liputan6.com, Kamis (27/8/2020).

Kominfo akan mendukung program tersebut, dan hal ini sudah dibicarakan bersama kementerian dan lembaga terkait.

"Kami tentu mendukungnya karena memang sebelumnya sudah dibicarakan bersama Kemendikbud, Kemenkeu, Kementerian PPN/Bappenas, dan Kementerian BUMN. Selanjutnya secara teknis akan dikomunikasikan dengan Kemendikbud," ucap Johhny.

Dia menargetkan p embangunan jaringan 4G di daerah terdepan, tertinggal, dan terluar (3T) yang salah satunya untuk mendukung pembelajaran jarak jauh, ditargetkan rampung tahun ini.

"Semoga senantiasa tersedia dukungan pembiayaan yang memadai," ungkapnya.

Kementerian Komunikasi dan Informatika mencatat, terdapat 12.548 desa atau kelurahan di Indonesia yang belum terjangkau sinyal 4G. 9.113 lokasi di antaranya berada di daerah terdepan, tertinggal, dan terluar (3T).

Daerah-daerah tersebut masih tersambung ke jaringan 2G sehingga baru bisa mendapatkan layanan seluler standar berupa panggilan telepon dan teks.

Saksikan Video Terkait Berikut Ini

2 dari 3 halaman

Subsidi Pulsa Telat?

Ketua Umum Ikatan Guru Indonesia (IGI) Muhammad Ramli Rahim menyatakan, pemberian subsidi untuk pelajar saat ini sudah sangat terlambat. Bantuan pulsa, kata dia, harusnya sudah diberikan tiga-empat bulan yang lalu.

"Saat ini sejumlah operator sudah menawarkan paket murah. Kami di Ikatan Guru Indonesia bekerjasama dengan Telkomsel sebagai contoh, paketnya bisa sampai Rp 10, dan itu sudah cukup untuk digunakan," ujarnya kepada Liputan6.com, Kamis (27/8/2020).

Ramli justru mengaku khawatir adanya bantuan pulsa untuk pelajar saat ini akan disalahgunakan. Terlebih jika skema penyalurannya nanti dilakukan melalui dana BOS.

"Sangat rawan penyimpangan, karena memberi sesuatu yang tak dibutuhkan lagi. Jadi ini tidak tepat," tegasnya.

Ramli menyatakan, masalah pulsa dan paket data untuk siswa saat ini sudah selesai. Menurutnya, yang perlu dilakukan Kemendikbud saat ini adalah peningkatan kesejahteraan guru. Sebab guru sudah berkorban membantu pemerintah dalam suasana pandemi saat ini.

"Ini harus dipastikan pendapatan mereka cukup. Dalam arti memenuhi upah layak minimum," tegasnya.

Kemendikbud juga harus memperbanyak peningkatan kompetensi dan jangan setengah-setengah penyerdehanaan kurikulumnya. Harus sudah fokus kepada kebutuhan masa depan dan jangan ada kegagalan.

"Contoh, berapa tahun kita belajar bahasa inggris? Apakah saat lulus bisa Bahasa Inggris belum tentu," ujarnya. 

Pengamat pendidikan Dharmaningtyas punya pandangan sendiri terkait pulsa untuk pelajar. Meski telat, bantuan pulsa pelajar untuk membantu proses belajar daring tetap berguna. Hanya, yang perlu dipikirikan adalah bagaimana mekanisme distribusinya.

"Kemendikbud sudah keluar tentang dana BOS untuk pulsa, tapi di lapangannya kan cenderung gak jalan. Karena banyak kepala sekolah tidak berani ngambil karena resiko," ujarnya kepada Liputan6.com, Kamis (27/8/2020).

Dharmaningtyas menambahkan, persoalan PJJ bukan hanya pulsa dan kuota, tapi juga jaringan telekomunikasi di sejumlah daerah yang belum tersentuh.

"Ada kuota tapi tanpa koneksi ya repot, jadi koneksi harus diperbaiki juga. Jadi jaringannya dulu karena kuota itu sekarang banyak desa memanfaatkan dana desa untuk memfasilitasi anak-anak belajar," katanya.

Masalah lainnya adalah device untuk pembelajaraan. Banyak yang tidak mempunyai handphone atau hanya memiliki satu handphone untuk satu keluarga.

"Misal tinggal di perkotaan tapi kurang mampu, sekeluarga hapenya cuma punya satu, tapi yang sekolah anak-anaknya lebih dari satu, sedangkan handphone juga dipakai orangtuanya misal untuk kerja," katanya.

Sementara itu, Wakil Ketua Komisi X DPR RI Dede Yusuf menyatakan, pemberian pulsa untuk kuota Kemendikbud harus spesifik untuk program aplikasi tertentu. Dia meminta  agar Kemdikbud punya platform pembelajaran khusus, seperti zoom dan google meet versi Kemendikbud.

"Sehingga kuota tersebut bisa spesifik tujuannya dan tidak disalahgunakan untuk game misalnya," ujarnya, Kamis (27/8/2020).

Dede menyatakan, selama ini Komisi X selalu meneriakkan soal kebutuhan pulsa untuk pelajar selama PJJ ini. 

"Apresiasi Mas menteri cepat tanggap masalah pulsa dan kuota ini," ujarnya.

Dede juga mengusulkan ada bantuan dalam bentuk lain untuk daerah yang tidak bisa memanfaatkan bantuan pulsa kuota karena daerahnya tidak ada sinyal.

"Ada daerah yang tidak ada internetnya, mereka bertanya dapat bantuan apa? Maka itu baiknya ada bantuan bentuk lain ke daerah yang tidak ada sinyal internet," katanya.

 

3 dari 3 halaman

Operator Bersaing Beri Paket Murah

Dukungan pemberian subsidi pulsa untuk pelajar juga dilontarkan sejumlah operator seluler yang ada di Indonesia.  Sejumlah program pendukung pun digulirkan, seperti paket kuota internet khusus pelajar.

General Manager External Corporate Communications Telkomsel Aldin Hasyim menyatakan, sejak awal pandemi, Telkomsel proaktif membantu pelajar beradaptasi dalam melakukan belajar daring secara mandiri dari rumah.

"Telkomsel menghadirkan paket khusus pelajar dengan kuota 10 GB bertarif Rp 10 yang dapat dinikmati mulai 21 Agustus hingga 31 Desember 2020," ujarnya, Kamis (27/8/2020).

Paket ini merupakan gabungan dari kuota data Ilmupedia dan Conference yang dapat dipakai untuk mengakses sejumlah aplikasi atau situs belajar online, serta layanan video conference yang membantu proses belajar dan mengajar.

Paket Kuota Belajar bisa diakses khusus oleh pengguna layanan prabayar Telkomsel atau UMB *363*844#. Paket 10GB ini berlaku selama 30 hari sejak tanggal pengaktifan.

Sementara, Head of External Communication XL Axiata Henry Wijayanto mengatakan, perusahaannya telah meluncurkan beberapa program untuk mendukung kegiatan belajar oline bagi pelajar.

"Selama pandemi, XL Axiata telah meluncurkan sejumlah inisiatif untuk mendukung pelaksanaan kegiatan belajar secara daring," tutur Henry Wijayanto, Kamis.

XL Axiata menghadirkan paket khusus Xtra Conference dan Xtra Edukasi. Dengan dua paket baru ini, pelanggan akan mendapatkan manfaat berupa tarif sangat ringan untuk akses ke aplikasi-aplikasi yang paling banyak dibutuhkan untuk mendukung aktivitas bekerja dan belajar dari rumah.

Program ini berlaku secara nasional untuk pelanggan XL prabayar, dan sudah bisa dibeli mulai 1 Juli 2020 melalui aplikasi myXL.

Paket Xtra Conference ditawarkan dengan tarif mulai Rp 2.000 untuk 2GB dan masa berlaku 1 hari, kemudian Rp 4.000 untuk 5GB masa 3 hari, Rp 10.000 untuk 15GB masa 7 hari.

Pelajar bisa memanfaatkannya paket ini untuk mendukung aktivitas bekerja dari rumah, yaitu untuk mengakses lima aplikasi yang paling banyak dibutuhkan: Microsoft Teams, Zoom, Google Meet, Google Hangout, dan Google Classroom.

Lalu paket Xtra Edukasi menawarkan tiga varian paket, yaitu Rp 1.000 untuk 2GB dan masa berlaku 1 hari, selanjutnya paket Rp 2,500 untuk 5GB masa 3 hari, dan Rp 7.500 untuk 15GB masa 7 hari.

Pelajar bisa memanfaatkan paket untuk mengakses aplikasi dan website pemerintah yang disediakan untuk membantu belajar dari rumah dan paling banyak diakses oleh pelanggan.

Tak mau ketinggalan, Indosat Ooredoo juga mengumumkan program untuk membantu pelajar dengan program belajar gratis 30GB dan akses ke lebih dari 200 portal universitas dan aplikasi pendidikan.

"Selain program di atas, perusahaan juga sudah memberikan dukungan gratis upgrade bandwidth ke ratusan kampus di seluruh Indonesia, 20 persen upgrade dari bandwidth yang dimiliki," ucap Turina Farouk SVP-Head of Corporate Communicaton Indosat Ooredoo, Kamis.

Indosat Ooredoo menawarkan IM Class (paket pintar untuk belajar online) sebesar 30GB hanya Rp 5 ribu. Dengan paket ini pelajar bisa belajar online dan akses ke platform belajar online terpopuler di Asia Tenggara: Ruangguru, Quipper, Sekolahmu.com dan Rumah Belajar.

 

Reporter: Andina Librianty