Sukses

Keluarga Banyak Anak tapi Handphone Hanya Satu, Bagaimana Subsidi Pulsa Belajarnya?

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) akan memberikan subsidi pulsa senilai Rp 35 ribu atau setara 35 gigabyte bagi siswa untuk pembelajaran jarak jauh via daring

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) akan memberikan subsidi pulsa senilai Rp 35 ribu atau setara 35 gigabyte bagi siswa untuk pembelajaran jarak jauh via daring.

Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah Kemendikbud  Jumeri menyebut, pihaknya akan memberikan seluruh pulsa bagi peserta didik kendati dari satu keluarga dan hanya memiliki satu nomor handphone.

"Pulsa ini kalau misal anak dalam satu rumah HP-nya ada satu, anaknya tiga. Maka sementara ini, rencananya ketiga-tiganya akan diberi," kata Jumeri dalam sesi webinar, Jumat sore (28/8/2020).

Kata Jumeri, pihaknya belum bisa menjelaskan lebih rinci menyangkut hal itu. Tapi ia berencana akan memberikan subsidi pulsa ke seluruh peserta didik kendati hanya punya satu nomor.

"Kami harus diskusi dengan operator dulu, tapi kira-kira ke sana," jelasnya.

Jumeri menyebut, pulsa yang diberikan bagi jenjang pendidikan SD hingga SMA jumlahnya sama, yakni Rp 35 ribu atau setara 35 gigabyte sebulan. Bukan hanya para peserta didik, guru pun mendapatkan subsidi ini, yakni Rp 42 ribu sebulan. Sedangkan mahasiswa dan para dosen Rp 50 ribu sebulan.

"Perhitungannya kalau dosen dan mahasiswa itu tingkat internetnya lebih luas gitu loh, lebih gede sehingga diberi kuota lebih besar juga," katanya.

Sementara untuk peserta didik yang tak memiliki gawai, maka nomornya bisa diisi subsidi pulsa tersebut di tahap berikutnya. Jika mereka sudah mempunyai handphone.

"Tidak usah khawatir, tidak akan ada yang ditinggal. Mungkin sekarang tidak punya gawai karena berpikir pulsanya, kan begitu ada subsidi pulsa orang akan berubah saya berikan HP karena pulsanya sudah diberi negara," sambung dia.

Sedangkan bagi mereka yang memang sama sekali tak mempunyai gawai, kata Jumeri maka tak perlu diberi subsidi kuota. Pasalnya sebagian besar mereka yang tak punya gawai, menurut Jumeri adalah peserta didik yang berada di daerah 3 T (terdepan, terluar, tertinggal). Di mana banyak dari mereka masih melakukan pembelajaran tatap muka.

"Tadi yang tidak punya sebagian besar berada di daerah 3 T dan itu 80 persen (zona) hijau artinya bisa tatap muka normal, tidak perlu kuota," jelasnya.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

2 dari 2 halaman

Pengawasan

Untuk pengawasannya, lanjut Jumeri pihaknya akan terus memonitor perkembangan subsidi pulsa tersebut. Bahkan jika ada keluhan dari masyarakat soal koneksi internet pada suatu operator ternyata tidak stabil, maka pihaknya akan menegur operator bersangkutan.

"Kalau sampai lemot atau lambat dalam akses internet, kita akan komplain pada provider itu bahwa ternyata akses internet yang disediakan tidak sesuai dengan yang dijanjikan. Nah ini kita akan terus awasi," tegasnya.

Dengan adanya subsidi pulsa itu, pihaknya berharap orangtua bisa mengendalikan penggunaan kuota data anaknya. Supaya tak dipakai mengakses hal-hal yang tak dibutuhkan.

"Jadi kita harus siap sebagai orangtua, harus membimbing, mengawasi. Tidak boleh dibiarkan lepas, tapi ditunggui, dibimbing. Kita melepas pulsa ini ada risikonya, mari kita mitigasi risiko itu," pungkasnya.