Liputan6.com, Jakarta Krisis ekonomi akibat pandemi Covid-19 telah berdampak terhadap kelangsungan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Berbeda pada saat krisis moneter tahun 1998 dimana UMKM betul betul menjadi penyelamat ekonomi nasional yang pada saat itu mampu meningkat hingga 350 % ketika banyak usaha besar yang kolaps namun pada saat pandemi Covid-19 saat ini, justru UMKM yang sangat terdampak. Dampak dari sulitnya berusaha mengakibatkan banyaknya tenaga kerja yang terpaksa dirumahkan.
Di saat masa pandemi terjadi perubahan pola konsumsi barang dan jasa masyarakat dari offline ke online. Pelaku UMKM pasti kesulitan dalam mencapai target-target yang harus dicapai saat perekonomian terganggu. Perubahan pola tersebut, seyogyanya diikuti pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) agar dapat survive, serta bisa berkembang sehingga mampu menghadapi kondisi new normal.
Baca Juga
Digitalisasi menjadi sebuah kebutuhan penting, terbukti di masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) memberikan kenaikan pada pemanfaatan e-learning, e-Commerce, literasi digital, permintaan delivery, dan kebutuhan alat kesehatan/kebersihan.
Advertisement
Namun kita tidak dapat memungkiri adanya permasalahan digitalisasi UMKM. Di beberapa daerah terpencil keterbatasan akses internet masih menjadi kendala. Pemahaman dari pelaku UMKM terhadap teknologi, pemasaran online terbatas, proses produksi dan akses pasar daring yang masih dinilai belum cukup maksimal. Selanjutnya, konsumen masih merasa tak aman dalam melakukan transaksi digital.
Namun terlepas dari semua kendala, ada 3 hal penting yg harus diperhatikan dalam mendukung Digitalisasi UMKM Produktif;
1. Produksi yang dihasilkan tidak hanya harus berkualitas baik, mempunyai nilai lebih dari produk lain dan dapat bersaing di pasar tetapi juga harus memiliki proses pengemasan yang baik. Situasi sekarang dimana dengan sistem digitalisasi pembeli bisa berasal dari daerah yang jauh sehingga barang-barang dihasilkan harus dapat tiba di tangan pembeli dalam keadaan baik. Selain itu kontinuitas suatu produk produk yang dihasilkan dapat terjaga.
2. Di masa PSBB menuju Masa New Normal membuat distribusi produk juga ikut terganggu yang membuat barang kiriman yang dipesan atau yang dibeli menjadi lama diterima. UMKM harus memiliki konsep delivery yang baik sehingga barang hasil produksi itu bisa tiba tepat waktu kepada konsumen sesuai dengan konsep produktivitas.
3. Dengan kondisi yang terjadi saat ini ada hal-hal yang harus diperhatikan dalam masalah promosi. Untuk memasarkan produknya UMKM dapat lebih menggencarkan promosi melalui media sosial atau media lainnya agar masyarakat mengetahui produk yang dihasilkan. Selain itu situasi yang terjadi membuka peluang bagi produk dalam negeri untuk lebih mampu bersaing dengan produk luar.Hal ini didukung dengan slogan “bangga buatan Indonesia”. Bangga Buatan Indonesia merupakan gerakan nasional berbentuk gotong royong dari UMKM untuk UMKM Indonesia.
Menghadapi new normal
Aktivitas masyarakat secara online tak terelakan lagi keberadaannya, terlebih untuk memenuhi anjuran pemerintah dalam upaya pencegahan penyebaran Covid-19 yang masif, baik dengan cara melakukan social distancing maupun physical distancing. Segala aktivitas masyarakat sekarang mulai bergeser dari offline menjadi secara online, baik itu berupa aktivitas rutin maupun non rutin. Kondisi inilah yang perlu dicermati pelaku UMKM. Jika UMKM ingin survive di new normal, maka mereka harus mampu memberi suguhan layanan online pada pembelinya.
Di tengah imbauan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) saat ini, muncul banyak pertanyaan bagi para pelaku bisnis UKM, “Bagaimana cara UKM menjaga produktivitas agar bisnis tetap berjalan?” Isolasi diri memang mengakibatkan banyak efek, salah satunya adalah di ranah ekonomi. Di sektor ekonomi sendiri, para pejuang UKM menjadi salah satu yang paling merasakan dampaknya.
Namun, di masa sekarang ini tentunya penggunaan teknologi menjadi solusi yang paling pas untuk membantu roda perekonomian UKM tetap berjalan. Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah melakukan pemasaran melalui media sosial. Tidak hanya itu, ada cara lain yang juga bisa dilakukan oleh para UKM untuk menjaga bisnisnya tetap produktif selama PSBB.
(*)
Advertisement