Liputan6.com, Jakarta - Di tengah pandemi Covid-19, pelajar dan mahasiswa harus terus betul-betul ditanamkan nilai Pancasila dalam proses belajar mengajar dan dalam sistem pendidikan. Sehinga nilai-nilai Pancasila itu menyerap dalam hati, pikiran dan tindakan para pelajar, baik siswa maupun mahasiswa.
"Jangan sampai mengatakan Pancasila namun isi pembicarannya mengandung unsur SARA terus. Ini harus diajarkan dan dicontoh oleh guru dan dosen dengan metodologi dan kurikulum yang pas sehingga Pancasila ini mengakar dan tidak basa-basi," kata Ketua Umum DPP Taruna Merah Putih (TMP), Maruarar Sirait.
Baca Juga
Hal ini disampaikan Maruarar saat membuka Webinar Nasional Kelima TMP dengan tema "Sistem Pendidikan di Tengah Pandemi Covid-19." Hadir sebagai narasumber dalam webinar ini Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim, Dirjen Aplikasi dan Informatika Kemenkominfo Semuel Abrijani dan Ketua Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Jawa Tengah Muhdi.
Advertisement
Bertindak sebagai Keynote Speaker Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo. Sementara Wali Kota Semarang yang juga Ketua DPD TMP Jawa Tengah Hendrar Prihadi bertindak sebagai moderator.
Hal kedua soal pendidikan, sambung Maruarar, adalah sebagaimana arahan Presiden Joko Widodo, pelajar harus menjadi manusia yang unggul dan memiliki daya saing yang tinggi. Maruarar pun menyebut contoh Mendikbud Nadiem Makarim, yang bukan saja jago kandang namun juga jago di luar kandang. Nadiem sudah sukses menjadi pengusaha dan banyak melakukan terobosan-terbosan di dunia pendidikan.
"Mas Nadiem ini bagaimana melakukan perubahan meski tak mudah dan banyak tantangan. Tapi kami mendukung sepenuhnya, dan kami percaya Nadiem sebagai menteri akan membawa suatu perubahan positif. Saya pikir kalau setiap tahun saja ada 10 sampai 15 Nadiem Nadiem baru maka Indonesia akan melakukan lompatan," puji Ara.
Hal ketiga terkait pendidikan, sambung Maruarar, adalah kerja sama. Hal ini juga sudah terjadi di dunia politik ketika Jokowi dan Prabowo bermetamorfosis dari seorang politisi menjadi negarawan. Keduanya tahu kapan waktunya berkompetisi dan tahu kapan waktunya bekerja sama dalam membangun bangsa dan negara. Keduanya juga menegajarkankan bagaimana yang menang tidak sombong, sementara yang kalah tetap sportif.
Hal keempat soal pendidikan, sambung Maruarar, adalah soal metode pengajaran di tengah pandemi yang tetap sehat dengan tetap menjalankan protokol kesehatan yang ketat. Maruarar pun yakin Nadiem sudah merumuskan hal ini.
Webinar nasional kelima TMP ini mencatatkan rekor baru. Biasanya peserta webinar nasional TMP dihadiri 600 sampai dengan 1.000 perserta.
Kali ini, peserta mencapai 6.147 yang daftar. Dari jumlah peserta ini, 3.700 peserta mengikuti melalui aplikasi Zoom, sementara sisanya mengikuti melalui Youtube.
Peserta webinar ini banyak dihadiri oleh stakeholders pendidikan selain aktivis dan media. Selain dihadiri para guru, juga dihadiri banyak orangtua dan murid dari banyak daerah di Indonesia. Bahkan anak kelas SD dari Magelang bernama Sesya pun diberi kesempatan bertanya kepada Nadiem Makarim.
Dalam kesempatan ini, ditampilkan juga gerakan TMP untuk mengatasi salah satu persoalan pendidikan di tengah pandemi Covid-19, yaitu masalah kuota dan ponsel. TMP memberikan 25 ponsel untuk siswa di Jawa Tengah berserta dengan kuotanya.
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengapresiasi Maruarar dan Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi dengan pelaksanaan webinar ini sebagai cara mencasi solusi pembelajaran di tengah pandemi.
"Pak Ara ini meski bukan pejabat publik namun tetap peduli. Begitu juga Mas Hendi. Ikut menggerakkan dan mencari solusi di tengah Pandemi," kata Ganjar.
Â
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Apresiasi Kurikulum Darurat
Sementara itu, Nadiem mengatakan terkait dengan pendidikan karakter sudah merumuskan melalui konsep enam Profil Pelajar Pancasila yang menjadi pola inti pembelajaran.
Keenam profil tersebut adalah bernalar kritis, kemandirian, kreatif, kebinekaan global yang merupakan upaya agar siswa mencintai keberagaman budaya, agama dan ras di negaranya serta dunia, sekaligus menegaskan mereka juga warga global serta keenam berakhlak mulia.
Ketua PGRI Jawa Tengah, Muhdi, yang sama-sama menjadi pembicara mengapresiasi kurikulum darurat dari Kemendikbud. Sebab kurikulum tersebut menjadi salah satu jawaban atas persoalan di tengah Pandemi Covid-19.
Sementara Dirjen Aplikasi dan Informatika Semeul Abrijani Pangarepan mengatakan bahwa masalah Indonesia adalah masalah konektivitas. Pandemi Covid-19 memaksa untuk mempercepat transformasi digital.
"Dalam transformasi digital harus ada literasi digital dan digital skills sehingga masyarakat Indonesia tak hanya jadi penonton belaka, namun juga menjadi pelaku aktif dan bahkan Indonesia bisa menjadi pencipta teknologi," ungkapnya.
Â
Advertisement