Sukses

Cerita Relawan Vaksin Covid-19: Awalnya Takut tapi Aman Setelah Disuntik

Merasa hanya sedikit lemas di hari pertama dirinya disuntik vaksin covid-19. Ia pun merasa hal itu wajar.

Liputan6.com, Jakarta - Antusiasme masyarakat terhadap kehadiran vaksin Covid-19 buatan Sinovac Biotech cukup tinggi. Hal ini terbukti dari banyaknya orang yang mendaftar menjadi relawan uji klinis fase ketiga di Bandung, Jawa Barat.

Jumlah relawan yang dibutuhkan oleh tim riset Universitas Padjadjaran (Unpad) sebenarnya hanya 1.620 orang saja, namun jumlah pendaftar ternyata membludak lebih dari 2 ribu orang. Hal ini disampaikan oleh Juru Bicara Uji Klinis Vaksin Covid-19 Unpad, Rodman Tarigan. Pendaftaran peserta uji klinis dibuka sejak 27 Juli hingga 31 Agustus 2020.

Muhammad Andika atau yang akrab disapa Dika tidak mau melewatkan kesempatan tersebut. Mahasiswa semester akhir salah satu universitas swasta di Bandung itu memutuskan untuk menjadi relawan uji klinis vaksin Sinovac. Ia mendaftar pada tanggal 13 Agustus 2020 melalui WhatsApp RSUP Hasan Sadikin Bandung. Ia mendapatkan informasi mengenai persyaratan pendaftaran dari internet.

"Dari twitter sih awal taunya. Dari awal dibuka (pendaftarannya) kan sudah ramai tuh (beritanya). Apalagi pas orang-orang penting di Bandung pada daftar juga," ujar Dika saat dihubungi Merdeka.com, Selasa 1 September 2020.

Dika mengaku, butuh waktu cukup lama untuk memberanikan diri menjadi relawan vaksin buatan China ini. Bahkan tidak terbesit sama sekali di pikirannya. Saat ia membaca persyaratan pendaftaran, ia merasa dirinya memenuhi syarat, namun masih banyak keraguan dan ketakutan di dalam dirinya. Ia mengaku takut jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

"Takut sih awalnya. Takut banget malah. Apalagi di twitter dibecandainnya kaya gitu kan. Kesannya yang jadi relawan tuh kelinci percobaan,"kata dia.

Selain itu, pria berusia 22 tahun itu juga mengaku takut bila ternyata hasil test kesehatan sebelum disuntik vaksin, menunjukkan bahwa dirinya merupakan pasien Covid-19 ataupun pernah kontak erat dengan pasien Covid-19.

"Iya takutnya kan malah pas diperiksa, ternyata saya yang positif Covid atau ternyata punya penyakit apa gitu, tapi ya bismillah aja deh sehat," ujarnya.

Ketakutan yang ia pikirkan selama dua minggu itu pun hilang juga saat dirinya dinyatakan lolos kriteria relawan vaksin Sinovac. Kriteria yang harus dipenuhi pertama adalah usia. Hanya boleh berusia antara 18 sampai 59 tahun, kemudian, syarat yang dikeluarkan oleh tim riset uji klinis vaksin Covid-19 Unpad yaitu relawan harus sehat dan tidak sedang hamil. Tertulis bahwa, relawan tidak boleh punya riwayat penyakit apapun. Penderita asma, diabetes, tumor, ginjal, hati, jantung, epilepsi, penyakit kelainan syaraf lain dan penyakit kelainan darah lainnya tidak diperbolehkan mendaftar.

Selain itu, seseorang yang memiliki gangguan sistem imun dan yang punya riwayat alergi terhadap suatu vaksin bisa dipastikan tidak lolos menjadi relawan vaksin. Suhu tubuh juga harus normal. Selain itu, relawan juga harus tinggal di Bandung dan tidak berencana pindah dari Bandung selama penelitian vaksin Sinovac ini belum selesai. Hal ini dikarenakan, para relawan yang sudah disuntikkan vaksin akan selalu dicek kondisi kesehatannya secara berkala selama enam bulan.

Penyuntikan vaksin Covid-19 ini diberikan di enam lokasi yang telah ditentukan di Kota Bandung. Di antaranya RS Pendidikan FK Unpad di Sukajadi, Balai Kesehatan Unpad di Dipati Ukur, kemudian empat puskesmas di Garuda, Dago, Sukaparkir dan Ciumbuleuit. Dalam sehari, penyuntikan hanya dilakukan pada 20 hingga 25 orang di setiap titik penyuntikan.

 

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Lemas dari Hari Pertama

Dika disuntik di Puskesmas Ciumbuleuit pada 28 Agustus lalu. Sudah empat hari yang lalu. Ia pun mengaku tidak terlalu merasakan gejala yang serius. Bahkan ia merasa hanya sedikit lemas di hari pertama dirinya disuntik. Ia pun merasa hal itu wajar.

"Lemas sedikit saja sih. Jadi pengen langsung tidur di rumah, terus kayak menggigil kedinginan gitu, tapi setelah itu biasa saja," ujar Dika

Dika pun menambahkan, tidak ada perubahan pola nafsu makan maupun pola tidur yang ia alami. Ia mengaku, nafsu makan maupun jam tidurnya tetap sama seperti biasanya. Walaupun sehabis disuntik ia merasa mengantuk, malamnya ia tetap tidur larut.

"Saya baca-baca katanya ada yang nafsu makannya bertambah. Saya teh enggak, padahal pengen, biar berat badan naik hahaha," ujarnya diselingi canda.

"Tetap saja sih tidurnya jam 2 pagi. Sudah kebiasaan kali ya, namanya juga anak semester akhir. Yang lain sudah lulus saya masih skripsian ini hahaha," imbuhnya.

Seperti yang diketahui, dari 1.620 relawan yang akan disuntikkan vaksin, tidak semuanya akan disuntikkan vaksin Covid-19. Hanya 540 orang saja, sedangkan sisanya sebanyak 1.080 orang akan mendapatkan cairan plasebo. Penentuan pemberian vaksin atau plasebo tersebut dilakukan secara acak.

Dika pun mengaku mengetahui akan hal itu, ia hanya berharap, tidak terjadi efek samping yang membahayakan tubuhnya. Ia berharap uji klinis ini bisa berjalan lancar dan ke depannya, Indonesia bisa punya vaksin virus Corona.

"Ya semoga saja aman. Jangan sampai kenapa-kenapa. Ngeri juga soalnya, kasian orangtua saya hahaha," katanya

"Kalau merasa ada perubahan yang tidak biasa, disuruh langsung hubungin dokternya, biar diperiksa katanya sih," tutupnya.

Ketua Tim Peneliti Uji Klinis Vaksin Covid-19 dari FK Unpad, Kusnandi Rusmil menyampaikan bahwa para dokter akan selalu memantau para relawan yang sudah disuntik vaksin. Mulai dari tiga hari, lima hari, 14 hari pasca penyuntikan, dan seterusnya. Para relawan vaksin Covid-19 juga dilindungi oleh asuransi. Hal ini ia sampaikan saat jumpa pers di Rumah Sakit Pendidikan Unpad Kota Bandung, Rabu, 22 Juli 2020.

Reporter: Rifa Yusya Adilah

Sumber: Merdeka.com