Liputan6.com, Jakarta - Kepala BNPT Komjen Pol Boy Rafli Amar menyatakan ada keterkaitan dari pandemi Covid-19 dengan program penanggulangan terorisme. Menurutnya, krisis yang disebabkan pandemi membutuhkan sinergi antarnegara dalam hal pembangunan kapasitas.
"Melalui kerja sama yang lebih ditingkatkan lagi mencegah aktivitas kelompok ektremis dalam merekrut dan menyebar propaganda melalui media online, hal ini menjadi masukan sebagai dasar kerja sama kami mendatang," kata Boy dalam acara Aqaba Process Virtual Meeting on COVID-19 Response, lewat siaran pers diterima, Kamis (3/9/2020).
Baca Juga
Boy melanjutkan, pada sesi satu terkait gambaran keamanan yang berubah di dunia pasca COVID-19 melalui 3 poin utama. Menurut dia, hal ini menjadi fokus Pemerintah dalam merespon terkait radikalisme dalam situasi pandemi COVID-19.
Advertisement
"Pertama menyesuaikan kebijakan untuk menghadapi ancaman di masa pandemi seperti penyalahgunaan internet untuk tujuan penyebaran narasi atau propaganda kelompok terorisme," kata dia.
Kedua, lanjut Boy, memperkuat ketahanan masyarakat melalui infrastruktur hukum dan kelembagaan. Menurut mantan Kadiv Humas Polri ini, Pemerintah Indonesia tengah berfokus pada penguatan ketahanan masyarakat melalui Perpres terkait Rencana Aksi Nasional Penanggulangan Ekstremisme berbasis kekerasan yang mengarah pada terorisme.
"PP Nomor 77/2019, PP Nomor 35/2020 dan saat ini dalam proses finalisasi," ungkap dia.
Terakhir, membangun sinergi kerja sama di kawasan dan internasional dengan pertukaran informasi, adalah langkah diperlukan. Tujuannya, untuk mengatasi ancaman yang muncul termasuk kekhususan dan kerentanan di berbagai wilayah.
"Ini upaya mengidentifikasi dan mengisi kesenjangan dalam kapasitas merespons pandemi COVID-19 serta ancaman keamanan baru dan peluang yang mungkin muncul berkaitan dengan pandemi COVID-19," Boy menandasi.
Â
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Dihadiri Raja Yordania
Sebagai informasi, pertemuan virtual ini dibuka oleh Raja Yordania Abdullah II serta dihadiri perwakilan negara dan badan internasional diantaranya adalah Presiden dan PM Bulgaria, Presiden Filipina, Presiden Kenya, PM Albania, PM Canada, Sekjen PBB, Sekjen INTERPOL, Deputi Sekjen NATO, GIFCT, serta pejabat setingkat Menteri perwakilan Singapura, Inggris, Perancis, Selandia Baru, Belanda, Australia, Jepang, dan Amerika.
Agenda dibahas dalam pertemuan virtual ini adalah: (i) gambaran keamanan yang berubah di dunia pasca COVID-19; (ii) Perlindungan masyarakat yang rentan dari perekrutan di tengah isu kerawanan pangan, pengangguran, lingkungan dunia maya dan Pendidikan; dan (iii) roadmap ketahanan untuk keamanan.
Diketahui, Aqaba Process Virtual Meeting on COVID-19 Response yang disponsori oleh Raja Yordania Abdullah II ini merupakan pertemuan khusus yang membahas mengenai upaya-upaya menyatukan mitra-mitra Aqaba Process dalam menghadapi situasi pandemi COVID-19.
Advertisement