Sukses

Kemenpar Aktivasi Gerakan BISA Bersama Masyarakat Desa Wisata Wae Rebo

Kegiatan ini yang ke-5 kalinya dilaksanakan BOPLBF, setelah sebelumnya di Kabupaten Sikka, Pulau Komodo, Kabupaten Ende, dan Labuan Bajo.

Liputan6.com, Jakarta - Badan Otorita Pariwisata Labuan Bajo Flores (BOPLBF) melakukan aktivasi Gerakan BISA yang merupakan akronim dari Bersih, Indah, Sehat, Aman di Desa Wisata Wae Rebo, Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur. Kegiatan ini berlangsung selama dua hari yakni pada tanggal 13-14 September 2020.

Gerakan BISA merupakan gerakan padat karya yang melibatkan peserta dari masyarakat lokal Desa Wae Rebo dengan tujuan mempersiapkan dan menyosialisasikan kebiasaan baru pada daerah destinasi wisata, serta menata destinasi wisata menjadi Bersih, Indah, Sehat, dan Aman.

Kegiatan ini merupakan yang ke-5 kalinya yang dilaksanakan BOPLBF, setelah sebelumnya dilaksanakan di Kabupaten Sikka, Pulau Komodo, Kabupaten Ende, Labuan Bajo, serta akan dilaksanakan di beberapa destinasi wisata lainnya dalam wilayah cakupan kerja BOPLBF.

BOPLBF melalui Kepala Divisi Amenitas dan Daya Tarik Farhan Riyandi, dalam sambutannya mewakili Direktur Utama BOPLBF Shana Fatina menyampaikan terima kasih atas antusiasme yang ditunjukkan masyarakat Kampung Wae Rebo dalam menyambut pelaksanaan Gerakan BISA.

Riyandi menyampaikan, pelaksanaan Gerakan BISA ini sekaligus untuk membawa pesan dari pemerintah pusat, bahwa Gerakan BISA ini merupakan bentuk komitmen Pemerintah Pusat agar pariwisata tetap dapat berjalan dan sekaligus menjadi cara menyampaikan kepada dunia bahwa Desa Wisata Wae Rebo siap menyambut wisatawan, melanjutkan arahan pembukaan secara resmi Desa Wisata Wae Rebo oleh Gubernur Nusa Tenggara Timur pada Minggu 6 September 2020.

"Ini adalah bentuk dukungan dan komitmen pemerintah pusat agar pariwisata tetap dapat berjalan sehingga roda perekonomian masyarakat tetap berputar dan tetap mengikuti protocol kesehatan. Saya percaya, bahwa masyarakat yang hadir pada saat ini juga merupakan bentuk apresiasi dan kepercayaan terhadap upaya yang dilakukan pemerintah agar kita semua dapat bangkit dan menyongsong era normal yang baru ini dan keluar dari masa pandemi yang telah banyak menghentikan begitu banyak pekerjaan baik kita", tutur Shana yang disampaikan secara resmi oleh Ryandi.

Pemilihan Wae Rebo sebagai tempat pelaksanaan kegiatan BISA ini juga dimaksudkan untuk mengantisipasi peningkatan jumlah kunjungan wisatawan ke Desa Wae Rebo, sehingga masyarakat paham dan siap dalam menerima kunjungan wisatawan dengan aman.

Ryandi menekankan Desa Wae Rebo sebagai desa wisata yang sedang viral dan menjadi primadona di mata wisatawan. Wae Rebo sangat cocok dijadikan tempat pemulihan (healing) dan menenangkan diri paska pandemi. Wisatawan akan berbondong-bondong datang karena Wae Rebo bukan hanya tempat tempat tujuan wisata, banyak narasi dan nilai- nilai kebudayaan yang dapat diperoleh. Hal ini selaras dengan misi peningkatan pengembangan pariwisata Flores melalui pembangunan masyarakat, khususnya masyarakat di desa-desa wisata

"Kita harus pikirkan apa yang kita perlu persiapkan menuju normal baru? Bagaimana mempersiapkan tempat wisata agar benar-benar siap. Kita bisa mulai dengan penerapan standar protokol kesehatan sesuai panduan yang disiapkan oleh Kementerian Pariwisata dan BOPLBF tentang cara mempersiapkan destinasi wisata setelah pandemi. Sehingga masyarakat jangan sampai panik dan salah kaprah," tambah Shana dalam keterangan resminya.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

2 dari 2 halaman

Tak Lagi Cemas

Sementara itu, Ketua Lembaga Pelestarian Budaya dan Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Alam dan Budaya Waerebo, Fransiskus Mudir saat membuka kegiatan mengungkapkan dukungan dan ucapan terima kasih atas perhatian yang terus diberikan kepada masyarakat Desa Wae Rebo

"Terima kasih atas perhatian yang diberikan oleh Kementerian Pariwisata melalui BOPLBF yang tak henti-hentinya memberikan dukungan kepada kami. Ini adalah awalan yang sangat baik, kami masyarakat setempat angat menyambut dengan baik kegiatan seperti ini," ujar Frans.

"Kegiatan seperti inilah yang kami perlukan, sehinggga kami tidak terus-terusan terkurung dalam rasa takut yang berlebihan. Tentu saja kegiatan ini juga sebagai pemicu agar diterapkannya gaya hidup bersih dan sehat pada masyarakat Desa Wae Rebo, selain memberikan keindahan juga kenyamanan pada semua pihak," imbuh Frans.

Sebagai destinasi wisata primadona, Wae Rebo termasuk yang dinantikan kembalinya oleh para wisatawan pasca-pandemi.

"Kami sadar bahwa kami tidak bisa terus-terusan takut dan mengurung diri, cepat atau lambat kami harus siap dengan normal yang baru ini. Selama masa Covid-19 ini masyarakat terjebak dalam ketakutan karena tidak mendapat informasi yang cukup, sehingga pemahaman tentang virus ini hanya simpang siur, dan malah menimbulkan rasa cemas yang berlebih. Akhirnya, dengan kehadiran pemerintah melalui BOPLBF kami diberi pemahaman dan bekal yang cukup untuk menyiapkan tempat ini untuk dunia luar lagi," tambah Frans.

Setelah melakukan kegiatan bersih-bersih bersama dan simulasi penerapan protokoler kesehatan, BOPLBF juga memberikan secara simbolis beberapa peralatan pendukung dalam penerapan normal baru pada destinasi wisata seperti alat Thermo Gun, pembagian masker dan face shield, serta alat-alat kebersihan seperti sapu lidi dan alat kebersihan lainnya.

Â