Liputan6.com, Jakarta - Karo Penmas Divisi Humas Polri Brigjen Awi Setiyono menengaskan, penyeragaman warna cokelat untuk atribut Satuan Pengamanan (Satpam) dengan Polri berbeda dengan pembentukan Pengamanan (Pam) Swakarsa 1998.
"Itu kan ditarik di politik lagi. Pada intinya kan saya sampaikan bahwa ini mengukuhkan apa yang sudah ada, cuma pergantian pakaian Satpam saja dari warna biru ke cokelat. Yang biru dipakai satuan keamanan lingkungan, tidak ada kok kita ditarik lagi ke 98, tidak ada," kata Awi di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Kamis (17/9/2020).
Menurut Awi, tenaga pengamanan dari unsur Polri memang terbilang kurang dibandingkan dengan tingginya jumlah penduduk Indonesia. Hingga kemudian hadir Badan Usaha Jasa Pengamanan (BUJP) yang secara profesional mengelola Satpam.
Advertisement
"Sehingga kehadiran mereka diharapkan menambah gelaran fungsi kepolisian di lapangan. Misalnya kita lihat mereka jaga di bank, perkantoran, dengan seragam mirip polisi, cokelat, kan ada timbul getaran minimal kalau orang mau niat melakukan kejahatan, kan bisa kita cegah dengan adanya kehadiran mereka di lapangan," jelas dia.
Awi menyebut, penyesuaian penerapan seragam cokelat Satpam diberikan kurun waktu satu tahun, terhitung sejak Peraturan Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2020 tentang Pengamanan Swakarsa dikeluarkan.
"Dan diingatkan ya, ini seragam bukan dari Kapolri lho ya, tetapi nanti pengadaannya dari BUJP. Karena mereka yang menyediakan Satpam, bukan polisi. Cuma polisi mengkoordinasikan terhadap pelaksanaan pelatihannya, sertifikasinya, sehingga nanti setelah lulus dikembalikan ke BUJP, BUJP yang menempatkan ke perusahaan-perusahaan yang sesuai MoU dengan mereka," Awi menandaskan.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Pam Swakarsa dan Tragedi Semanggi
Pam Swakarsa sendiri merupakan kelompok sipil bersenjata yang dibentuk oleh TNI untuk membendung aksi mahasiswa di Gedung DPR/MPR tahun 1998 lalu yang berakhir dengan Tragedi Semanggi.
Advertisement