Liputan6.com, Jakarta - Tak pernah terlintas dalam benak Luswanto akan menjadi bagian dari tim evakuasi pasien positif Covid-19 di Ibu Kota. Anto, panggilan akrab dari Luswanto, salah satu pengemudi bus sekolah milik Pemprov DKI Jakarta.
Saat pandemi seperti sekarang, dia bersama sejumlah pengemudi lainnya diperbantukan untuk mengantarkan para pasien dari Puskesmas ke Wisma Atlet Kemayoran yang akan melakukan isolasi mandiri. Sebab, jumlah mobil ambulans yang digunakan untuk evakuasi masih terbatas.
Baca Juga
Saat awal pandemi dengan jumlah pasien yang belum tinggi, Anto ditugaskan untuk mengantarkan para penumpang kereta dari Stasiun Bogor, Jawa Barat, menuju salah satu stasiun di Jakarta.
Advertisement
Namun, sejak usai perayaan Idul Fitri 2020, dia diberikan tanggung jawab untuk melaksanakan tugas kemanusiaan ini. Mulai dari pagi hari hingga waktu yang tidak bisa ditentukan, semua pengemudi yang ditugaskan harus terus berjaga.
Biasanya, atasannya akan memberikan detail tugas melalui grup chat. Setelah itu mereka harus segera bergegas dan mempersiapkan diri ke lokasi yang dituju.
"Ini enggak mengenal waktu, 24 jam standby terus dan kalau ditelepon harus siap evakuasi. Dua jam sebelum penjemputan kita sudah mulai jalan dengan dikawal patwal, polisi," kata Anto saat dihubungi Liputan6.com beberapa waktu lalu.
Sesampainya di Puskesmas yang dituju, dia akan dikenakan baju hazmat atau APD lengkap dengan kacamata pelindung hingga masker oleh petugas. Bus yang digunakan juga dipasangi pembatas antara pengemudi dan penumpang.
Selain itu, selama perjalanan pendingin udara di dalam bus harus dimatikan. Pekerjaan dia hanya mengantarkan pasien yang ingin sembuh dan harus fokus ke depan. Petugas Puskesmas yang mendata pasien duduk di samping pengemudi, juga dengan APD lengkap.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Antarkan Beragam Pasien
Usia produktif dengan kondisi fisik yang sehat dan tidak memiliki penyakit bawaan membuat Anto terpilih menjadi salah satu pengemudi tim evakuasi. Menurut dia, pasien yang diantarkannya tampak sehat dan tidak terlihat sakit.
"Mereka enggak kelihatan sakit, pada segar dan bugar. Ada anak-anak bawa mainan, ibu hamil, nenek-nenek dari panti jompo juga pernah saya antarkan. Tapi kalau yang panti itu diantarkan ke RS Duren Sawit karena sudah tua dan punya penyakit bawaan," ucapnya.
Setelah mengantarkan pasien, dia dan bus yang dibawanya akan melakukan prosedur disinfektan dan mandi di salah satu lokasi yang ditentukan. Seperti halnya di RSPI Sulianti Saroso.
Bus disemprot dan pengemudi diharuskan mandi. Untuk melepaskan baju hazmat juga dilakukan oleh petugas dengan prosedur yang ditentukan. Selesai itu mereka diharuskan pulang ke pool bus sekolah di Kramatjati, Jakarta Timur.
Tak hanya itu, sesampainya di pool bus mereka masih diharuskan mandi kembali dan menunggu tugas lanjutan. Setiap pengemudi mendapatkan tugas evakuasi bervariasi tergantung lokasi penjemputan.
Rapid tes hingga swab Covid-19 sudah menjadi rutinitas Anto. Karantina mandiri selama dua hingga tiga hari dilakukan di mes yang disediakan.
"Kalau lagi flu atau enggak enak badan enggak boleh bertugas. Jadi, harus isolasi mandiri hingga membaik, alhamdulillah saya dan teman-teman masih sehat," ujar dia.
Advertisement
Tetap Memilih Pulang
Menurut Anto, selama menjalankan tugas hal terpenting, yakni bahagia dan ikhlas. Hal tersebut juga untuk tetap meningkatkan imunitas dalam dirinya. Rasa was-was dan takut hanya akan memperburuk keadaan.
Meski disediakan mes, Anto memilih pulang untuk bertemu istri dan kedua anaknya yang masih balita. Kendati begitu, dia tetap berusaha menjalankan protokol kesehatan yang ada.
Sebagai orang yang ikut menjadi garda terdepan dia meminta agar masyarakat untuk tetap melaksanakan protokol kesehatan dari pemerintah. Agar kondisi dapat segera pulih dan terkendali dari Covid-19.
"Setiap saya sampai rumah anak-anak harus masuk dulu ke dalam kamar, saya mandi, terus nunggu beberapa jam di luar rumah baru berani bermain sama anak," jelasnya.
Â