Sukses

Tak Ada Alat Deteksi Dini, Warga Kaki Gunung Salak Diminta Waspada Longsor Susulan

Dari pengamatan petugas PTNW Gunung Salak-1 bahwa titik lokasi masih berpotensi longsor susulan. Karena struktur tanah di daerah itu rawan bergeser.

Liputan6.com, Jakarta Tanah longsor di Gunung Salak Kabupaten Bogor, Jawa Barat pada 21 September 2020 menjadi alarm bagi warga sekitar untuk tetap waspada. 

Terlebih, curah hujan di kawasan Gunung Salak dan sekitarnya masih tinggi. Selain itu, material longsor yang terbawa air pada kejadian Senin lalu sudah masuk kawasan pemukiman warga. 

Dari pengamatan petugas PTNW Gunung Salak-1 bahwa titik lokasi masih berpotensi longsor susulan. Karena struktur tanah di daerah itu rawan bergeser. 

"Kemungkinan longsor bisa saja terjadi lagi kalau hujannya sangat deras di hulu sungai. Walaupun  jalur lintasan sungainya sekarang sudah melebar, namun tetap harus waspada dan hati-hati di musim hujan," terang Ugur Gursala Kepala Resort PTNW Gunung Salak-1, Selasa (29/9/2020). 

Apalagi, pihak Balai Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) belum memiliki alat pendeteksi longsor, sehingga langkah yang dilakukan adalah mengimbau masyarakat di hilir untuk meningkatkan kewaspadaan terutama saat hujan deras. 

"Kami tidak punya alat deteksi, mungkin harus koordinasi dengan pihak terkait," kata Ugur. 

Dia menjelaskan, longsor dipicu salah satunya hujan yang sangat lebat pada Senin lalu (21/9/2020). Luapan Sungai Cikedung juga dipicu oleh rusaknya jalur sungai, seperti pendalaman dan pelebaran jalur sungai.

Dari hasil pengamatan di lapangan, lebar longsoran bervariasi sekitar 10 hingga 60 meter dengan kedalaman bervariasi sekitar 5 sampai 15 meter. 

"Tim pendahuluan baru ngecek beberapa titik saja, karena medannya sulit. Rencananya mau pemetaan menggunakan drone," ujar Ugur. 

Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa bencana alam yang terjadi Senin pekan lalu. Namun, longsoran yang terjadi di Puncak Salak 3 telah menimbulkan kerusakan sawah, perkebunan warga dan menghantam jembatan penghubung Palalangon-Loji Desa Pasir Jaya, Kecamatan Cigombong. 

"Tidak ada kerusakan bangunan. Hanya satu keluarga berjumlah 5 jiwa sudah dievakuasi sebagai antisipasi, karena satu-satunya rumah yang dekat dengan aliran longsoran," kata Sekretaris Kecamatan Cigombong Asep Achadiat Sudrajat. 

Tak hanya itu, prahara longsornya Gunung Salak 3 menghancurkan pipa sepanjang 3000 meter yang selama ini untuk mengalirkan air bersih bagi 400 kepala keluarga (KK) di Desa Pasir Jaya. Semenjak kejadian itu, warga mengalami krisis air bersih. 

"Warga terpaksa meminta bantuan air bersih ke BPBD. Karena pipa dari sumber mata air di Gunung Salak sampai ke rumah warga tersapu habis oleh banjir bandang," kata dia. 

Saat ini, warga sedang bergotong royong membangun kembali bak penampungan dan memasang pipa untuk mengalirkan air ke rumah-rumah warga. 

"Sekarang pipanisasi sedang berlangsung, dananya dari iuran warga dan donatur. Alhamdulillah, hari ini ada bantuan pipa dari Dinas PUPR," kata dia. 

 

2 dari 3 halaman

Siklus 20 Tahunan

Menurut keterangan warga setempat, kata Asep, banjir dan longsor di kawasan Puncak Salak 3 sudah pernah terjadi 20 tahun silam. Material longsoran yang dibawa air dari Gunung Salak melanda kawasan tersebut. 

"Menurut info para tokoh, ini longsor siklus 20 tahunan. Laporan tim desa, tidak ada ilegal logging," terangnya. 

Asep menyebutkan, panjang aliran sungai yang terdampak longsor mencapai 3 kilometer lebih. Mulai dari titik lokasi longsor hingga hilir Kampung Palalangon, Desa Pasir Jaya, Cigombong. 

"Dari titik longsor sampai yang terkena saya belum tahu panjangnya berapa. Cuma kalau diukur pipa paralon air yang tersapu panjangnya 3 km," terangnya. 

Untuk mengantisipasi jatuh korban, aparatur kecamatan sudah meminta warga termasuk pemilik vils mewah yang berada di kawasan itu untuk selalu waspada. 

"Malam setelah kejadian petugas di lapangan sudah melakukan imbauan termasuk kepada pemilik vila,"

3 dari 3 halaman

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Video Terkini