Liputan6.com, Jakarta Top 3 news hari ini, Ketua DPR Puan Maharani mengatakan, telah ada rongrongan dari dalam maupun luar negeri terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sejak Indonesia merdeka pada 17 Agustus 1945.
Menurut Puan hal tersebut disebabkan oleh kelengahan dan kurangnya kewaspadaan bangsa Indonesia terhadap kegiatan yang berupaya menumbangkan Pancasila sebagai ideologi negara.
Baca Juga
Hal ini diungkap Puan Maharani saat membacakan ikrar pada upacara Hari Kesaktian Pancasila di Monumen Pancasila Sakti, Lubang Buaya, Jakarta Timur, Kamis,1 Oktober kemarin.
Advertisement
Berita terpopuler lainnya masih terkait peringatan Hari Kesaktian Pancasila, 1 Oktober. Gerakan G30S/PKI yang telah menewaskan enam jenderal dan satu letnan TNI AD tersebut telah menjadi catatan sejarah kelam bagi bangsa ini.
Jenazah enam jenderal dan satu letnan TNI AD ditemukan di sebuah lubang berdiameter 75 sentimeter dan kedalaman 12 meter di Lubang Buaya, Jakarta Timur.
Mereka adalah Jenderal TNI (Anumerta) Achmad Yani, Letjen (Anumerta) Suprapto, Mayjen (Anumerta) MT Haryono, dan Letjen (Anumerta) Siswondo Parman.
Sukitman merupakan salah satu saksi hidup saat aksi keganasan itu terjadi. Dia adalah anggota polisi berpangkat Agen Polisi Dua itu bertugas menjaga Guest House di Jalan Iskandarsyah, Jakarta bersama rekannya Sutarso, pada 30 September 1965.
Dari buku Pierre Tendean yang ditulis oleh Masykuri, Sukitman kemudian ditawan di depan sebuah rumah. Adalah Letnan Satu Dul Arief, komandan peleton Pasopati yang memerintahkan anak buahnya untuk menempatkan Sukitman di tempat tersebut.
Berikut deretan berita terpopuler di kanal News Liputan6.com, sepanjang Kamis, 1 Oktober 2020:
Â
Â
Â
Saksikan video pilihan di bawah ini:
1. Di Hari Kesaktian Pancasila, Puan Sebut NKRI Dirongrong dari Dalam dan Luar
Ketua DPR Puan Maharani membacakan ikrar pada upacara Hari Kesaktian Pancasila di Monumen Pancasila Sakti, Lubang Buaya, Jakarta Timur, Kamis (1/10/2020).
Puan menyampaikan bahwa sejak Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945, terjadi rongrongan terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) baik dari dalam maupun luar negeri.
"Dengan rahmat Tuhan Yang Maha Esa, kami yang melakukan upacara ini menyadari sepenuhnya bahwa sejak diproklamasikan kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 pada kenyataannya telah terjadi rongrongan baik dari dalam negeri, maupun luar negeri terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia," ujar Puan.
Puan menyatakan, adanya politisi rongrongan disebabkan kelengahan atau kekurangwaspadaan bangsa Indonesia terhadap kegiatan yang ingin menumbangkan Pancasila.
Â
Advertisement
2. Menengok Sekilas Sejarah Hari Kesaktian Pancasila 1 Oktober
Upacara Hari Kesaktian Pancasila dilakukan sebagai wujud untuk mengenang dan menghormati para jasa Pahlawan Revolusi.
Penetapan hari ini pun terkait erat dengan peristiwa yang biasa disebut Gerakan 30 September/Partai Komunis Indonesia atau G30S/PKI. Pada 1965 itu, berlangsung peristiwa pembunuhan terhadap sejumlah jenderal.
Enam jenderal dan satu letnan TNI AD itu korban kekejian G30S/PKI pada 1965 silam.
Lantas, mengapa 1 Oktober bisa dikukuhkan sebagai Hari Kesaktian Pancasila? Apa kaitannya dengan G30S/PKI?
Â
3. Sukitman, Polisi Saksi Mata Tragedi Pembantaian di Lubang Buaya
Sukitman kebagian jaga malam pada 30 September 1965. Anggota polisi berpangkat Agen Polisi Dua itu bertugas menjaga Guest House di Jalan Iskandarsyah, Jakarta bersama rekannya Sutarso.
Menjelang subuh tepat pukul 04.30 WIB, 1 Oktober 1965, tiba-tiba terdengar rentetan tembakan. Dia meminta rekan jaganya tetap menunggu di pos.
Sukitman lantas bergegas mengayuh sepeda mencari sumber bunyi tembakan. Tidak lama, dia tiba di lokasi asal suara tembakan yang ternyata dari rumah Brigadir Jenderal D.I. Panjaitan.
Keberadaan Sukitman langsung diketahui orang-orang yang berpakaian tentara begitu tiba di depan rumah D.I Panjaitan. Kepalanya langsung ditodong senjata.
Dari buku Pierre Tendean yang ditulis oleh Masykuri, Sukitman kemudian ditawan di depan sebuah rumah. Adalah Letnan Satu Dul Arief, komandan peleton Pasopati yang memerintahkan anak buahnya untuk menempatkan Sukitman di tempat tersebut.
Â
Advertisement