Liputan6.com, Jakarta Banyak cara ditempuh untuk memasarkan produk unggulan secara kreatif, seperti yang dilakukan warga Desa Gitik, Kecamatan Rogojampi, Banyuwangi ini. Dikenal sebagai wilayah penghasil tahu, mereka membuat pasar kuliner tahu.
Kepala Desa Gitik, Hamzah mengatakan pasar ini dibuat atas inisiatif warga. Mereka mengaku ingin produk tahu buatan mereka dikenal lebih luas oleh warga karena kekhasannya.
Maklum saja, tahu di daerahnya memiliki rasa yang khas. Para pengrajin tahu di wilayahnya masih mempertahankan proses pembuatan yang masih tradisional yakni menggunakan kayu sebagai bahan bakarnya.
Advertisement
“Tahu Gitik ini sangat khas, bertekstur kering tapi lembut di dalam. Selain itu, bahannya juga alami tanpa pengawet dan masih tradisional. Patut dicoba,” promosi Hamzah.
Dengan kekhasan ini, Hamzah mengaku warga ingin agar tahu buatan mereka ini dikenal lebih luas. Mereka lalu terpikir untuk membuat pasar kuliner tematik dengan tahu sebagai menu utama.
"Bersama-sama berinisitif membuat pasar kuliner. Melengkapi pasar-pasar kuliner Banyuwangi yang telah ada sebelumnya. Alhamdulillah, selain upaya untuk mengenalkan tahu, kami berharap bisa menggerakkan ekonomi warga desa di sini," katanya.
Pasar kuliner tersebut menyuguhkan berbagai makanan olahan berbahan dasar tahu produksi warga desa setempat. Seperti tahu goreng, tahu walik, juga ada tahu bayam. Pengunjung bisa menikmati olahan beragam tahu dengan nikmat, maklum saja karena disajikan dengan fresh. Pasar kuliner ini juga menyajikan makanan tradisional khas Banyuwangi lainnya.
Hamzah menambahkan pasar yang telah berdiri sejak awal 2019 itu sempat tutup beberapa bulan karena adanya pandemi korona. Kini, Kampung Tahu dibuka kembali dengan menerapkan protokol kesehatan yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
"Saat ini, Festival Kampung Tahu ini dibuka satu bulan sekali. Jadwalnya setiap Sabtu sore di awal pekan bulan," kata Hamzah.
Sementara itu, Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengaku sangat mengapresiasi upaya warga setempat untuk meningkatkan ekonomi lokal secara kreatif.
"Festival kerakyatan seperti ini harus diapresiasi. Selain menggerakkan ekonomi rakyat, kegiatan seperti ini juga dapat meningkatkan kreativitas generasi muda," puji Anas.
Namun, Anas tetap meminta pengelola dan warga untuk tetap mengedepankan protokol kesehatan dalam pelaksanaannya. Mulai dari memastikan semua yang ada di area harus mengenakan masker, menyediakan tempat cuci tangan, maupun pengaturan jarak bisa dilakukan.
“Harus ada petugas yang mengingatkan mereka yang sekiranya tidak disiplin protokol kesehatan. Petugas juga harus mengatur keluar masuk pengunjung agar tetap bisa menjaga jarak,” kata Anas.
"Karena akan sia-sia, bila ekonomi bergerak namun tanpa diiringi disiplin yang ketat pada aturan kesehatan, yang ujungnya malah membuat penularan semakin masif. Ekonomi boleh jalan, tapi harus diiringi penerapan protokol kesehatan yang kuat," jelas Anas.
(*)