Liputan6.com, Jakarta - Briptu Andi Sapa dan Brigadir Sudirman tiba-tiba menghilang pada Senin, 8 Oktober delapan tahun lalu. Keduanya dilaporkan tak bisa dikontak ketika menjalankan tugas mengintai tempat pelatihan kelompok teroris di kawasan Dusun Tamanjeka, Taman Hutan Gunung Potong, Poso.
"Kedua personel sedang menyelidiki lokasi yang dijadikan tempat pelatihan oleh para kelompok jaringan teror," kata Komjen Jenderal Boy Rafli Amar yang saat itu menjabat juru bicara kepolisian dan berpangkat Brigadir, Senin 15 Oktober 2012.
Baca Juga
Polda Sulawesi Tengah dan TNI kemudian membentuk tim gabungan untuk mencari keberadaan kedua polisi tersebut. Sebanyak 400 personel dikerahkan menyisir Desa Tamanjeka dan Gunung Biru. Setelah 8 hari pencarian kedua jenazah ditemukan dalam satu lubang yang dalamnya hanya 1 meter.
Advertisement
Tim pencarian dari anggota TNI 714/SM pertama kali curiga saat menemukan sebuah helm di atas gundukan tanah seperti galian baru yang tidak jauh dari jalan Tamanjeka-Lape.
Awalnya, 1 peleton anggota Yonif 714/SM sedang dalam perjalanan kembali usai mengambil logistik. Dalam perjalanan Praka Dance M yang ditemani Pratu Ilham, izin buang air besar di sebuah sungai kecil.
Sekitar pukul 11.30 Wita, Praka Dance M berjalan ke arah Lembah Kampung Tamanjeka, Desa Masani, Kecamatan Poso, Pesisir Kabupaten Poso. Dance dan Ilham kemudian melihat helm warna hitam merk INK.
Di bawah helm itulah, sebuah gundukan galian baru berikut tumpukan kayu bekas gergaji mesin ditemukan. Gundukan tanah itu sudah dikerubungi lalat. Di situlah, anggota TNI melihat tangan salah satu korban.
Atas laporan Dance, TNI dan Polri kemudian membongkar tanah gundukan, ternyata berisi jasad Briptu Andi Sapa dan Brigadir Sudirman dengan posisi kepala menghadap ke utara dan satu kepala menghadap ke barat. Di tubuh kedua korban terdapat sayatan di leher.
Ada dugaan mereka dianiaya sebelum dibunuh karena ditemukan luka memar di sekujur tubuhnya. Sementara itu, dari pemeriksaan di lokasi, sepeda motor serta kedua senjata laras pendek milik polisi hilang. Kedua jasad pun dibawa ke RSUD Poso untuk di autopsi.
"Dua anggota Polri yang hilang di Poso telah ditemukan dalam keadaan meninggal dan terkubur dalam satu lubang dengan leher terluka. Diduga terkena senjata tajam," ujar Boy, Rabu 17 Oktober 2012.
Ditemukan di Sarang Teroris
Tim gabungan TNI Polri kemudian melakukan penyisiran di lokasi penemuan jasad kedua polisi tersebut. Ternyata banyak ditemukan tempat persembunyian yang tersamar dengan ilalang. Di pinggir poros jalan Tamanjeka sendiri ada 5 titik persembunyian. Jarak antar titik persembunyian sekitar 5 meter, seperti disiapkan untuk menghadang aparat.
"Daerah itu memang dikenal sebagai daerah pelatihan teroris," kata Wakapolres Poso ketika itu Komisaris Polisi Eko Yudhi Karyanto.
Setelah jasad Briptu Andi Sapa dan Brigadir Sudirman diotopsi di RSUD Poso, keduanya dibawa ke Markas Polres Poso untuk diserahterimakan kepada keluarga. Kedua jenazah dimakamkan di tanah kelahiran masing-masing di Sulawesi Selatan.
Jenazah Brigadir Sudirman dimakamkan di kampung halamannya di dusun Jempang, Desa Kaluku, Kecamatan Galesong Kota, Kabupaten Takalar. Sedangkan, jenazah dan Briptu Andi Sappa dikebumikan di Kota Palopo, Sulawesi Sekatan.
Pelepasan dua jenazah dilakukan dalam sebuah upacara militer yang dipimpin Kapolda Sulteng Brigjen (Pol) Dewa Parsana. Hadir dalam pelepasan di Mapolres Poso itu, antara lain, Direktur Pembinaan Kemampuan BNPT Brigjen (Pol) Rudi Sufahriadi, Dandim 1307 Letkol Bobby Prabowo, serta rekan-rekan kedua almarhum.
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Penangkapan Pembunuh Kedua Polisi
Kapolri yang saat itu dijabat oleh Jenderal Timur Pradopo menaikkan pangkat kedua anggota polisi tersebut. Sudirman dinaikan pangkatnya dari Brigadir menjadi Bripka, sedangkan Andi Sapa dinaikan dari Briptu menjadi Brigadir. Kenaikan pangkat itu berdasarkan keputusan Kapolri Nomor Kep/791/XII/2012 tanggal 20 Desesember 2012.
“Brigadir Polisi Sudirman, dinaikkan pangkat menjadi brigadir kepala anumerta, demikian juga Brigadir Satu Andi Sapa menjadi brigadir kepala anumerta,” kata Kepala Bagian Penerangan Umum, Komisaris Besar Agus Rianto, dalam jumpa pers di kantornya, Rabu, 17 Oktober 2012.
Usai peristiwa itu Polisi terus bergerak mencari pembunuh kedua rekannya yang terindikasi lebih dari satu orang. Keterangan itu diperoleh dari seorang warga. Sosok diduga sebagai pelaku terlihat mengendarai tiga sepeda motor masuk ke dalam kawasan hutan.
"Ada saksi yang melihat tiga motor naik ke kawasan ditemukannya dua jenazah polisi," ucap Boy, Kamis 18 Oktober 2012.
Sejak saat itu, polisi melakukan penyekatan di beberapa titik di Tamanjeka, Poso, serta menyusuri wilayah pegunungan barat Kabupaten Poso. Penjagaan di perbatasan Poso, Sulawesi Barat dan Sulawesi Selatan juga diperketat untuk mempersempit ruang gerak para pelaku. Setiap kendaraan yang melintas digeledah. Polisi tak hanya memeriksa kelengkapan kendaraan dan identitas para sopir serta penumpang, demikian juga seluruh barang bawaan.
Perburuan pelaku membuahkan hasil. Tiga terduga pembunuh ditangkap Detasemen Khusus 88 Antiteror di dua tempat terpisah, di Desa Karola, dan di Tambarana, Desa Bhakti Agung, Kecamatan Poso Pesisir Utara. N tertangkap di Bhakti Agung, serta S dan F di Karola.
"Kelompok ini merupakan buron dari kasus pembunuhan dua anggota Polri pada 2011 di Bank BCA, Palu. Mereka juga terlibat pelatihan paramiliter dari 2011," kata Brigadir Jendral Dewa Parsana yang saat itu menjabat sebagai Kapolda Sulawesi Tengah di Markas Polres, Poso, Jumat, 2 Oktober 2012.
Ketiga terduga teroris yang ditangkap juga diduga terkait dengan rentetan aksi teror di Kota Poso dalam beberapa bulan terakhir. Diantaranya penembakan warga bernama Noldi Ambo Lando di Kecamatan Lege pada Agustus 2012, peledakan bom di Kabupaten Morowali pada September 2012.
Ketiga terduga teroris ini juga diduga meledakkan pos polisi lalu lintas di Bundaran Smaker, Poso Kota pada 21 Oktober 2012. Ketiganya juga masuk daftar pencarian orang atas kasus pembunuhan polisi di Bank BCA Palu.
Ketiganya masuk jaringan teroris dari berbagai wilayah seperti Poso, Solo, NTT, Medan, dan Kalimantan. "Mereka adalah kelompok teroris jaringan besar," ujar Dewa.
Dalam penangkapan ini, seorang terduga teroris, berinsial J, dilaporkan tewas tertembak. Kepolisian juga berhasil mengamankan barang bukti berupa satu pistol dan belasan bom rakitan aktif.
Advertisement