Liputan6.com, Jakarta Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melalui Direktorat Jenderal Sumber Daya Air (Ditjen SDA) terus menggiatkan program Infrastruktur Berbasis Masyarakat (IBM) melalui Program Percepatan Peningkatan Tata Guna Air Irigasi (P3TGAI) atau Program Padat Karya Tunai.
Program ini lanjutan dari P4-ISDA yang telah dilaksanakan sejak tahun 2013. Meski begitu, pelaksanaannya tidak jauh berbeda yaitu untuk menumbuhkan partisipasi masyarakat Petani Pemakai Air (P3A) dalam kegiatan perbaikan, rehabilitasi dan peningkatan jaringan irigasi sesuai dengan kebutuhan dan prinsip kemandirian.
Baca Juga
BTN Salurkan Kredit Rp356,1 T di Kuartal III-2024, Ditopang KPR dan DPK yang di Atas Rata-Rata Nasional
Dukung Kebijakan Pemerintah, Pertamina Patra Niaga Beri Harga Khusus Avtur di 19 Bandara
Menginspirasi Ribuan Pelari dari 23 Negara, Intip Highlight Kesuksesan OPPO RUN 2024 yang Tingkatkan Pariwisata Bali
P3TGAI juga merupakan kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan kinerja irigasi desa guna kesejahteraan petani, peningkatan ekonomi masyarakat sekitar, serta berkontribusi untuk ketahanan pangan.
Advertisement
Kali ini, Kabupaten Bogor dipilih sebagai wilayah pelaksanaan P3TGAI, setelah daerah lain juga melaksanakan hal yang sama. Di Bumi Tegar Beriman, program ini dijalankan oleh Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Ciliwung Cisadane. Pekerjaan yang dilakukan di Desa Gobang, Kecamatan Rumpin tersebut berupa perbaikan saluran irigasi tersier, peningkatan layanan saluran irigasi dari saluran tanah menjadi saluran pasangan beton ataupun batu kali.
“Program ini secara ekonomi dapat menambah penghasilan para petani melalui upah harian dari pengerjaan P3TGAI, selain itu potensi kehilangan air di saluran irigasi bisa berkurang, sehingga air bisa optimal masuk ke sawah-sawah petani dan berdampak pada meningkatnya produksi dari padi tersebut,” jelas Kepala BBWS Ciliwung Cisadane Bambang Heri Mulyono. Ia berharap program P3TGAI semakin digalakkan kedepannya, karena sangat membantu para petani yang punya keterbatasan dana untuk memperbaiki saluran tersier (dari semula saluran tanah menjadi lining dari pasangan batu) milik mereka, sehingga pasokan air untuk sawah bisa tetap terjaga.
Saefudin, seorang petani berusia 67 tahun yang juga menjabat Ketua P3A Bina Warga di Desa Gobang, Kecamatan Rumpin menyampaikan bahwa sebelum ada saluran irigasi permanen, para petani hanya mengandalkan musim hujan saja untuk sawah mereka, karena pada saat musim kemarau air yang berasal dari kali (sungai) akan habis di jalan karena banyak saluran irigasi (tanah) yang bocor dan jebol. “Dengan dibangunnya saluran irigasi permanen ini, hasil panen kami (para petani) membaik, dan tidak ada lagi petani yang mengalami gagal panen,” tutur Saefudin.
Tidak hanya di Kabupaten Bogor, pelaksanaan P3TGAI dipercepat di berbagai daerah Indonesia. Ini merupakan salah satu upaya Ditjen SDA dalam membenahi saluran irigasi yang bertujuan untuk memastikan dan menjamin pasokan air ke sawah masuk dengan cukup dan teratur, sehingga produksi tani bisa terus meningkat, yang diharapkan bisa mendukung swasembada pangan di negeri ini.
(*)