Sukses

KPAI Akan Panggil Semua Pihak Terkait Pelibatan Anak di Demo RUU Cipta Kerja

Jasra Putra menyesalkan keterlibatan anak-anak dalam aksi massa penolakan RUU Cipta Kerja.

Liputan6.com, Jakarta - Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Jasra Putra menyesalkan keterlibatan anak-anak dalam aksi massa penolakan RUU Cipta Kerja, terutama pada aksi hari ini.

Dia menegaskan, KPAI sudah memantau demo RUU Cipta Kerja hari ini. Sama seperti sebelumnya, masih banyak anak-anak yang terlibat.

"KPAI sangat khawatir bila kondisi ini terus berlangsung berhari-hari. Maka trennya anak-anak akan semakin banyak yang terlibat. Dan kecenderungan demonstrasi rusuh selalu melibatkan anak-anak," ucap Jasra dalam keterangan tulis, Selasa (13/10/2020).

Dia pun menegaskan, setelah melihat anak di demo RUU Cipta Kerja ini, pihaknya akan mengundang semua pihak.

"Untuk itu KPAI akan segera melaksanakan sidang pleno dengan memanggil lintas kementerian dan lembaga, OKP pelajar berbasis agama, ormas dan Forum Anak Nasional dalam urun rembug situasi yang melibatkan anak-anak ini," ucap Jasra.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Kelompok Rentan

Jasra menjelaskan, anak-anak merupakan kelompok rentan yang mudah untuk terprovokasi mengikuti suatu unjuk rasa. Terlebih lagi, anak-anak dalam memahami sesuatu tak sekuat orang dewasa yang cenderung mengambil sikap yang logis.

"Karena mereka tidak sekuat orang dewasa dan muda terpengaruh. Bayangkan saja pengamanan kepolisian lebih banyak anak-anak dibanding orang dewasanya. Padahal, kita tahu anak-anak hadir di aksi dan terus menjadi hal yang semakin buruk dari dampak ajakan orang dewasa," ucap dia.

Sejumlah faktor lain juga membuat anak-anak menjadi kelompok rentan dalam menerima propaganda sebuah aksi massa. Menurut Jasra, anak-anak merasa khawatir akan berlakunya sebuah aturan, dalam konteks ini UU Cipta Kerja bagi keberlangsungan keluarga mereka.

"Informasi yang diterima anak-anak, mereka khawatir aturan ini mengancam pada mereka dan orang tua. Dengan informasi yang sangat terbatas diterimanya. Namun, karena ramai di akun dan medsos mereka, menyebabkan mereka sampai di sini (ikut aksi)," ungkap dia.

Belum lagi faktor latar belakang keluarga mereka yang begitu rentan membuat anak-anak lebih mudah terjerumus pada aksi politik yang seharusnya jadi ruang bagi orang dewasa.

"Ditambah latar belakang anak yang saya jumpai berada dalam perlindungan keluarga yang minim. Seperti putus sekolah, ortu jarang pulang karena tempat kerja yang jauh, PJJ yang berakhir menjadi aktivitas pengajaran offline yang hanya berujung penugasan pekerjaan rumah," papar dia.