Sukses

Mitigasi Banjir di Sulawesi Tenggara, Ditjen SDA Bangun Tanggul dan Kolam Retensi

Direktorat Sumber Daya Air (Ditjen SDA) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) meningkatkan intensitas penanganan banjir melalui pembangunan Pengendalian Banjir Sungai Konaweha

Liputan6.com, Jakarta Direktorat Sumber Daya Air (Ditjen SDA) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) meningkatkan intensitas penanganan banjir melalui pembangunan Pengendalian Banjir Sungai Konaweha dan Pengendalian Banjir Kota Kendari yang dikerjakan oleh BWS Sulawesi IV. 

Kepala BWS Sulawesi IV Kendari, Haeruddin C. Maddi menjelaskan,  pada Daerah Aliran Sungai (DAS) Konaweha akan dibangun beberapa infrastruktur sumber daya air seperti bendungan dan tanggul karena memiliki potensi yang sangat besar untuk mengairi beberapa daerah irigasi, baik kewenangan pusat maupun daerah. Selain itu, penduduknya cukup padat juga banyak kawasan industri, sehingga pembangunan pengendalian banjir di DAS Konaweha cukup strategis. 

“Pasca bencana banjir tahun 2019, BWS Sulawesi IV Kendari melalui Satuan Kerja Pelaksanaan Jaringan Sumber Air (Satker PJSA) membangun tanggul di DAS Konaweha sepanjang 1,2 km, dan kemudian pada pertemuan Sungai Konaweha dan anak sungai terbesarnya yaitu Sungai Lahumbuti sepanjang 3 km. Tanggulnya didesain untuk periode ulang Q25, jadi tanggul yang sudah ada akan ditingkatkan, begitu juga dengan tanggul baru yang diharapkan akan menahan luapan air agar tidak melimpas ke samping kanan dan samping kiri,” jelas Haeruddin.  

Tidak hanya membangun tanggul, BWS Sulawesi IV Kendari juga melakukan relokasi warga yang tinggal pada DAS Lasolo sebagai salah satu solusi penanganan banjir. Relokasi ini dilakukan karena pada DAS Lasolo belum dihuni oleh banyak warga. 

“Tahun lalu, banjir yang melanda DAS Lasolo juga besar, namun dampak dan kerugian yang ditimbulkan tidak begitu besar karena di daerah ini penduduknya masih sedikit. Jadi, solusi yang akan dilakukan oleh BWS Sulawesi IV Kendari dalam menangani banjir di daerah tersebut dengan melakukan relokasi pada 2 kampung yang ada di sana,” tutur Kepala Satker PJSA Arbor Reseda saat menjelaskan penanganan banjir di Sulawesi Tenggara.

Selain itu, untuk menangani banjir di Kota Kendari, BWS Sulawesi IV Kendari juga sedang membangun tanggul sepanjang 10 km (sisi kanan dan kiri) dari Muara Teluk Kendari hingga hulu DAS Wanggu. 

“Di kota Kendari, ada Teluk Kendari. Walaupun hanya ada satu sungai besar yaitu sungai Wanggu, tapi di kanan kiri teluk ada banyak sungai yang memiliki tipe banjir bandang, karena air yang datang dari kawasan perbukitan ketika hujan, langsung menuju ke Teluk Kendari. Saat ini, total tanggul yang sudah selesai dikerjakan yaitu 16 km, masih ada sisa 4 km yang sedang proses pembebasan lahan,” jelas Arbor Reseda. 

Ada juga kolam retensi Wanggu yang sedang dibangun untuk menangani banjir di kota yang terkenal dengan kacang mete tersebut. Kolam retensi Wanggu yang memiliki luas 9 hektar ini akan menampung air sebanyak 450.000 m3, yang rencananya akan selesai dibangun pada Oktober 2020. Pada kolam retensi ini juga akan dibangun ruang terbuka hijau yang nantinya bisa dimanfaatkan oleh masyarakat. 

“Kedepannya akan dibangun juga satu kolam retensi yang lebih besar di bagian hulu DAS Wanggu yang luasnya kurang lebih 40 hektar. Saat ini sedang dalam tahap desain, juga koordinasi dengan Pemerintah Daerah terkait pembebasan lahannya. Apabila dua kolam retensi dan tanggul sudah terbangun, kira-kira 80% banjir periode ulang Q25 bisa tereduksi. Namun, masih ada beberapa drainase utama yang masuk ke Sungai Wanggu belum diperbaiki secara ideal, pun sungai-sungai kecil lainnya. Beberapa program tersebut masih dalam tahap desain, dan apabila semuanya selesai dikerjakan, maka banjir yang tereduksi bisa lebih maksimal (diatas 80%),” tambah Arbor Reseda. 

Di tengah pandemi seperti saat ini, Kepala BWS Sulawesi IV Kendari, Haeruddin C. Maddi tetap mengingatkan timnya baik yang bekerja di lapangan maupun di kantor untuk selalu menerapkan protokol kesehatan pencegahan Covid-19. 

“Semuanya wajib memakai masker, dan setiap hari dilakukan pengecekan suhu tubuh. Untuk physical distancing, saya menerapkan sistem shifting ke teman-teman di Balai,” ujar Haeruddin. 

 

(*)