Sukses

Jubir Covid-19 Ungkap 5 Perkembangan Terkini Kasus Corona di Tanah Air

Satgas Covid-19 Wiku Adisasmito meminta warga untuk tidak gampang terlena meski pengadaan vaksin kini tengah dipersiapkan oleh pemerintah.

Liputan6.com, Jakarta - Juru Bicara Satuan Tugas (Satgas) penanganan Covid-19, Wiku Adisasmito menyoroti sejumlah perkembangan terkini terkait penyebaran virus Corona di Tanah Air.

Selain mengungkap adanya peningkatan kasus positif Covid-19 secara nasional, Wiku juga membeberkan sejumlah provinsi yang dinilai memberi kontribusi yang cukup baik terhadap penurunan jumlah pasien terkonfirmasi Covid-19 di Indonesia.

Ke-10 provinsi prioritas itu adalah DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera Utara, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Papua, Bali, dan Banten.

Kepatuhan warga untuk mentaati protokol kesehatan juga tak luput dari perhatiannya. Dia meminta warga untuk tidak gampang terlena meski pengadaan vaksin Covid-19 kini tengah dipersiapkan oleh pemerintah.

"Saat ini hal yang terbaik yang bisa kita lakukan ada menegakkan protokol kesehatan. Karena upaya ini adalah yang paling sederhana tapi berdampak sangat besar," tutur Wiku, Kamis (15/10/2020).

Berikut sederet pernyataan Jubir Satgas Covid-19 ini terkait perkembangan terkini kasus Corona di Tanah Air:

 

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

2 dari 6 halaman

Kasus Aktif Covid-19 di Papua Meningkat

Wiku menyebut, kasus aktif virus corona di Papua terus meningkat selama empat minggu berturut-turut. Kasus aktif adalah kasus konfirmasi positif Covid-19 dikurangi jumlah pasien yang sembuh dan meninggal.

Wiku menjelaskan, pada 27 September, kasus aktif Covid-19 di Papua berada di angka 35,7 persen. Kemudian meningkat menjadi 39,42 persen pada 4 Oktober, dan menyentuh angka 43,35 persen per 11 Oktober.

"Pada evaluasi dua pekan sebelumnya, Papua juga mengalami peningkatan kasus aktif. Ini artinya, kasus aktif di Papua meningkat persentasenya selama 4 minggu berturut-turut," jelas Wiku dalam konferensi pers di YouTube Sekretariat Presiden, Kamis (15/10/2020).

Bukan hanya kasus aktif, persentase kesembuhan di Papua juga menurun signifikan dalam dua pekan terakhir. Pada 27 September, angka kesembuhan di Papua sebesar 62,8 persen, namun menurun pada 4 Oktober menjadi 59,06 persen. Penurunan angka kesembuhan kembali terjadi pada 11 Oktober di angka 55,21 persen.

Menurut Wiku, peningkatan kasus aktif dan penurunan kesembuhan ini disebabkan terjadinya transmisi lokal dan kurangnya pelacakan kontak, pemeriksaan spesimen, serta pelayanan kesehatan.

Selain itu, dia menyebut, banyak pasien Covid-19 yang datang ke rumah sakit dalam keadaan dengan gejala berat.

"Hal ini menyebabkan pasien menjadi kurang efektif dan menurunkan kemungkinan pasien tersebut untuk sembuh," katanya.

Kendati begitu, Wiku mengungkap persentase kasus meninggal di Papua terjadi penurunan. Padahal, pada 4 Oktober kasus kematian corona sempat mengalami peningkatan di angka 1,52 persen dibandingkan pekan sebelumnya.

3 dari 6 halaman

Kasus Kematian di Bali Naik dalam 2 Pekan

Jubir Satgas Covid-19 ini juga menyebut bahwa kasus kematian pasien corona di Bali terus meningkat dalam dua pekan terakhir.

Berdasarkan data Satgas Covid-19, kasus kematian pasien corona di Bali berada di angka 3,17 persen per 11 Oktober 2020.

"Pada tanggal 27 September, persentase kematian di Bali adalah 2,97 persen. Kemudian, meningkat pada 4 Oktober menjadi 3,11 persen dan meningkat lagi pada 11 Oktober menjadi 3,17 persen," kata Wiku dalam konferensi pers di Youtube Sekretariat Presiden, Kamis (15/10/2020).

Dia mengaku prihatin dengan persentase kematian pasien Covid-19 di Bali yang terus melonjak.

Untuk itu, Wiku meminta agar pemerintah daerah Bali meningkatkan kualitas Rumah Sakit rujukan dan RS Darurat Covid-19, serta menambah fasilitas isolasi mandiri.

"Ini perlu dilakukan untuk dapat membantu menekan angka kematian," jelas Wiku.

Dia pun juga meminta agar masyarakat Bali segera memeriksakan diri apabila mengalami gejala Covid-19. Dengan begitu, maka pasien yang terpapar corona dapat segera mendapat penanganan dini.

"Kepada warga Bali, kami mohon jika mengalami gejala Covid-19 untuk segera memeriksakan diri agar dapat ditangani sedini mungkin," ujar Wiku.

4 dari 6 halaman

Kasus Aktif Covid-19 Nasional Terus Naik

Dia pun menyoroti kasus Covid-19 di Indonesia yang terus menunjukkan adanya peningkatan. Secara akumulatif, Wiku menyampaikan kasus aktif Covid-19 saat ini mencapai 63.231.

"Kami prihatin bahwa kasus aktif secara nasional masih mengalami peningkatan," ucap Wiku dalam konferensi pers di Youtube Sekretariat Presiden, Kamis (15/10/2020).

Kasus aktif adalah kasus konfirmasi positif Covid-19 dikurangi jumlah pasien yang sembuh dan meninggal. Kendati begitu, Wiku menyebut kontribusi 10 provinsi prioritas terhadap kasus aktif nasional cenderung mengalami penurunan.

Ke-19 provinsi prioritas itu antara lain, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera Utara, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Papua, Bali, dan Banten.

Wiku menjelaskan pada 27 September lalu, kontribusi 10 provinsi ini pada kasus aktif nasional sebanyak 67,62 persen.

Kemudian, pada  4 Oktober 10 provinsi prioritas menyumbang 66,38 persen kasus aktif Covid-19. Lalu, pada 11 Oktober kembali mengalami penurunan di angka 65,64 persen.

"Ini adalah kabar baik dan perlu untuk terus ditekan. Sehingga persentase kontribusi kasus aktif di 10 provinsi prioritas ini dapat semakin menurun," kata Wiku.

Selain kasus aktif, angka kesembuhan pasien Covid-19 di 10 provinsi prioritas diklaim juga mengalami peningkatan. Namun, dia mengakui kontribusi 10 provinsi prioritas terhadap kesembuhan nasional menurun.

"Tingkat kesembuhan ini harus selalu ditingkatkan baik di 10 provinsi prioritas maupun ditingkat nasional. 10 provinsi priorotas diharapkan dapat berkontribusi lebih tinggi dalam angka kesembuhan nasional," jelas Wiku.

5 dari 6 halaman

Terus Patuhi Protokol Kesehatan

Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 ini juga meminta masyarakat tidak terlena dengan pengadaan vaksin corona yang tengah dipersiapkan pemerintah. Dia mengingatkan masyarakat agar tetap mematuhi protokol kesehatan.

"Walaupun vaksin akan dipersiapkan dan diproduksi dalam jangka waktu yang dekat, kita tidak boleh terlena dengan ini," jelas Wiku dalam konferensi pers di Youtube Sekretariat Presiden, Kamis (15/10/2020).

Dia menekankan bahwa solusi pengendalian Covid-19 bukan hanya vaksin, namun juga kedisiplinan dalam menjalankan protokol kesehatan, mulai dari memakai masker, rajin mencuci tangan, dan menjaga jarak aman.

"Saat ini hal yang terbaik yang bisa kita lakukan ada menegakkan protokol kesehatan. Karena upaya ini adalah yang paling sederhana tapi berdampak sangat besar," katanya.

Menurut dia, secara ilmiah kepatuhan terhadap protokol kesehatan efektif menurunkan risiko penularan hingga 85 persen. Jika masyarakat menjalani tiga protokol kesehatan secara bersamaan, risiko penularan akan turun jauh lebih besar lagi.

6 dari 6 halaman

Belum Temukan Efek Samping Vaksin Covid-19

Terkait adanya pemberian vaksin Covid-19 kepada sejumlah relawan, Wiku memastikan hingga kini belum ada relawan yang ditemukan mendapat efek samping setelah disuntikkan vaksin corona asal China, Sinovac.

Adapun vaksin ini tengah menjalani uji klinis dan diujicobakan ke sejumlah relawan.

"Sejauh ini belum ada laporan efek samping yang diterima relawan dalam uji klinis vaksin tersebut," ujar Wiku dalam konferensi pers di Youtube Sekretariat Presiden, Kamis (15/10/2020).

Dia menekankan bahwa uji klinis vaksin Covid-19 berada dalam pemantauan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Sehingga, dapat dipastikan bahwa proses pengadaan vaksin corona sesuai prosedur yang berlaku.

"Kita memastikan Badan POM melakukan evaluasi ini terhadap protokol uji klinis yang dilakukan dan selalu melakukan inspeksi dalam pelaksanaan uji klinis tersebut dan untuk mencapai tujuan memastikan bahwa keamanan dan efektivitas vaksin covid-19 tersebut tercapai," jelasnya.

Menurut dia, produksi vaksin yang akan disuntikkan ke masyarakat ini juga melewati persyaratan mutu produk. Dalam hal ini, vaksin harus mendapat sertifikasi pembuatan obat yang baik hingga proses akhir produk.

"Harapannya nanti bisa diterbiktan izin edar obat baik melalui Badan POM dan sesuai dengan hasil yang didapat," kata Wiku.