Sukses

3 Hal Terkait Distribusi Vaksin Covid-19, Siapa Saja yang Diprioritaskan?

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI memaparkan siapa saja yang menjadi sasaran prioritas penyuntikan vaksin Covid-19.

Liputan6.com, Jakarta - Saat ini, seluruh dunia sedang melakukan uji coba terhadap vaksin Covid-19. Termasuk juga di Indonesia. Sebelum vaksin Covid-19 tersedia, pemerintah pun tengah menggodok terkait alur distribusi dan berbagai aturannya.

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI memaparkan siapa saja yang menjadi sasaran prioritas penyuntikan.

Dalam hal ini, Kemenkes sudah memastikan ketersediaan vaksin Covid-19 dari Sinovac, Sinopharm, dan CanSino untuk 9,1 juta orang.

"Dari ketersediaan jumlah vaksin, jika nanti dinyatakan bermanfaat (disuntikan untuk 9,1 juta orang) ditandai dengan surat izin darurat yang dinamakan Emergency Use Authorization (EUA) dari BPOM sekaligus ada surat izin dari Kementerian Agama dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) terkait kehalalan," terang Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan RI Achmad Yurianto saat konferensi pers di Gedung Kementerian Kesehatan, Jakarta, Senin, 19 Oktober 2020.

Oleh karena itu menurut Yuri, sasaran penerima vaksin Covid-19 melihat informasi dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), para ahli dan beberapa negara lain di dunia yang sudah melaksanakan vaksinasi.

Senada, Koordinator Tim Pakar Satgas dan Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito juga mengatakan mereka yang berisiko tinggi untuk tertular menjadi prioritas pemberian vaksin.

Berikut 3 hal terkait penyaluran vaksin Covid-19 jika nanti sudah tersedia dihimpun Liputan6.com:

 

 

 

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 5 halaman

Tunggu BPOM Untuk 9,1 Juta Vaksin

Jika vaksin Covid-19 untuk 9,1 juta orang memeroleh izin Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Kementerian Kesehatan RI akan memaparkan siapa saja yang menjadi sasaran prioritas penyuntikan.

Dalam hal ini, Kemenkes sudah memastikan ketersediaan vaksin Covid-19 dari Sinovac, Sinopharm, dan CanSino untuk 9,1 juta orang.

Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan RI Achmad Yurianto menerangkan, Sinovac berencana pengiriman awal November 2020 sebanyak 1,5 juta dosis dan Desember dikirim 1,5 juta dosis vaksin.

Pada Desember 2020, Sinopharm akan mengirimkan 15 juta dosis vaksin Covid-19 serta 100.000 dosis CanSino yang juga akan segera dikirim.

"Dari ketersediaan jumlah vaksin, jika nanti dinyatakan bermanfaat (disuntikan untuk 9,1 juta orang) ditandai dengan surat izin darurat yang dinamakan Emergency Use Authorization (EUA) dari BPOM sekaligus ada surat izin dari Kementerian Agama dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) terkait kehalalan," terang Yuri saat konferensi pers di Gedung Kementerian Kesehatan, Jakarta, Senin, 19 Oktober 2020.

"Maka, sejumlah itulah (9,1 juta orang) yang akan kita lakukan penyuntikan. Ini juga sedang berproses undang-undang dan kebutuhan semuanya, sehingga nanti bisa kita jalankan dengan baik," sambung dia.

 

3 dari 5 halaman

Sasaran Penerima Vaksin

Yuri menambahkan, terkait sasaran penerima vaksin Covid-19, acuannya juga melihat informasi dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), para ahli dan beberapa negara lain di dunia yang sudah melaksanakan vaksinasi.

"Ada urut-urutannya siapa yang akan disuntik. Saya lebih suka mengatakan 'urutan' daripada 'prioritas.' Kalau 'prioritas' seakan-akan yang nomor dua itu enggak dianggap penting," tambahnya.

"Ya, kan semuanya penting. Tetapi harus diurutkan siapa yang didahulukan dan siapa yang berikutnya."

Berikut ini urutan sasaran penerima vaksin Covid-19:

1. Tenaga kesehatan yang melayani pasien Covid-19

Prioritas pertama adalah tenaga kesehatan. Ini karena mereka yang lebih berisiko untuk tertular dan menjadi sakit oleh Covid-19.

"Tenaga kesehatan yang akan kita berikan vaksin pertama kali adalah mereka yang berada di rumah sakit rujukan yang melayani pasien Covid-19. Ini yang pertama disuntik," ujar Yuri.

2. Petugas kesehatan pemeriksa spesimen

Petugas kesehatan pemeriksa spesimen menjadi urutan kedua penerima vaksin.

"Kemudian petugas kesehatan yang berada di laboratorium rujukan, tempat pemeriksaan spesimen Covid-19. Ini kita maklumi, merekalah yang paling berisiko bahaya karena berhadapan langsung dengan virusnya, bukan pasiennya," jelas Yuri.

3. Tenaga kesehatan yang melakukan pelacakan kontak

Urutan selanjutnya penerima vaksin, yakni tenaga kesehatan yang melaksanakan pelacakan kontak (contact tracing) untuk mencari kasus-kasus Covid-19 yang baru.

"Ini adalah kelompok-kelompok yang sangat beresiko terhadap kemungkinan paparan Covid-19 dan menjadi sakit. Jumlah kelompok ini kalau kita perhitungkan kurang lebih keseluruhannya kira-kira hampir 2 juta-an orang," Yuri menerangkan.

"Tentunya, data akan kami update terus. Karena data petugas kesehatan untuk contact tracing bukan hanya ada di BPSDM Kemenkes, tetapi juga perlu ada update dari dinas kesehatan yang ada di provinsi dan kabupaten/kota," sambung dia.

Yuri mencontohkan, tidak menutup kemungkinan seperti Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta yang berada di bawah Kementerian Kesehatan.

"Kalau data Aparatur Sipil Negara (ASN) kami punya, tetapi data pegawai kontrak yang ada di sana atau honorer dalam bahasa kita, yang tahu adalah direkturnya. Ini yang harus kita konfirmasi betul agar jumlah (orang) tepat," pungkas Yuri.

4. Jajaran pelayanan publik

Jajaran yang berkecimpung dalam pelayanan publik (public service) menjadi sasaran prioritas vaksin Covid-19.

"Di antaranya mereka yang melaksanakan tugas kenegaraan, seperti operasi yustisi kepatuhan protokol kesehatan. Mereka memiliki resiko yang besar terpapar. Ini ada teman-teman kita dari Satpol PP, Polri, dan TNI," lanjut Yuri.

"Kemudian public services yang lain, misal, pegawai yang memberikan layanan terhadap pengguna jasa di bandara, pelabuhan. Mereka adalah kelompok-kelompok yang di depan (berhadapan dengan publik," tegas dia.

 

4 dari 5 halaman

Vaksin Akan Diberikan ke Orang Sehat

Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 mengatakan bahwa vaksin Covid-19 yang akan tersedia nanti adalah untuk mereka yang sehat dan diprioritaskan untuk kelompok risiko tinggi terpapar virus Corona.

"Pada prinsipnya, vaksinasi itu diberikan kepada orang-orang yang sehat dalam rangka untuk melindungi dirinya," kata Wiku Adisasmito, Koordinator Tim Pakar Satgas dan Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19.

"(Yang diberikan) adalah orang-orang yang pasti memiliki risiko tinggi untuk tertular. Maka dari itu harus diberikan vaksin terlebih dahulu," kata Wiku dalam dialog dari Graha BNPB, Jakarta, pada Senin kemarin, ditulis Selasa (20/10/2020).

Lebih lanjut, Wiku mengatakan bahwa orang sehat yang akan menerima vaksin, terutama adalah mereka yang belum pernah terinfeksi Covid-19.

"Tentang nanti seperti apa selanjutnya, dari hasil uji klinis (vaksin) kita akan tahu lebih jauh," ucap Wiku.

 

5 dari 5 halaman

Vaksin Diberikan kepada Orang yang Berisiko Tinggi untuk Tertular

Wiku mengatakan, vaksinasi ditujukan untuk melindungi masyarakat dari ancaman terinfeksi Covid-19.

"Yang divaksinasi adalah orang yang sehat, makanya ada pemeriksaan kesehatan sebelumnya dan nanti setelah divaksinasi maka timbul reaksi dari tubuh untuk membentuk kekebalan tubuh," kata Wiku.

Terkait pencegahan Covid-19, vaksinasi akan diberikan kepada orang-orang yang sehat secara bertahap berdasarkan tingkat risiko tinggi untuk tertular, seperti tenaga medis.

"Vaksinasi itu diberikan kepada orang-orang yang sehat dalam rangka untuk melindungi dirinya dan tentunya yang diberikan adalah orang-orang yang pasti memiliki risiko tinggi untuk tertular. Maka dari itu harus diberikan vaksin terlebih dahulu," tutur dia yang dikutip dari Antara.

Wiku yang juga Ketua Bidang Perubahan Perilaku Satgas Penanganan Covid-19 menuturkan untuk mengetahui seberapa lama ketahanan vaksin dalam melindungi tubuh dari ancaman Covid-19, perlu melihat hasil uji klinis.

"Setiap penyakit memiliki karakteristik sendiri apakah itu virus, apakah itu bakteri dan kalau dibuat vaksin reaksinya pun juga bervariasi karena tergantung dari hubungan interaksi antara penyakit itu dengan antibodi yang ada pada manusia. Jadi ada yang pendek waktunya, ada yang panjang, ada yang sampai puluhan tahun. Untuk Covid ini berapa lama kita tunggu hasil dari uji klinisnya," tegas Wiku.

Wiku mengatakan vaksin Covid-19 yang diinginkan adalah yang aman dan efektif untuk mencegah infeksi.